Chapter 3 - Heart Slayer

7.2K 991 29
                                    

Playlist: ROSÉ - 'On The Ground'

• • 

• Titania •

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

• Titania 

"Ta, packaging Nature Earth gimana? Udah deal?" Billy bertanya setelah menandaskan es teh di gelasnya.

Aku, Alia dan Billy sedang makan siang di warung soto langganan kami. Setelah meeting dengan Bara pagi tadi, perutku membutuhkan amunisi lebih banyak. Bukan karena pesonanya yang membuatku kehabisan tenaga, tetapi aku harus membuat perencanaan pembelian dan pengajuan cost. Pekerjaanku akan lebih rumit bila sudah ada project baru seperti sekarang ini. Membayangkan mataku nanti akan berhadapan dengan banyaknya angka saja sudah membuatku sakit kepala.

Aku menggeleng sambil mengigit telur puyuh dari tusukannya. Gila! Aku sudah menghabiskan tiga tusuk sate telur puyuh. Apa kabar kolesterol?

Dahi Billy berkerut. "Lah! Bukannya lo tadi meeting sama Pak Bara, ya?"

"Pak Bara siapa sih, Bil?" Alia bertanya, setiap kali aku berbincang perihal pekerjaan dengan Billy, Alia yang paling tidak mengerti karena tidak ada hubungan dengan pekerjaannya.

"Calon vendor baru, ih orangnya gantengggg banget tahu, Al." Billy melirikku dengan tatapan menggoda. "Iya kan, Ta?"

Aku mengangguk, ya memang begitu kenyataannya. "Iya, Al. ganteng asli. Kalo dibandingin sama pacar lo sih, ya ... gue lebih tertarik sama yang ini."

Alia mencebik, menyenggol bahuku dengan lengannya. "Dasar! Tapi baguslah. Lo memang nggak boleh tertarik sama pacar gue!"

"Duh, posesif banget!" Godaku.

"Ih kok jadi bahas gue sama Daffa?" Tegur Alia.

Billy yang sepertinya teringat bahwa pertanyaannya belum terjawab lantas menegurku.

"Heh! Lo belom jawab pertanyaan gue!"

Aku tertawa, padahal dia yang lebih dulu mengalihkan pembicaraan. "Belum deal, gue masih nego harga." Aku mengedikkan bahu santai.

"Ampun, Ta. Tuh harga udah murah, lho." Billy mengusap dadanya.

Aku mengangguk pasti, "Iya memang udah yang paling murah dibandingin sama vendor lain yang buat pengajuan." Aku mendesah pelan, "Tapi udah kewajiban gue untuk menawar sampai di harga yang paling mentok. Kalau cost-nya semakin rendah kan bisa jadi nilai plus buat divisi gue, nilai insentifnya juga nanti bisa semakin tinggi, kali aja kan insentifnya jalan-jalan ke Singapura."

Billy memutar bola mata. "Harapan lo ketinggian. Di divisi gue aja, mentok cuma dapet insentif jalan-jalan ke Bali."

Alia yang sedang menatap layar gawainya tiba-tiba bangkit lalu mengeluarkan beberapa lembar uang. "Eh guys, sori gue duluan, ya. Daffa ada di lobi, mau ketemu sebentar sebelum balik ke RS lagi." Ia meletakkan uang itu di meja. "Bayar pake ini, ya."

Between the Lines [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang