Playlist: Niall Horan - Paper Houses
• • •
• BEN •
"Where have you been?"
"Out," aku berusaha menghindari Papa dengan segala cara. Sejak Papa diberhentikan dari jabatannya sebagai direktur utama beberapa bulan lalu, yang bahkan ketika itu Papa sedang dalam masa pemulihan, ia sepenuhnya berada di rumah. Aku tidak tahu persis apa saja yang dilakukan oleh Papa, karena aku banyak menghabiskan banyak waktu di kantor daripada di rumah. Tapi sekarang, pria paruh baya itu duduk di ruang makan—sendiri.
"Duduk. Kita perlu berdiskusi untuk acara makan malam minggu depan dengan keluarganya Irene."
"Nggak bisa. Minggu depan aku udah ada di Myalup."
"Duduk dulu dan mulailah peduli!" tatapannya memperingatkan. Sebuah peringatan yang kukenal dengan baik. Aku berbalik, menarik salah satu kursi untuk kududuki. Tahu bahwa apa yang kukatakan tak akan mempengaruhinya dengan cara apa pun seperti yang ia lakukan padaku.
"Papa sudah tahu tentang akuisisi Atmadja," ia mengatakan dengan nada penuh ketegasan. "Tentang hubungan kamu dan Irene, Papa juga sudah tahu."
Aku langsung menoleh menatap Papa dengan tatapan penuh tanda tanya sekaligus curiga. "Papa mata-matain aku?"
"Hanya itu yang bisa Papa lakukan untuk memantau jalannya perusahaan di saat Papa sudah nggak punya power lagi," Jawabnya cepat dan enteng.
Aku tertawa hambar, seharusnya aku tidak kaget. Apapun bisa dilakukan Papa termasuk menyiksa anaknya secara batin dan mengkhianati orang-orang yang dicintainya.
"Kalau begitu harusnya Papa tahu apa yang akan aku lakukan di Myalup nanti. Atau kirim aja mata-mata Papa ke peternakan Opa buat mengikuti kegiatanku selama di sana, apa pun yang aku lakukan selama ini nggak pernah bisa membuat Papa lantas berubah percaya sama aku kan? Papa lebih percaya dengan bajingan-bajingan yang sekarang ada di penjara itu daripada sama anak kandung Papa sendiri."
Papa menggeram, tangannya di meja terkepal menahan emosi. "Jaga bicaramu, Ben,"
Aku tidak pernah ingin bekerja sebagai penerus. I want nothing to do with the family business. I don't want this life. It's not me and never was. Bagaimana cara menyadarkan Papaku? Aku sudah kehabisan cara, tiap kali aku mengatakan bahwa aku ingin menjadi fotografer, dan memiliki studio sendiri, Papa mengancam akan mengusirku dan tidak mengakuiku sebagai anak. Ancaman yang berat bila aku nekat memberontak. Sekalipun aku membencinya, pada kenyataannya aku tidak memiliki apa pun selain keluargaku.
Bila Reno bisa menerima dengan lapang dada, dan ikhlas bahwa sebagai penerus perusahaan keluarga adalah takdirnya, aku tidak semudah itu mengikhlaskannya, yang kulakukan sejak saat aku masuk ke sekolah bisnis hingga saat ini, karena aku ingin membantu Reno. Aku tahu dia juga sama-sama tak berminat, kami terjebak pada situasi keluarga ini, yang pada akhirnya mengharuskan kami berdua turun tangan, karena kenyataannya memang darah Atmadja mengalir di dalam tubuh dan diri kami, dan tidak ada yang bisa menghapuskan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between the Lines [COMPLETED]
RomanceReuben Rasya Atmadja, bertahun-tahun mencintai Alia-sahabatnya. Dan dia berpura-pura ikut bahagia atas kebahagiaan sahabatnya yang sudah menjalin cinta dengan seorang dokter bedah saraf yang menyelamatkan Papanya. Di sisi lain, ada seorang Titania A...