Part #1

395 90 2
                                    

"Simbol tidak harus berbentuk gambar. Simbol bisa berbentuk benda dan yang lainnya. Karena itu aku memilih kamu sebagai simbol cintaku."

Taehyung melihat ke arah handphonenya tengah berbicara dengan ibunya yang selalu mengganggunya dan bertanya tentang kapan Taehyung akan segera sampai ke apartemen perempuan yang bernama Dahyun.

Namun yang Taehyung ingin tanyakan adalah, setiap ia berbicara dengan ibunya, ibunya menyuruhnya untuk selalu toleransi dengan apapun yang terjadi disana. Hal itu membuat Taehyung semakin ingin tahu apa yang sebenarnya harus ditoleransi dari perempuan itu.

Kenapa? Karena apartemennya merupakan apartemen yang cukup bagus, selain itu perempuan itu tampak sangat introvert dan sulit untuk diajak bicara. Lalu apa yang harus di toleransi?

Apa mungkin malu-malunya perempuan dengan rambut panjangnya itu hanya akting semata?

Hah, semakin dipikir semakin aneh saja, batin Taehyung tak sadar jika dia sudah sampai di tempat pemberhentiannya. "Permisi, anda sudah sampai Tuan." Ucap pengemudi taksi yang mengantarkan Taehyung beberapa kilo dari asrama putra yang seperti neraka itu.

Taehyung yang kemudian tersadar memberikan beberapa uang pas ke arah pengemudi taksi itu, setelahnya ia keluar dari taksi dan mengecek jika barangnya sudah semua. "Lengkap Tuan?" Tanya pengemudi taksi yang diangguki oleh Taehyung saja, kemudian Taehyung berjalan menuju gedung apartemen itu.

'Ap.Seungri-156, lantai 12.' alamat itu tertulis di handphone Taehyung mengingat ibunya mengiriminya lewat pesan tanpa mengatakan apapun lagi.

Apartemen yang lumayan tinggi itu membawa Taehyung ke nomor yang dituju dengan menggunakan lift yang cukup sepi mengingat waktu itu merupakan jam kerja. Mata Taehyung terlihat menelisik melihat ke arah nomor yang silih berganti tiap melewati satu lantai ke lantai lain.

Saat lift berhenti, pintu lift terbuka dan menampakkan Taehyung dengan dua buah kopernya. Di depan pintu lift, Taehyung terlihat terkejut karena mendapati Dahyun berada disana. "Oh, nona Kim Dahyun. Selamat siang." Kata Taehyung disambut oleh anggukan pelan oleh Dahyun. Hingga kemudian Taehyung ditinggalkan dengan Dahyun yang pergi menuju lobi.

"Sudah kuduga kita tidak untuk satu sama lain." Desahan mengeluh Taehyung sudah terdengar beberapa kali hari ini, dari tugasnya yang menumpuk, ibunya yang terus mengganggunya dan Dahyun yang tidak ingin mendekatkan diri kepadanya.

Untung saja Taehyung punya darah rendah, jadi saat marah tekanan darahnya akan menjadi normal.

"250317." Gumam Taehyung menekan satu persatu layar angka yang ada di gagang pintu sebagai pembuka kunci kamar apartemen itu.

Bersiap untuk masuk, Taehyung dihadiahi bau tak sedap berasal dari ruang tv yang juga sebagai ruang tamu itu.

Sial, banyak sampah dimana-mana.

"Apa-apaan ini?!" Kejut Taehyung melihat sampah berada dimana mana, tanpa diberi kantong plastik.

Sungguh tempat pembuangan sampah yang hebat. Saat menelusuri dari mana sampai mana sampah itu berasal, Taehyung sudah merasakan pusing, mata berkunang-kunang, mual dan keringat dingin saat mengetahui sampah-sampah itu ada dari ujung ke ujung bahkan dapur.

Tas yang tadinya ia bawa dipunggunya terasa sangat berat hingga terjatuh dengan sendirinya.

Sebenarnya semalas apa perempuan itu hingga tidak membuang puluhan sampah itu?!

"Jadi ini maksudnya... Toleransi..."

Setelah menemukan tempat untuk meletakkan barangnya, dia mencoba untuk membersihkan apartemen tersebut dengan cukup cepat mengingat adanya trolli sampah di lorong tadi. Untung saja, kamar yang diperuntukkan untuk Taehyung tidur dan belajar cukup bersih.

"Akhirnya~ udara segar." Kata Taehyung membuka jendela dan belum menyadari jika ada satu ruangan, yaitu kamar Dahyun, yang belum dia sentuh sama sekali. "Oh, apa itu kamar Nona Dahyun?" Tanya Taehyung mulai menuju ke arah pintu kamar itu.

"Uh? Terkunci?" Tanya Taehyung bermonolog, tapi ya sudahlah mungkin juga namanya privasi.

Jam sudah menunjukkan angka enam sore yang berarti Taehyung harus mandi, terlebih lagi setelah berkeringat membuang sampah- sampah itu.

Pip! Pip! Suara pintu terbuka, menunjukkan seorang perempuan yang memakai pakaian yang normal seperti biasanya dengan sepatu Converse tanpa heels. Taehyung yang melihat perempuan itu langsung berjalan dengan wajah yang kesal, "Nona, apa kah kau sangat malas hingga apartemenmu bau dan kotor, makanan di kulkas juga-". "Kau yang membersihkannya?" Potong Dahyun dengan sedikit rasa kesalnya juga.

"Benar, dan-" lagi - lagi perkataan Taehyung terpotong oleh Dahyun, "Apa aku menyuruhmu membersihkannya? Kenapa kau melakukan hal yang tidak aku suruh?! Dari mana saja kau menyentuh barang-barangku?! Kau mempunyai kamar yang cukup bersih, kenapa masih menghiraukan yang lainnya?!" Taehyung tidak percaya jika niat baiknya dihadiahi perkataan kasar seperti itu, mengapa perempuan itu seperti tidak tahu terimakasih dan kebersihan?

"Ka-kau memarahiku?" Dahyun yang mendengarnya terdiam sebentar dan menghela nafas, "Lupakan, jangan menyentuh kamarku." Kata Dahyun yang sebenarnya juga malunatas peristiwa ini, dan membuka kamarnya yang ternyata juga dipenuhi oleh sampah-sampah tidak berharga.

"Hah, tidak bisa kupercaya." Kata Taehyung merasa tidak senang.

Karena tidak ingin mengatakan apapun lagi, Taehyung kembali ke kamarnya yang sudah disemproti ruangan dengan bau yang menyegarkan, dan semportan mengusir lalat, nyamuk dan lainnya. Lalu mandi di kamar mandi kamarnya.

***

Taehyung berangkat dan meninggalkan apartemen lebih cepat dari Dahyun karena jam kuliah mereka yang berbeda. "Bagaimana rasanya di apartemen baru? Apakah dia cantik?" Tanya Jungkook yang selalu ingin tahu.

"Benar-benar buruk." Singkat Taehyung membuka laptopnya dan memilih ppt yang nanti akan ia presentasikan. "Kenapa?"

"Nanti akan aku jelaskan. Ini kertas pptmu, baca dengan jelas dan tertata." Kata Taehyung kemudian kembali mencoba untuk memperbaiki kalimat-kalimat yang kurang di aplikasi itu.

TBC

Like! Comment! And follow.

Gimana ceritanya? Next apa nggak?

TRASHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang