Chapter 2

5.5K 296 26
                                    


Camora menatap langit luar lewat jendela kamarnya. Hari ini begitu cerah, seakan tahu bahwa gadis itu akan melihat dunia luar setelah sekian lama. Langit biru membentang luas tanpa awan kelabu yang menghalangi, seolah memberikan isyarat bahwa dunia masih bergerak dengan normal. Meski bagi Camora, hidupnya tak pernah terasa normal.

Ia bangun lebih awal hari ini, meninggalkan kebiasaannya yang selalu terjaga hingga larut malam dan baru terbangun sekitar pukul sepuluh pagi. Bukan karena ia malas. Tidak, sama sekali bukan. Bangun di jam itu telah menjadi kebiasaannya sejak lama.

Tapi hari ini berbeda.

Hari ini, ia akan memasuki dunia yang baru, sebuah tempat asing yang, entah mengapa, menimbulkan sedikit kegelisahan dalam dirinya.

Camora adalah seseorang yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk belajar. Bukan sekadar membaca buku, tetapi benar-benar memahami esensi dari setiap materi yang ia pelajari. Ia tidak memerlukan jadwal belajar intensif seperti siswa kebanyakan. Bahkan ketika waktu belajar bersama guru privatnya hanya sekali seminggu, itu sudah cukup baginya untuk memahami sesuatu lebih dalam daripada kebanyakan orang.

Mungkin itu karena faktor keturunan. Atau mungkin juga karena yang bisa ia lakukan hanyalah belajar dan belajar untuk mengisi waktu yang terasa lama disetiap harinya.

Setelah selesai bersiap, gadis itu melangkah keluar dari kamarnya untuk sarapan.

-


"Selamat pagi, Nona," sapanya sopan.

Camora hanya mengangguk kecil sebagai balasan, tanpa sepatah kata pun keluar dari mulutnya.

Menu sarapan kali ini adalah whole oat porridge. Tidak seperti oat pada umumnya yang biasanya disajikan dengan madu atau buah-buahan segar, bubur oat ini hambar. Tanpa rasa manis, dan teksturnya tidak kasar-hanya kelembutan yang melebur di lidah.

Camora tidak keberatan. Baginya, makanan hanyalah sesuatu yang perlu dikonsumsi, bukan sesuatu yang harus dinikmati.

Setelah menyelesaikan sarapannya, ia melangkah menuju pintu utama. Gadis itu mengenakan ribbon hair clip berwarna hitam keluaran exclusive, sesuatu yang secara otomatis menunjukkan status sosialnya meskipun ia sendiri tidak peduli.

Begitu ia membuka pintu, udara pagi langsung menyergap wajahnya.


Ia berhenti sejenak, menarik napas dalam-dalam dan membiarkan paru-parunya dipenuhi udara pagi yang terasa menenangkan. Mata yang semula terbuka kini terpejam, meresapi sensasi yang sudah lama tidak ia rasakan.

Sudah berapa lama sejak terakhir kali ia berdiri di luar seperti ini?

Tanpa membuang lebih banyak waktu, ia kemudian melangkah menuju Bentley Flying Spur Hybrid Odyssean Edition yang telah terparkir di halaman. Seorang bodyguard segera membukakan pintu bagian belakang untuknya, dan tanpa ragu, ia masuk ke dalam mobil.

Setelah supir memastikan semuanya siap, kendaraan roda empat itu mulai melaju meninggalkan rumah.

-

Di dalam mobil, Camora merasakan sesuatu yang aneh.

Jantungnya tiba-tiba berdegup lebih cepat dari biasanya. Tatapan matanya sulit dikendalikan, seakan tidak bisa berhenti mengamati pemandangan kota yang melintas di luar jendela. Mobil itu kini telah memasuki area perkotaan, dan entah kenapa, semua yang ia lihat terasa... baru.

Shadowlight In Bloom Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang