2.4

1.4K 179 7
                                    

Haiii!!
Narasi author sebentar ya xixixi<33

Sebenernya ga jauh dari ngucapin makasih banyak untuk yang udah baca, vote dan komen sampe sejauh ini ueueue terharu...

Aku minta maaf kalo up nya ga nentu, juga kalo alurnya sulit dipahami atau makin ke sini semakin absurd...

Tapi gimanapun juga, aku bakal terusin book pertama aku ini sampe akhir, jadi aku bener-bener makasih banyak buat kalian yang nungguin work ini<33


















Gadis dengan napas tersengal terlihat masuk ke dalam ruangan yang nampak asing namun tidak baginya.

Chaeyeon, perempuan yang telah gagal dalam rencana menculik kekasih milik sang pujaan hati.

Benar, selama ini Chaeyeon juga merasakan hal yang aneh belakangan, alasan mengapa ia begitu mencampuri urusan Jaehyun tentang misinya yang tak kunjung tuntas.

Semata-mata dikarenakan telah timbul perasaan suka. Setidaknya untuk saat ini itulah yang disadarinya.

Berdiri di depan gerbang setinggi seratus enam puluh empat kaki, Chaeyeon melirik ke sosok yang ada di sisi kanan dan kiri bergantian. Tanpa disuruh, para penjaga bergegas membukanya.

Setelah terbuka Chaeyeon masuk dan berjalan menelusuri lorong, tujuannya adalah untuk menemui pemilik status pimpinan tertinggi di antara bangsanya.

Saat ini Chaeyeon tidak berada di dunia, kini ia ada di tempat asalnya, neraka.

Setelah sampai di hadapan sesosok yang bangsa mereka sebut sebagai ayah, Chaeyeon membungkuk sebagai tanda hormat.

"Ada perlu apa, Chaeyeon?" Seperti mengetahui kedatangan Chaeyeon untuk menyampaikan sesuatu, sang ayah iblis yang tengah duduk di singgasananya, membenarkan sedikit posisi duduk menjadi lebih tegak.

"Ayah, yang ingin kusampaikan ini menyangkut soal Jaehyun."

Seperti tertarik dengan laporan gadis dihadapannya, sang ayah diam sebagai tanda bahwa ia mendengarkan dan mempersilahkan Chaeyeon melanjutkan ceritanya.

"Jadi begitu. Baiklah, aku akan turun tangan atas kejadian ini. Kerja bagus Chaeyeon."

Gadis itu tersenyum akan reaksi yang ia dapat dari sang ayah. Namun ia sedikit khawatir, tentang hal apa yang akan menimpa Jaehyun setelahnya.

---

Enam bulan kemudian
Rose kini menjadi pemilik resmi dari kedai tempat ia bekerja, sang pemilik memberikannya karena ia sakit keras dan merasa umurnya tidak lama lagi.

Alasan kenapa ia memberikannya pada Rose, karena ia percaya Rose bisa meneruskannya, melihat dari potensi saat yang dimiliki Rose selama ini.

Benar saja, seminggu setelah dia membuat wasiat, pemilik kedai itu meninggal dunia. Kedai tersebut segera diganti nama kepemilikannya menjadi milik Rose.

Tentu Rose bersyukur akan hal ini, namun tidak mengesampingkan rasa sedihnya karena ia amat berduka.

Sekarang ia memegang penuh atas tempat bekerjanya. Eunwoo masih menjadi pegawai dan jabatannya dinaikan oleh Rose menjadi manajer.

Setelah di bawah kepemilikan Rose, kedai kopi tersebut mengalami peningkatan hingga menjadi dua kali lipat lebih sukses dari sebelumnya, dengan tempat yang dibuat semakin mewah.

Tidak lupa juga Rose memperkerjakan sekitar sepuluh pelayan dan menambahkan banyak menu baru kedalamnya.

"Eunwoo, ada yang ingin kusampaikan."

"Apa itu?" Rose dan Eunwoo kini berada di ruangan khusus atau disebut sebagai kantor.

"Aku dan Jaehyun akan liburan ke luar kota untuk seminggu, kurang lebih. Kutitipkan tempat ini padamu ya."

"Baiklah, hati-hati selama liburan dan jangan berbuat yang macam-macam."

Kemudian pipi Rose memerah seakan paham dengan apa yang dimaksud Eunwoo.

"Kau ini, tentu saja tidak. Tolong ya." Ucap Rose kemudian pergi dari ruangan tersebut.

"Gadis itu, sudah sewajarnya ia berlibur karena usahanya yang sangat gigih dalam membesarkan kedai hingga menjadi seperti ini." Batin Eunwoo.

---

Di kediaman Doyoung saat ini, terasa sunyi namun tercipta atmosfer yang sedikit berbeda.

"Kau sudah siap?" Tanya Rose kepada pria dihadapannya.

"Bagaimana denganmu? Jangan sampai ada yang tertinggal." Balasnya.

"Tenang saja, semua lengkap. Aku sudah mengeceknya dua kali."

"Baiklah, aku tunggu di depan rumah."

"Kau tidak berpamitan dengan Doyoung?" Tanya Rose saat Jaehyun beranjak.

"Kutitip saja padamu, kau kan tau aku tidak begitu akrab dengan kakakmu."

"Haha kau ini, masih saja..." Kekeh Rose.

Rose membuka kamar Doyoung, mendapati pria itu tengah bermain dengan Pasta. Alasan kenapa Rose masih tinggal dikediamannya tentu saja rasa tanggungjawab Doyoung yang besar.

Ia sangat khawatir apabila Rose tinggal sendiri mengingat kekasih adik sepupunya itu bukanlah manusia.

"Doyoung, aku berangkat." Ucap Rose di ambang pintu.

"Sudah mau berangkat?" Kemudian dijawab anggukan oleh Rose.

Doyoung menghela napas berat dan beranjak dari kasurnya, ia menghampiri Rose.

"Walaupun aku melarang kau untuk pergi, kau pasti akan tetap pergi bukan?" Kedua kalinya, Rose mengangguk.

"Baiklah, lagipula aku juga sudah melarangmu untuk tinggal sendiri. Namun kau harus berjanji untuk menjaga diri, kau bisa?" Pinta Doyoung.

"Aku janji, aku sudah besar dan akan menjaga diri." Jawab Rose, kemudian ia memeluk singkat Pasta yang daritadi ada di bawah kakinya.

Setelahnya Rose memeluk Doyoung, ini hanya liburan satu minggu, tapi rasanya seperti Rose akan pergi lama sekali.

Juga alasan kenapa Doyoung tidak mengantar Rose adalah karena rekan kerja penting dan sibuknya akan singgah dirumahnya.

Pria itu tidak mungkin membiarkan tamunya menunggu mengingat janji yang mereka tetapkan sudah dibuat dari jauh hari.

LURCHER✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang