Chapter 29 - You'll be Okay, I Got You

5.6K 679 25
                                    

Playlist: Tom Odell - True Colours

• • • 

• BEN •

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

• BEN •

Keputusanku untuk membawa Tita berlibur ke farm house memang ide yang sangat brilian. Kami sangat menikmati waktu kebersamaan kami yang sempat hilang saat dulu aku menghilang. Kami sudah sering bersama, tetapi kali ini rasanya sungguh berbeda. Aku bisa merasakan perasaan bahagia yang tak bisa kuungkapkan dengan kata-kata seindah apa pun.

Tita memang mengatakan bahwa dia ragu, dia tidak ingin secepat itu untuk kembali jatuh cinta dan menjalin hubungan dengan seseorang. Namun, saat aku menciumnya di danau setelah kami berenang, dia mengatakan menginginkannya lagi—lebih dari yang telah kulakukan. Walaupun dia tidak membalas mengatakan bahwa dia juga mencintaiku, tetapi dari sikap yang dia berikan padaku, aku tahu bahwa dia masih mencintaiku seperti dulu yang sudah pernah dia ungkapkan. Dia hanya butuh waktu saja, dan aku akan selalu menunggunya sampai dia benar-benar siap untuk membangun komitmen bersamaku.

Yeah, komitmen. Terdengar lucu memang untuk orang sepertiku yang sempat takut akan sebuah komitmen. Namun, setiap orang bisa berubah, dan aku telah mengubah pandanganku tentang sebuah komitmen seperti yang sudah pernah kukatakan pada Tita. Aku banyak belajar tentang hubungan rumit yang kujalani bersama Tita sebagai sahabat selama ini. Aku juga banyak belajar pada cintaku yang tak berbalas pada Alia yang kini sudah bahagia bersama suaminya dan sedang mengandung anak pertamanya.

Kembali ke Jakarta, aku tidak pulang ke apartemen, melainkan pulang ke rumah untuk menengok Mama dan Papa, setelah lama aku tidak mengunjungi mereka.

Aku masuk ke dalam rumah dengan perasaan senang. Sejak di perjalanan menuju Jakarta, aku terpikir untuk memperbaiki hubungan dengan orangtuaku yang memang tidak begitu hangat. Jika aku saja bisa memperbaiki hubunganku dengan Tita, aku juga harus memperbaiki hubunganku dengan orangtuaku khususnya Papa, karena aku akan membawa Tita ke dalam lingkup mereka yang sebenarnya tidak menyenangkan.

"Reno ingin cuti panjang, Pa." Itu suara kakakku. Suaranya terdengar saat kakiku melangkah menuju ruang tengah. Aku menghentikan langkahku, sembunyi di balik tembok.

"Untuk apa?" Papa bertanya.

"Reno mau liburan, Reno mau solo traveling, backpacker ke negara-negara yang belum pernah Reno kunjungi."

"Lalu adikmu bagaimana, Ren?" Kali ini suara Mama. "Kamu mau membiarkan Ben mengurus perusahaan sendirian?"

"Selama ini kerja Ben bagus, Ma. Ben pasti bisa meng-handle semuanya. Dia lebih baik daripada Reno," jawab Reno.

Aku tidak tahan, perasaan senang yang tadi muncul saat aku datang ke rumah ini hilang dalam sekejap mendengar perbincangan mereka. Aku kembali berjalan ke ruang tengah dengan amarah yang muncul di diriku.

Between the Lines [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang