Chapter 7 - Bali, A Year Ago

6.6K 875 8
                                    

Playlist: Imagine Dragons - Not Today

• • 

• BEN •

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

• BEN 

Bali, a year ago...

Saat itu sudah setahun berlalu sejak aku menduduki jabatan sebagai CEO Atmadja Company. Jabatan yang terlalu berat bagi orang yang belum punya pengalaman sebelumnya. Well, mungkin saat aku masih kuliah S-1 dulu, aku pernah bantu-bantu Papa dan Kak Reno di kantor, tetapi bukan sebagai staff sungguhan. Aku mengerti alur jalannya perusahaan, tapi untuk jabatan CEO, rasanya ... entah lah.

Aku tidak merasa seperti diriku yang dulu, meskipun aku bahkan tidak bisa memberitahu siapa diriku yang dulu. Six years of working my ass of in college dan tak satu pun dari orang tuaku merepotkan diri hanya untuk menggumamkan kata selamat atas apa yang kuraih. Mereka tahu aku mengalami masa sulit, namun mereka bahkan tidak bisa mencoba berbohong dan mengatakan bahwa mereka bangga.

Aku tidak bisa menjadi orang yang mereka inginkan, dan aku bahkan tidak bisa menjadi orang yang kuiinginkan.

Jika perjalanan bisnis ini dapat mengalihkan pikiranku selama lima menit tentang kelelahanku, mungkin itu akan setimpal.

Aku melihat kembali arloji di pergelangan tanganku, hanya untuk melihat petunjuk arah matahari terbenam. Aku sedang tidak berada di vila milik keluargaku, jadi aku tidak tahu tepat lokasi arah matahari terbenam. Vila yang kutinggali satu dari beberapa vila-vila kecil yang berjejer, sederhana namun cukup mengesankan, teras belakang di atasnya mengarah ke keindahan Samudra Hindia, lumayan mirip dengan vila keluargaku di uluwatu.

Aku membuka tutup botol bir dan menyesapnya sebelum meletakannya di pagar sebelah kananku. Ketika aku mengalihkan pandanganku ke atas, pemandangan seseorang dengan rambut hitam yang sesekali berkibar akibat terpaan angin, mencondongkan tubuhnya ke depan jendela, kedua tangannya sibuk menyibak rambutnya yang panjang. Sosok itu dengan cepat menarik perhatian dan napasku.

Tak lama dia turun, rambutnya sekarang sudah diikat tinggi. Ketika dia berdiri lebih tegak untuk mencengkeram pagar, begitu membuka pagar matanya yang tajam melebar saat menangkap diriku. Aku tidak bisa menahan senyum padanya, dengan menggelengkan kepalaku, dan mengangkat satu telapak tangan ke atas dan bir di tanganku yang lain, aku berkata, "I'm just surprised as surprised to see you."

Perlahan bibirnya yang cemberut berubah menjadi senyuman sinis, "Gue mendapatkan vibe stalker dari elo kayaknya, Ben."

Aku tertawa, memasukkan salah satu tanganku ke saku celana dan kembali mennyesap birku. "Thank you for unnecessary reminder, Amber, I'll take it as a compliment."

Bibirnya kembali mengerucut, "Don't call me Amber," Ia mencebik. "Gue berasa jadi kakaknya Sofia yang pake gaun dan mahkota kemana-mana yang judes dan sombong itu. Geez, gara-gara Alia nih gue jadi hapal kan sama tokoh-tokoh Sofia The First!"

Between the Lines [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang