Taya terpaku atas ucapan tiba-tiba Arkan.
"Ini... maksudnya saya dilamar?" tanya Taya hati-hati.
Arkan mengangguk santai.
"Saya pikir bang Juna satu-satunya manusia yang gak bisa romantis.. ternyata bapak juga..." Taya menatap lurus kearah jalan yang diterangi oleh lampu seadanya sambil tersenyum.
"Jadi kamu gak suka?" tanya Arkan.
"Bukan gak suka sih.. tapi.. terlalu tiba-tiba?" perempuan berhoodie abu-abu itu berbicara tanpa menatap Arkan.
"Iya sih... terlalu terburu-buru.. saya kepancing sama kata-kata kamu didepan mama tadi siang.. makanya muncul ide gila ini..." Arkan menghempaskan punggungnya kejok mobil lalu menghela nafas.
Hening, tidak ada yang berbicara.
"Jadi lamaran saya ditolak Athaya?" tanya Arkan akhirnya dengan nada pasrah.
"Bu.. bukan ditolak pak.. aduh gimana ya... terlalu terburu-buru aja... ki—kita jalani saja dulu pak?" ucap Taya takut-takut.
Bukan Athaya sok atau bagaimana.. bukan!
Ini murni karena kegugupan wanita itu.
Kalian tau kan kalau Taya suka pada Arkan? Mana bisa dia nolak?
Ibarat kalau Taya ini pemancing, didepan sana sudah ada ikan yang menyerahkan diri. Tinggal ditangkap aja kan?
"Oke.. kita jalani saja.." Arkan tersenyum, mengambil sebelah tangan Taya yang gadis itu remas sejak tadi.
Taya yang merasa gugup luar biasa mulai lebih santai ketika tangan besar itu mmenggenggam jarinya. Meremasnya pelan dan menyalurkan ketenangan. Senyuman mulai terbit dibibirnya.
"Saya sayang kamu Atha.." kata Arkan. Membuat ribuan bunga diperut Taya bermekaran.
"Jadi.. sekarang kita.. pacaran?" tanya Taya pelan.
"Diumur saya yang segini sebenernya saya malu kalo ngomong itu Atha.. tapi.. ya mau bagaimana lagi? Saya mau jadikan kamu istri sekarang kan tidak mungkin?" jawab Arkan enteng.
Perasaan Taya menghangat mendengar panggilan baru dari Arkan. Atha.
"Saya gakpapa manggil kamu Atha?"
"Kok manggil saya Atha pak?"
"Nama Taya untuk temen-temenmu... Jana untuk keluargamu.. kalo Atha, khusus untuk saya.. gimana?" tawar Arkan dengan alis naik-turun.
Taya pura-pura berfikir, menimbangkan tawaran Arkan.
"Oke.. setuju pak!" jawab Taya akhirnya.
"Ck!" Arkan mendecak sebal. Yang dijawab Taya dengan alis terangkat sebelah tanda bertanya 'Kenapa?'
"Jangan panggil saya bapak kalo lagi diluar kampus.. apalagi kalo kita berduaan Atha.. saya gak suka.." kata Arkan dengan nada tidak suka.
Taya tertawa pelan.
"Jadi saya harus panggil apa dong?" wanita itu melipat tangannya didepan dada dan mengetukkan jari kedagunya. Pose berfikir.
"Abang? Nanti kayak abang-abang jualan bakso lagi.."
"Kakak? Terlalu manis untuk pak Arkan yang kaku tapi sebenernya kocak.."
"Om? Idih aku pacaran sama om-om apa?" katanya sambil bergidik lalu melanjutkan observasinya lagi. Tanpa sadar mengganti panggilannya dari saya menjadi aku.
"Sayang?" saran Arkan.
"aku bakal bener-bener mati berdiri gara-gara cringe kalo manggil pak Arkan dengan panggilan gitu.. enggak-enggak!" tolak Taya cepat membuat tawa Arkan meledak.
![](https://img.wattpad.com/cover/235975376-288-k754215.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Jalan Takdir
ChickLitkita tidak tahu jalan yang digariskan Tuhan seperti apa. mau manusia mencoba untuk merusaknya dengan cara apapun, garis Tuhan sudah lurus dan tak bisa dibengkokkan. Seperti kisah Athaya dan Arkandi. dua insan yang merasa bahwa Garis Tuhan benar-bena...