16. Upacara

3.3K 512 27
                                    

Nana menyeruput kopi susu yang masih panas tanpa kesusahan. Udah kebal mah mulut dia sama makanan minuman tipe gimana aja.

Dia datang kepagian. Sebenarnya sih nggak kepagian banget juga karena kalau di jadwal apel buat upacara kemerdekaannya diadain pas jam 7. Tapi sekarang tinggal 15 menit lagi jam 7 orang-orang yang mengisi kampus cuma beberapa. Kebanyakan cuma panitia yang ngatur jalannya acara. Maka dari itu daripada kebosanan, dia nongkrong aja di warung dekat pasca sarjana sambil minum. Kalau ada pemberitahuan buat ngumpul baru deh dia buru-buru ke lapangan.

Gadis itu tersenyum pas liat dua temannya datang, "Cie, kita couple-an dong~"

"Hooh mampus deh couple-an sama satu kamus kita, Na. Kan outfit mahasiswa emang disamain, merah putih semua ogeb!"

Chandra pagi-pagi udah darah tinggi aja. Tapi nggak serius kok, buktinya dia senyum lebar banget.

"Chandra dari tadi sumringah banget," Koko bersuara setelah memesan teh hangat dan mencomot roti yang memang ditaruh di meja, begitu pula Chandra.

"Iyalah, kan mau bikin konten kemerdekaan. Trus nanti habis ashar di masjid deket komplek ada lomba."

Nana ikut senyum bangga sama Chandra, "Sesenang itu ya Chan sama kerjaannya? Duh jadi bangga."

"Iyalah. Habisnya setiap gue bikin konten baru maka selangkah lebih dekat gue sama si sulung keluarga halilintar."

Iyain aja.

Mereka berjalan dengan Chandra di depan. Mau ke lapangan sedang motor mereka ditinggal dekat pasca sarjana tadi. Takut nggak ada lahan parkir lagi di sana nanti. Koko harus menghentikan kegiatannya ngasih spoiler ke Nana soal novel yang dibeliin Nana waktu itu karena kan mereka beda kelas jadi tempat barisnya pun beda.

"Ini temen-temen laknat gue nih. Kita ceritanya pada mau upacara--eh itu apaan?"

Teman-teman sekelas Nana sama Chandra yang udah ngumpul di lapangan walau barisannya masih amburadul itu membagikan stiker merah putih buat dipasang di pipi dan juga pita buat diiket di kepala. Supaya paling beda lah kata mereka. Emang dasarnya sih kelas ini rada caper, padahal kelas lain se-universitas nggak ada yang kayak gitu.

Chandra yang sedari tadi sibuk nge-vlog juga ikutan berebut.

"Ayo anak-anak bapak sekalian baris yang rapi. Acara akan segera kita mulai." Itu suara pak rektor. Mereka mulai berbaris dengan rapi meski mulutnya tetap nggak bisa diam.

Di depan sana para dosen pada dibuat gemas sama mahasiswa yang pada bertingkah pakai datang telat segala. Bahkan ada yang dengan santainya berjalan bagai tak dikejar waktu.

Nana terkekeh melihat ketua kelasnya yang agak panik menghitung anak kelasnya. Pas tau sudah lengkap baru dia bernafas lega. Dasar perfeksionis.

Sebelumnya udara masih dingin, tapi karena kebiasaan para warga +62 yang suka telat, Nana dan yang lain masih harus menunggu yang belum masuk kebarisan padahal matahari sudah mulai meninggi. Tapi nggak lama keluhan karena panas terganti dengan decakan kagum.

Gimana nggak? Mereka semua pada ketampar dong sama visual mahasiswa-mahasiswa yang baru datang. Habisnya entah kebetulan atau apa, anak BEM yang super karismatik yang namanya Theo datang dengan wajah tanpa senyumnya, lalu di belakangnya ada Felix yang berlari menuju barisan sambil tersenyum cerah.

Dia memang gila popularitas sih.

Lalu di belakang Jerry melangkah dengan kaki panjangnya sambil membenarkan rambut pirangnya dengan jari. Kebiasaannya banget sih kalau gitu. Pas udah baris di barisan kelasnya, dia tersenyum ke arah pak rektor yang hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah mereka.

Ganteng Tapi Belok | Nomin GS ✓Where stories live. Discover now