Ini panjang bet sumpah, sampai 2956 words. Gumoh-gumoh dah lu pada😭
....
Suasana hening mencekam diantara mereka, meskipun sekeliling diramaikan dengan suara kendaraan juga nyanyian musisi jalanan. Lelaki itu menunduk, memainkan jarinya gusar, sementara sang gadis hanya diam mengaduk-ngaduk teh manis yang belum diminum.
Satu kata yang bisa menggambarkan keadaan mereka adalah, canggung. Padahal sudah setahun terakhir ini mereka selalu bersama, bergandengan tangan memecah gelapnya kota Yogyakarta. Tapi malam ini di kota yang sama, kedekatan mereka seperti terkikis digerogoti ego masing-masing.
Lelah dengan keheningan, gadis itu melirik sedikit lelaki di hadapannya. Masih menunduk, belum ada niat menatap atau bicara lebih lanjut. Akibatnya sang gadis pun angkat bicara lebih dulu, mengusir keheningan diantara mereka.
"Ada apa? Kenapa diem terus, mas?" tanyanya, mengalihkan pandang dari teh manis pada wajah tegas lelaki itu.
"Hm," gumamnya nampak berusaha mengatakan sepatah kata, tapi tenggorokannya tercekat. Dia menelan ludah gusar, akhirnya kalimat lain lah yang keluar dari mulutnya. "Tehnya manis?"
Pertanyaan bodoh itu yang terlontar dari mulutnya. Padahal bukan ini yang ingin dia bicarakan sampai mulut kelu, pertanyaan atau pernyataan yang ingin dia sampaikan sangat berat terucap. Pikirnya, nanti saja lagi menyampaikannya.
"Manis.."
Lelaki itu tersenyum canggung, menggaruk tengkuknya. "Hm.. Syukurlah."
"Iya manis, aku kan minumnya sambil liatin mas," jawab gadis itu menggoda, padahal dia belum meminum tehnya.
"Haha.. Bisa aja kamu."
"Bisa lah.." jawab sang gadis, tertawa renyah.
Lelaki itu tersenyum lebar, tawa pun terdengar diantara mereka, memecah hening yang semula berkuasa. Lelaki ini bernama Bima, sedangkan gadisnya bernama Ajeng. Dua pemuda Yogyakarta yang dipertemukan takdir saat sedang menonton konser Sheila on7.
Scenario Tuhan mempertemukan mereka sangat berkesan, dulu Bima menolong Ajeng saat ban motor gadis itu kempes di jalan. Ajeng yang tidak tahu harus meminta tolong kemana, akhirnya mengiyakan saja, tanpa curiga saat Bima menawarkan bantuan. Karena malam sudah larut, Bima pun mengantarnya pulang.
Di perjalanan pulang, mereka terjerat satu topik tak terduga, ternyata Ajeng ini adik kelasnya saat SMA. Meski samar, tapi Bima mengingatnya, sampai pembicaraan mereka sangat asik, mengungkit masa lalu tentang sekolahnya. Dimulai dari guru sejarah yang galak sampai Abang kantin yang kece. Merasa cocok satu sama lain, mereka pun saling bertukar nomor sebelum akhirnya Bima sampai mengantarkan Ajeng ke rumahnya.
Awalnya mereka kira itu menjadi pertemuan terakhir mereka, tapi saat Bima membalas status whatsapp Ajeng yang curhat bosan di rumah, pertemuan selanjutnya pun terjadi.
"Aku mau ke hutan pinus asri, mau ikut?" tawarnya via telpon kala itu. Ajeng menimbang beberapa menit, menanyakan di mana tempat itu berada. Ya.. Ajeng memang tipikal manusia rumahan yang tidak tahu banyak tempat. Setelah Bima menjelaskan dan Ajeng setuju ikut, mereka pun pergi berdua.
Bima menjemput Ajeng dengan motor yamaha fz1, warna hitam yang dia incar mati-matian setelah melihat Pak Jokowi memakainya, saat pembukaan Asian games 2018 lalu. Motor ini jadi kebanggaan Bima, dia sangat menyukainya.
Perjalan dari tempat--rumah Ajeng di Jalan Malioboro-- memakan waktu 41 menit menurut google maps. Tapi kala itu jalanan ramai, sampai mereka membutuhkan waktu satu jam lebih. Selama perjalanan banyak yang mereka bicarakan, tanpa henti terus bicara sambil sesekali tertawa seperti seorang yang sedang kasmaran.