Playlist: SALTNPAPER - Satellite
• • •
• TITANIA •
Gara-gara kejadian kemarin lusa, konsentrasiku bekerja cukup terganggu, karena kakakku belum mau bercerita apa-apa. Bahkan saat sampai di rumah, kakakku mengurung diri di kamar, dan besoknya bersikap seolah tidak terjadi apa pun. Heran, kan? Aku ingin menanyakannya pada Mas Bara, tetapi aku sendiri belum yakin untuk menanyakan sesuatu yang ada sangkut pautnya dengan keluargaku. Di satu sisi aku penasaran, tapi di sisi lain, aku akan lebih percaya bila mendengarnya dari orang yang kupercaya yaitu kakakku, bukan orang yang baru kukenal dan kupacari beberapa minggu.
Entah mengapa feeling-ku berkata bahwa yang terjadi di antara kakakku dan Mas Bara tidak sesederhana dari hanya sekedar kenal atau teman biasa. Bisa jadi mantan gebetan atau mantan pacar, mengingat umur Mas Bara dan kakakku sama. Kalau pun benar mereka dulu pernah mempunyai hubungan khusus, kenapa aku tidak tahu? Atau jangan-jangan, Mas Bara dulu pernah nge-ghosting kak Kania? Ah, entah lah, aku jadi makin pusing memikirkan dua orang dewasa itu.
Tatapanku fokus pada layar komputer di meja kerjaku. Hari ini selama beberapa minggu ke depan akan ada audit, dan kalau sudah ada tim audit begini, kami benar-benar sibuk, bahkan untuk menikmati lagu BTS sebagai penyemangat saja tidak sempat, kerjaan yang sudah hectic dari awal, akan jauh lebih hectic. Apalagi kalau sudah ditanya-tanya.
"Guys, yang megang Paragon, siapa sekarang? Remind me, gue lupa," aku bertanya pada tim di kubikelku. Paragon adalah vendor kemasan untuk pasta gigi bermacam-macam merek yang diluncurkan oleh Smart Life.
Indri menoleh dan menjawab, "Gue, Mbak."
"Kenapa banyak yang belum closed PO-nya?" tanyaku tanpa menoleh, pandanganku masih fokus pada deretan nomor Purchase Order yang statusnya masih open yang seharusnya sudah di closed dari bulan lalu karena jadwal pengiriman dari vendor sudah full sesuai PO.
Indri tampak ragu, sepertinya dia agak takut, maklum wajahku hari ini tampak tidak begitu ramah. "Eng, itu Mbak, quantity-nya pas masuk gudang nggak full karena kepotong sortiran dari QC."
Aku langsung menoleh dan menatap Indri tajam. "Lo nggak diajarin Riska untuk langsung nerbitin NCR?" aku tahu Indri masih baru bekerja beberapa bulan dan dia belum terbiasa dengan sistem ERP yang dipakai oleh Smart Life, belajar SAP memang bisa dibilang tidak terlalu mudah, aku saja baru bisa beradaptasi setelah satu bulan belajar. Itu pun kadang masih suka lupa dengan T-Code-nya.
Indri menggeleng ragu, aku langsung menatap Riska. "Ris! Please, urusin deh tuh. Ada dua puluh nomer PO, lho, itu."
Bukannya aku tidak mau membantu, tapi sekarang kerjaanku sedang padat sekali. Di divisiku, pengadaan barang atau purchase dibagi menjadi lima bagian, yaitu, raw material (semua bahan mentah untuk bahan baku), packaging, support (kebutuhan pabrik non bahan baku), cash (pembelian yang sifatnya urgent atau harus dibeli cash di toko), dan impor (produk dari luar negeri yang khusus dibuat untuk Smart Life).
KAMU SEDANG MEMBACA
Between the Lines [COMPLETED]
RomanceReuben Rasya Atmadja, bertahun-tahun mencintai Alia-sahabatnya. Dan dia berpura-pura ikut bahagia atas kebahagiaan sahabatnya yang sudah menjalin cinta dengan seorang dokter bedah saraf yang menyelamatkan Papanya. Di sisi lain, ada seorang Titania A...