7 - Keluarga pasien

18 0 0
                                    


H-7 kegiatan Hari Jadi Kampus dan kegiatan perkuliahan masih saja normal seperti biasanya.

Ini bukan SMA yang kegiatan pelajarannya akan sedikit longgar jika akan ada kegiatan akbar disekolah.

Hari ini kelas pak Arkan, dan sepertinya pak Arkan menghindariku dan Melia. Aku khususnya.

Setelah kejadian pak Arkan yang menyuruhku untuk mengoreksi tugas mahasiswa semester tiga, ia jadi kerajinan menyuruhku untuk melakukannya.

Hal itu juga yang membuat intensitas percakapan kami menjadi sedikit lebih intens.

Bukan intens bagaimana, dia hanya mengirim pesan seperti 'nanti keruangan saya, ada tugas yang harus saya koreksi, tolong bantu saya' dan sejenisnya.

Tidak ada dia mengirim pesan 'selamat malam' atau 'sudah makan belum?'

Tapi berharap boleh kan? Hehe

Namun pekan ini berbeda, tidak ada satupun pesan dari pak Arkan yang nangkring keponselku.

Aku sedikit galau sebenarnya. Sudah kubilangkan kalau aku suka pada pak Arkan?

Pertemuan terakhir kami di meja makan. Dan kami tidak berbicara apa-apa kecuali kusenyumi ia saat akan pulang.

Kulirik jam tanganku, sudah pukul sembilan lewat lima belas menit. belum ada tanda-tanda dosen ganteng itu datang kekelas kami.

"Tay.. telfon si bapak coba!" Bulan mencolek bahuku.

Aku mengangguk, melakukan panggilan kepada 'Pak Arkan, DosPeng Man.Kelas'

Sekali telfon tidak diangkat,

Dua kali juga tidak

Tiga kali juga tidak.

Aku hampir menyerah dan meyakinkan diriku. Jika telfon kali ini tidak diangkat aku menyerah dan membiarkan temanku menunggu lagi hingga lima menit sebelum aku mengecek langsung keruangannya.

Deringan pertama tidak dijawab.

Saat hendak kumatikan, suara lenguhan menyambut telingaku.

"Eungh... iya Athaya? Kenapa?" suaranya terdengar parau.

"Bapak sakit?" bisikku. Takut kedengaran anak-anak dibelakang dan membuat seisi kelas heboh.

"Hm.. hari ini kalian free dulu, nanti kalau sudah agak baikan saya berikan tugas. Sudah dulu" telefon dimatikan secara sepihak.

Kurasa pak Arkan sedang tidak baik-baik saja.

"Guys hari ini kelas kosong, pak Arkan ga bisa masuk" kataku dan dijawab teriakan senang oleh teman-teman.

Dasar mahasiswa laknat mereka.

"Boleh pulang dong?"

"Boleh" jawabku sebab tidak ada kelas setelah ini.

Hari ini hanya ada satu mata kuliah dijam sembilan pagi dan itu milik pak Arkan.

Segera setelah itu, teman-temanku berhamburan keluar kelas.

Aku juga mengikuti mereka berlari keluar kelas. Sendirian. Karena Melia sedang tidak masuk hari ini. Biasa, latihan menari.

Perasaanku tidak enak, jadi kuputuskan menengok pak Arkan.

Eh tapi pak Arkan sekarang dimana? Aku juga tak tau.

Tapi sepencuri dengarku tadi, banyak suara ribut-ribut. Itu berarti pak Arkan ada dikampus sekarang.

Jadi kuputuskan untuk berlari keruangannya.

Kuketuk pintu kaca ruang dosen, tapi hening.

Dengan sedikit takut-takut kubuka pintu ruangan dan benar tebakanku. Tidak ada orang.

Jalan TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang