Tante Fitri, pak Arkan dan Arfan pulang setelah adzan ashar berkumandang.
Mereka—bunda dan tante Fitri—benar-benar menikmati nostalgia mereka melupakan kami anak-anak muda yang terlihat bosan mendengarkan cerita masalalu mereka.
Hari ini ayah pulang lebih awal, sedangkan bang Juna yang kukira akan kembali kekantor malah mengganti seragamnya dan ikut duduk untuk berbincang dengan pak Arkan.
Kami semua makan siang dengan memesan makanan warteg diujung jalan. Sebab aku dan bunda batal memasak tadi.
Tertingal aku dan bunda diruang tamu sedang membereskan bekas tamu-tamu kami.
"kak.. kamu beneran bantuin Andi kerumah sakit?" tanya bunda padaku. Sepertinya bunda belum percaya pada ceritaku tadi.
"Beneran ih bun... tanyain si Melia aja tuh sana.." jawabku dengan nada sedikit kesal. Aku tadi udah cerita loh bun... astaga..
"Dih sensian ama sih.. lagian gak papa kok... Andi orangnya bertanggung jawab..." kata bunda lalu berjalan melewatiku.
Hah.. maksudnya?
***
Aku sedang membantu Juni mengoleskan masker kewajahnya ketika sebuah pesan masuk keponselku.
Pak Arkan DosPeng, Man.Kelas
Assalamualaikum Athaya
Tumben bapak ini ngechat aku?
Bukannya aku kepedean atau bagiamana..
Kalian ingat ceritaku tentang pak Arkan yang hobi mempekerjakanku sebagai asdos abal-abalnya kan? Setelah UAS seharusnya kegiatannya untuk memperbudakku selesai. Itu berarti komunikasi kami juga terputus saat itu.. tapi ini.. ada angin apa?
Waalaikumsalam pak..
Kembali kulanjutkan mengoleskan masker kewajah Juni yang sangat mulus. Yang punya muka malah asik-asikan menatap layar ponsel sambil senyum-senyum.
"Siapa tuh yang ngechat? Ampe senyum-senyum gitu... pacar ya? Kakak aduin bunda nih... adek udah berani pacaran!" godaku pada Juni.
"dih sembarangan si kakak! Ini temenku nih... ngirim meme lucu... nih.." Juni menunjukkan layar ponselnya yang menampakkan sebuah meme lucu. Aku ikut tertawa.
"Iyadeh.. iya percaya kakak.."
"Eh btw... kakak gak ada pacar gitu dikampus? Atau paling enggak.. cowo yang kakak suka... ada gak? Cerita sama aku yuk kak..." belum rampung kuoles masker dimukanya, Juni malah berbalik kearahku.
"Apa sih... gak ada... males kakak pacar-pacaran gitu... lagian siapa yang mau sama kakak yang gendut ini? Udah kabur duluan mereka tuh... ih baring lagi.. ini belom selese!" kutarik bahu Juni untuk dibaringkan lagi.
"Kakak cantik tau... jangan insecure ah!" sahut Juni dengan bibir monyong-monyong.
"Itu bibirnya gak dimonyongin bisa gak?"
"Hehe..."
Ohiya.. aku jadi lupa... tadi pak Arkan ngechat kan ya?
Kuambil ponselku dan tidak ada notifikasi apa-apa disana.
Kuputuskan membuka aplikasi watsapku, disana, di room chat pak Arkan nampak 'Pak Arkan DosPeng, Man.Kelas sedang mengetik'
Semenit kutunggu, tapi tidak ada satupun pesan yang masuk.
"Kak... ngeliatin chat siapa sih?" Juni mengintip ponselku.
Langsung kuletakkan ponsel itu menelungkup diatas pahaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jalan Takdir
Genç Kız Edebiyatıkita tidak tahu jalan yang digariskan Tuhan seperti apa. mau manusia mencoba untuk merusaknya dengan cara apapun, garis Tuhan sudah lurus dan tak bisa dibengkokkan. Seperti kisah Athaya dan Arkandi. dua insan yang merasa bahwa Garis Tuhan benar-bena...