Chapter 10 - Lost My Old Self

5.8K 742 15
                                    

Playlist: James Smith - I Don't Wanna Know

• • 

• BEN •

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

BEN •

Yogyakarta, Ten years ago...

Hari ini tidak seperti biasanya, aku pulang ke rumah dengan wajah sumringah karena aku baru mendapatkan kabar dari pihak sekolah kalau aku menjadi salah satu siswa terpilih untuk pertukaran pelajar ke Granada Spanyol.

Aku sampai menyuruh Alia turun dari motor begitu sampai di rumahku dan memintanya untuk berjalan kaki sampai ke rumahnya yang hanya berjarak dua rumah yang berseberangan dari rumahku, karena aku sudah tidak sabar untuk membagi kabar baik ini.

Aku memarkir motor di garasi, kebahagiaanku makin membuncah ketika mendengar samar-samar suara Papa. Itu artinya aku tidak perlu menelepon Papa yang tinggal di Bandung untuk memberitahukan kabar baik ini.

"Mama udah nggak sanggup, Pa. Mama nggak sanggup harus berbagi seperti ini terus."

Suara Mama yang bergetar terdengar begitu aku hendak masuk ke ruang tamu. Keningku berkerut, otakku berpikir keras mempertanyakan apa yang dimaksud Mama dengan kata berbagi.

"Tapi Papa nggak bisa mengabulkan gugatan yang Mama daftarkan ke pengadilan agama, Ma. Papa nggak bisa melakukan itu, Papa cinta sama Mama, dan Mama tahu itu, kan?"

Aku bersembunyi di balik pintu dekat guci besar di sudut luar ruang tamu. Pecahan kalimat demi kalimat percakapan di antara Papa dan Mama makin membuatku penasaran karena aku belum bisa memecahkan apa yang mereka maksud.

"Cinta yang seperti apa yang Papa maksud? Kalau bukan karena Reno dan Ben, Mama sudah minta cerai sejak awal Mama tahu kalau Papa berselingkuh dan nikah diam-diam sama Wulan!"

Aku merasa duniaku runtuh detik itu juga.

Saat aku lulus SD, Mama tiba-tiba mengurus kepindahan kami dari Bandung ke Yogyakarta, minus Papa. Saat itu Mama hanya menjelaskan kalau Papa terlalu sibuk dan jika kami pindah ke Yogya, di sana aku dan Reno—kakakku akan mendapatkan pendidikan dan lingkungan yang lebih baik. Tentunya aku hanya bisa menuruti. Aku tidak merasa keberatan, karena waktu itu aku masih berpikiran layaknya bocah SD yang baru lulus. Dengan pindah kota berarti aku akan memiliki lingkungan baru dan teman-teman baru—yang mungkin akan lebih menyenangkan.

Aku memang mendapatkannya. Lingkungan baru, teman-teman baru, juga sahabat baru, tetapi dari semua yang kudapatkan. Pada akhirnya aku tahu alasan dari semua yang kudapatkan hanyalah sebuah kamuflase.

Tanganku mengepal, dadaku sesak, kepalaku terasa panas—terlebih kedua mataku. Aku ingin menangis tetapi tidak bisa. Aku terlalu marah pada kenyataan yang diam-diam disembunyikan oleh kedua orang tuaku. Selama bertahun-tahun kemesraan yang mereka tunjukkan padaku hanya omong kosong, semuanya palsu.

Between the Lines [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang