Larch

9 1 0
                                    

Putri menunduk, menatap sepatunya yang terus melangkah menapaki aspal jalanan. Banyak orang di sana yang berjalan sambil mengobrol dengan teman atau pasangan, namun dia memilih menyendiri, menikmati musik yang terputar di kepalanya.

Karena jarak rumahnya tak terlalu jauh dari sekolah, jadi gadis ini pun berjalan kaki, itung-itung olahraga. Di sekolah, gadis berambut ikal ini memiliki julukan, "Putri malu!!!"

Ia mendapat julukan itu karena senang berjalan sendirian, tapi meski begitu bukan berarti Putri tidak punya teman. Dia sama saja seperti anak sebaya.

Gadis berkepang kuda yang tadi memanggilnya itu, langsung loncat dari bangku, menghampiri Putri yang baru muncul di balik pintu. Gadis itu membawa-bawa buku, lalu menunjukannya dengan wajah panik pada Putri. "Ada pr! Lo tau ga?"

Putri mengerutkan kening, tak lama kemudian seulas senyum pun tercipta di wajahnya. "Udah..."

Jawaban itu sontak membuat bola mata Meli berbinar. Bak anak anjing yang minta bermain, dia pun berkata dengan sangat lembut, "Liat donggg...."

Putri melengos, segera menduduki bangkunya lalu mengeluarkan buku untuk kemudian diberikan pada Meli. Dengan cepat, gadis berkuncir itu pun beraksi menyalin jawaban secepat yang ia bisa.

Selama Meli menyalin, dia diam memfokuskan diri, sehingga membuat Putri sedikit bosan tanpa teman mengobrol. Pandangannya menyebar ke seluruh penjuru kelas, sampai terjatuh pada sosok lelaki yang tertutup jaket biru navy. Dapat ditebak, lelaki itu pasti sedang tertidur dengan telinga dicocoki musik.

Pernah sekali, dia tertidur sampai jam pelajaran pertama dimulai. Dia susah dibangunkan, bahkan teriakan keras teman-teman sebelum kelas dimulai pun, terdengar seperti suara angin di telinga lelaki itu. Dan akhirnya, sebelum kelas berakhir pak guru dengan emosi 4G LTE menggebrak mejanya, sampai dia terbangun.

Lelaki itu Awan Agnibrata, sosok lelaki yang berhasil menarik perhatian Putri selama dua tahun ini. Melihat wajahnya orang-orang pasti langsung bisa menebak alasan Putri menyukainya. Namun sebenarnya Putri juga bingung, apa ia menyuka Awan hanya karena tampang atau lebih dari itu? Dua tahun bukan waktu yang sedikit untuk mencetuskan rasa suka. Kalau Putri suka Awan dari tampangnya, pasti ia pernah merasa risih saat wajah Awan berubah.

Misalnya saat Awan kena hukuman rambut, sampai ia harus membotaki kepala. Atau saat Awan di dandani seperti tante hobi mangkal oleh Rizky, waktu mereka mengikuti lomba 17-agustusan di sekolah. Rasanya Putri tetap saja menyukai Awan yang seperti itu. Maka ia pun menyimpulkan; Putri menyukai Awan tanpa alasan selain cinta.

"Puuuttt udah... Makasih yaa baby!" pekik Meli dengan nada sumbringah, sontak memudarkan lamunan Putri tentang Awan.

Gadis bermata coklat itu pun mengangguk pelan dihiasi senyum tipis. Pandangannya kini sudah menatap Meli saat dia mengajaknya mengobrol, tapi pikirannya masih melayang memikirkan Awan yang sampai bel berbunyi nyaring pun, masih saja nyenyak diselimuti mimpi di balik jaketnya itu.

"Asalamualaikum..." sapa pak Yanto, membuat beberapa murid yang tidak menyadari eksistensinya, tersentak kaget. "Lagi ngapain ayoooooo sampai ga denger bapak masuk???"

Senyum usil di wajah lelaki 40 tahunan itu seketika luntur, saat tak sengaja matanya menagkap seongok mahluk yang tertutup jaket. Jelas anak itu sedang tidur, dan itu bukan hal baru. Pelan, Yanto melangkah mendekati bangkunya yang terletak di barisan belakang. Setelah mengintip sekilas, Yanto pun berusaha membangunkannya sehalus mungkin.

That storyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang