14 - Mas

22 0 0
                                    

Sudah sebulan lamanya Arkan dan Taya melakukan backstreet dan tidak ada yang mengetahuinya.

Pria itu juga sudah kembali kekota guna menunaikan tugasnya sebagai pemimpin fakultasnya. Membuat hubungan mereka semakin tidak terendus sebab Taya juga tidak pernah membeberkan apa-apa tentangnya pada keluarganya walaupun Juni terus menondong kakaknya dengan berbagai macam pertanyaan.

Ini sudah pukul dua belas malam. Taya baru saja kembali dari kamar adiknya yang tadi mengajak untuk nonton drakor bersama.

Perempuan itu duduk diatas tempat tidur. Menggeser layar ponselnya keatas dan kebawah ketika sebuah pesan dari 'Mas Arkan' muncul yang ikut membuat senyuman muncul dari pipi wanita tersebut.

Ya, nama kontak Arkan diponsel Taya berubah sebab diciduk oleh si empunya nama. Katanya, tidak romantis sekali memanggil pacar dengan panggilan formal.

Jadi Arkan sendiri yang mengubah namanya dengan 'Mas Arkan♥' namun Taya rasa terlalu berlebihan dan menggantinya menjadi seperti sekarang.

Mas Arkan

Atha, bagaimana nontonnya? Sudah selesai?

Ya, tadi memang Taya memberitahukan kepada Arkan bahwa akan fokus nonton drakor bersama adiknya dan mungkin tidak membalas pesan pria itu untuk beberapa waktu.

Sudah mas, Atha kira mas sudah tidur..

Sejak saat Arkan memanggilnya Atha, Taya juga mengganti panggilan untuk dirinya sendiri mengikuti Arkan.

Tidak lama setelah Taya mengirim pesan, telefon Arkan muncul dilayar ponsel Taya.

Perempuan itu menggeser ikon telfon keatas, memasang earphone dan membaringkan badannya ditempat tidur.

"Assalamualaikum mas.."

"Waalaikumsalam Atha, bagaimana nontonnya? Filmnya bagus?"

"Bagus... sampe aku nangis... ceritanya sedih banget mas.." isak Taya pelan sisa tontonannya tadi. Tidak lama permintaan video call datang dari Arkan.

Taya panik sebab matanya benar-benar sembab sekarang.

"Ih mas jangan video call ih! Mukaku jelek sekarang!" Taya menolak permintaan Arkan.

"Lucu pasti mukamu basah sekarang..." kekeh Arkan dari seberang

"IH!"

"Oh iya.. saya mau nyampein sesuatu... tapi jangan kaget..." Arkan merubah nada suaranya menjadi ragu.

"Apa mas?"

"Kamu jangan kaget ya..."

"Apa sih? Jangan buat aku penasaran deh..."

"Kamu inget pernah ngirim cerpen kelomba gak Tha?" tanya Arkan.

"Iya mas.. belom ada kabarnya sih padahal aku udah nunggu dua bulan belom ada hilalnya... tapi bulan ini pengumuman kayaknya deh" Taya ingat, beberapa bulan yang lalu pernah mengirimkan karya cerpennya untuk mengikuti sebuah lomba tingkat nasional dan belum ada kabarnya saat ini.

"Kamu menang, juara dua"

"Hah maksudnya?"

"Iya... Athaya sierra ranjana... menang juara dua..." kata Arkan lagi meyakinkan.

"Alhamdulillah!" teriak Taya tanpa sadar.

"Husstt jangan berisik, ayah sama bunda udah tidur pasti kan?" Arkan mengingatkan.

Athaya mengangguk walaupun tidak dilihat oleh pria itu.

"kamu pasti akan dipanggil kekampus untuk penyerahan hadiah secara simbolis. Paling cepat besok, paling lambat lusa. Mas jemput ya?" tanya Arkan yang sebelas duabelas dengan pernyataan.

Jalan TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang