Chapter 1 - Dear Heart

20.2K 1.2K 15
                                    

Playlist : Sara Bareilles - Between The Lines

• • 

• Titania •

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

• Titania •

Ann arbor, Winter two years ago...

Aku mengeratkan jaket tebalku lalu mengusap-usap telapak tanganku begitu melepas sarung tangan yang membungkus kedua tanganku. Berharap cuaca dingin Ann Arbor membekukan hatiku—untuknya. Aku tidak mengharapkan bahwa aku akan bertemu dengannya lagi di negara ini. Dia yang dulu pernah menimbulkan sebuah rasa di hatiku dan aku sudah melenyapkannya beberapa tahun yang lalu saat aku menginjakkan kakiku di Sydney ketika aku kuliah S-1.

Entah apakah aku sedang dipermainkan oleh takdir yang Tuhan buat, karena pada kenyataannya dia—yang tak kuharapkan akan masuk kembali ke dalam hidupku kini duduk di sampingku, membaca literatur di perpustakaan kampus kami.

Mau tak mau, aku harus bertemu dengannya hampir setiap hari karena kami satu kampus, satu jurusan dan sialnya—satu kelas. Terlebih lagi, dia selalu menempeliku ke mana-mana karena dia bilang lebih asik berteman dengan sesama orang Indonesia yang sudah cukup dia kenal.

Tanpa sadar aku mengetuk-ngetukkan jariku ke meja di saat aku sedang asik membaca, sepertinya dia terganggu oleh ketukan jariku, lantas ia menoleh dan melayangkan protes. "Berisik jari lo, Ta." Ia melirik ke buku yang kubaca, kemudian berbisik lagi. "Pinter banget lo, ya? Baca novel Harlequin di atas buku literatur yang menjadi materi ujian Prof. Lambert besok," ia berdecak. "Luar biasa."

Ah, aku belum bilang kalau lelaki yang satu ini mulutnya cukup sarkas, persis seperti sahabatnya yang merupakan sepupuku. Mungkin baginya membaca novel-novel Harlequin adalah pekerjaan yang sia-sia. Tapi bagiku membaca novel Harlequin seperti ini adalah sebagai bentuk pelarianku, pelarian dari kehidupan realistis. Dengan membacanya aku seperti berlari sejenak ke dunia mimpi untuk mengistirahatkan jiwa dan pikiranku dari kenyataan yang terpampang di depan mata.

Aku mendengkus, memberikan tanda di halaman yang selesai kubaca, kemudian menutupnya. "Hanya bacaan yang begini yang membuat gue nggak pupus harapan untuk mendapatkan seseorang yang mencintai gue—head over heels."

"Pada dasarnya, wanita diciptakan berpasang-pasangan, Ta. Seperti Adam dan Hawa, dan seharusnya lo nggak perlu sampai baca novel roman picisan bodoh hanya untuk mengembalikan harapan-harapan lo itu," cibirnya.

Di balik kata-kata sarkasnya, ada satu dari sekian banyak hal yang aku suka darinya, dia bisa memberi pengertian yang menenangkan, dan dia juga cukup sabar menghadapiku. Meskipun yeah, ada beberapa kata yang terkadang membuatku jengkel.

"Lo baik, cantik, pintar, pandai bergaul. Gue yakin lo bisa mendapatkan siapapun yang lo mau." Dia melanjutkan.

Apakah dia tahu kalau yang kuinginkan adalah dirinya?

Between the Lines [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang