dira dan jeno duduk di sebuah bangku yang tak jauh dari tempat mereka berdiri beberapa saat yang lalu. pertemuan tak terduganya dengan jeno di pameran cukup membuat wanita itu merasa kikuk, apalagi dengan bian yang kini tengah tertidur di gendongan pria itu (dan hal ini sukses membuat dira ingin menyublim akibat pemandangan di depannya). karena pertemuannya dengan jeno hari ini juga, dira jadi tau kalau ayah bian adalah seorang petinggi di kementerian pendidikan dan kebudayaan yang juga menjadi bagian dari acara pameran; ini lah alasan kenapa mama bian dan bian sendiri berada di sini.
lalu bagaimana dengan jeno?
"lo sendiri?" tanya dira.
"kerja. gue jadi ketua pelaksana buat acara ini."
dira mengangguk. pantas saja ada suara kereta yang tengah melaju saat jeno menelpon dirinya beberapa hari yang lalu dan juga alasan mengapa jeno tak mengirim atau pun membalas chatnya di hari berikutnya.
"kenapa gak ngasih tau aja, sih kalau lagi ke sini?" dira mendengus, entah kenapa merasa sebal karena jeno terkesan menutup-nutupi kedatangannya ke jakarta.
"ya gak apa, anggep aja surprise." jawab jeno, lalu tersenyum miring karena reaksi dira yang sekarang tengah mengerucutkan bibirnya. "apaan sih bibirnya manyun begitu, gue cium juga lama-lama-"
dira langsung menatap jeno horor, "ada anak kecil jen astagfirullah...sembarangan banget kalau ngomong!"
"lagi tidur juga-" hampir dira memukul jeno kalau saja ia tidak ingat jika bian tengah tertidur di gendongan pria itu.
"tapi tetep aja!"
"udah-udah, sekarang gue yang tanya." potong jeno, "kenapa bisa kenal sama bian? mana kayaknya dia seneng banget sama lo?"
"gue cakep kali?" balas dira asal, membuat jeno terkekeh.
"enteng banget jawabnya," gumam pria itu, "tapi bener sih."
dira yang pipinya memerah mencoba untuk tidak memperdulikan gumaman jeno barusan, lalu menceritakan kejadian sebenarnya, "waktu itu gue ngobatin dia karna jatoh."
"jatoh?"
dira mengangguk, "iya, lumayan lukanya jadi ya gue tolong lah gila aja kalau gue tinggalin begitu aja?"
"yang di mall itu? terus lo kasih plester?" jeno berucap, membuat dira mengerutkan dahinya.
"kok lo tau?"
"mamanya cerita katanya ada mbak-mbak yang nolongin bian dan ngasih dia plester star wars-lucunya gue sempet kepikiran lo waktu itu karena lo suka banget sama star wars..." cerita jeno, kedua sudut bibirnya naik membentuk sebuah senyum saat mengingat sambungan telpon dirinya dan ibu dari keponakannya itu. "tapi kan gak mungkin cuma lo doang yang suka jadi gue kayak 'oh mungkin bukan dira tapi orang lain,' gitu, sih."
"masih aja inget," kekeh dira, takjub karena jeno (lagi-lagi) masih ingat dengan kesukaannya terhadap star wars.
jeno ikut terkekeh, "kan gue udah bilang gue selalu inget apa pun tentang lo-"
"gak salah gue ngasih emot buaya buat nama kontak lo."
"sial," jeno tertawa, "oh ya, lo disini ngapain?"
"gue mau nge-" dira mematung seketika, baru ingat jika dirinya datang ke tempat ini dengan tujuan meliput, "anjing!?"
"mulut-"
dira bergegas meraih ponselnya yang sedari tadi ia simpan di saku celana, "gue lupa kalo gue kesini lagi ngeliput acara ini!"
jeno menaikkan kedua alisnya saat melihat wanita di sampingnya itu tengah buru-buru melihat layar ponsel, dira sendiri menemukan beberapa puluh chat dari dejun dan mas hosek, juga beberapa telfon yang tidak terangkat dari kedua rekan kerjanya tersebut. gumaman 'mampus gue!' keluar dari bibirnya saat ia menelpon balik dejun.
KAMU SEDANG MEMBACA
love again // jeno nct [✓]
Fanficsetelah lima tahun, akhirnya dira sukses menyelesaikan kuliahnya dan kini menjadi bagian team kreatif salah satu televisi swasta terkenal indonesia. dan saat dirinya menerima undangan untuk datang ke acara reuni sma, dirinya kembali dipertemukan den...