Chapter 26 - In Your Dream

5.9K 730 29
                                    

Playlist: Taylor Swift - Wildest Dream

• • •

• Titania •

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Titania

What a sucks Monday!

Mendapat telepon konyol dari Ben di pagi hari, dan hampir menabrak pedagang sayur yang membawa gerobak dalam perjalananku menuju kantor sungguh menyebalkan.

Bagaimana bisa seorang Ben, yang tidak ingin berkomitmen dan menganggap sebuah pernikahan hanya sebagai status bisa bicara tentang tanggung jawab segala? Apalagi ia mengatakan itu ke kedua orangtuaku dan kakak-kakakku.

Benar-benar konyol, meski aku tahu, Ben adalah pria yang selalu menjaga kata-katanya. Hal konyol yang dilakukan Ben bukan hanya itu saja, ketika aku sudah sampai di kantor, Mbak Inah mengirimiku pesan kalau ada kiriman seekor anak kucing ke rumah dan anak kucing itu dari Ben, ia mengirim bersamaan dengan sebuah kartu yang ditempelkan di kandang kucing itu.

Oh, come on, bahkan aku tidak pernah berpikir mau memelihara kucing lagi, cukup Debora saja yang mungkin sekarang sedang makan-makanan kucing di Surga.

I wanna let you know that I know you've been through hell with past relationships, but I'm thankful that they didn't work out. And... I'm going to spend my entire life making sure nothing bad ever happens to you. I'm going to love you more than anyone ever has, Titania.

Love,

Ben

Aku membaca rangkaian kata yang Ben tulis di kartu ucapan setelah aku meminta Mbak Inah memotretnya dan mengirimkannya lewat pesan WA padaku. Seharusnya aku bahagia membaca pesan itu, apalagi setelah dia mengatakan bahwa aku penting bagi dirinya. Namun, entah mengapa perasaanku menjadi abu-abu.

His message like a love bombing. He knows it's what I want to hear, so he says it to 'get' me. But once I caught, l'll be living on the memory of those words, while being confused by his behavior. Eventually, he will wear me down and I will settle for it, or make the hard decision to leave.

Kebiasaan para lelaki yang pernah menjadi pacarku, dan aku tidak mau terjebak lagi pada hal yang sama, apalagi setelah mengetahui kenyataan pahit saat berpacaran dengan Bara. Aku tidak mau terburu-buru menerima Ben, meski aku tahu dan hatiku percaya bahwa Ben mungkin tidak akan melakukan hal kejam seperti yang dilakukan oleh mantan-mantanku, dia terlalu baik untuk itu. Aku hanya ingin memastikan hatiku benar-benar sembuh dari patah hatiku sebelum menerima sebuah cinta yang baru.

Aku mengangkat kepala, mengalihkan pandanganku dari layar monitor komputer ke suara pintu yang terketuk di ruangan kerjaku.

"Yes."

Between the Lines [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang