Part #3

304 87 4
                                    

Aku dan kamu. Sama - sama punya tujuan yang sama. Namun tidak bersama karena ketakutan yang sama. Saling nyaman, tapi takut untuk kehilangan.

Taehyung masih berkutat pada laptop besarnya yang kalau dipakai olehnya menjadi lebih kecil karena badannya yang lebih besar. Seharusnya dia menulis laporan yang menjadi tugasnya selama dua Minggu itu. Tetapi dia belum menuliskan apapun di aplikasi yang sudah banyak menyimpan dokumen yang tak terhitung banyaknya itu.

"Hoarding..." Gumam Taehyung yang kembali teringat perkataan Jungkook.

PYARRR!

Taehyung terkejut dengan adanya suara yang membuatnya berdiri tegap, gema suara itu bersumber dari dapur. Dengan cepat Taehyung membuka pintu kamarnya dan melihat Dahyun tergeletak di dekat washtafel. Untung saja perempuan itu tidak menjatuhkan gelas itu dilantai."Nona Dahyun! Bangun! Hei!"

"Ash, kenapa badannya dingin dan pucat? Hei! Bangunlah apa kau bisa mendengarku?!" Tanya Taehyung yang mencoba setenang mungkin menghadapi situasi seperti itu. Diambilnya benda persegi panjang berwarna hitam disakunya, lalu ia menghubungi ambulan untuk mendapatkan bantuan.

5 menit ambulan menuju ke apartemen, namun tidak ada tanda-tanda jika Dahyun akan bangun dari pingsannya. Sementara air mata perempuan itu masih mengalir menandakan dia sempat bermimpi atau merespon sesuatu diperasaannya.

"Bagaimana kronologinya?" Tanya sang dokter yang dibantu oleh orang-orang yang membawa Dahyun ke mobil ambulan.

"Aku tidak tahu, dia tiba-tiba pingsan di dapur. Kemudian aku melihat dia sangat pucat padahal kami sudah makan." Kata Taehyung menjelaskan kronologi seperti yang sudah diperintahkan oleh sang dokter.

"Baik, ikut saya terlebih dahulu sebagai wali perempuan ini." Anggukan Taehyung setelah perintah kedua dari dokter itu menggerakkan kedua orang dan yang lainnya untuk pergi ke rumah sakit secara cepat.

"Apa kau tahu jika dia memuntahkan makannya? Atau kondisi lainnya?" Tanya dokter masih mewawancarai sembari memberikan vitamin pada Dahyun yang memang membutuhkannya.

"Tidak, aku baru saja pindah ke apartemen itu, jadi kami tidak terlalu kena dan kamar mandi kami terpisah." Ucap Taehyung menjawab pertanyaan itu.

"Dimana orang tua kalian?" Tanya Dokter itu menyadari jika mereka masih merupakan mahasiswa.

"Orang tua kami tidak berada di luar daerah Seoul. Aku akan me-". "Jangan..." Lirih Dahyun yang masih menutup matanya. Dia mencoba mengatakan jika Taehyung tidak harus menghubungi orang tuanya saat itu, dengan suara lirih yang sudah sangat serak.

"Menghubungi mereka... Aku mohon.." lirih Dahyun lagi yang membuat Dokter dan Taehyung merasa bingung, jika mereka tidak mengatakannya kepada wali atau orang tua pasien pasti akan sulit untuk menjelaskan apa yang terjadi.

"Baiklah." Kata Taehyung menuruti apa yang dikatakan Dahyun dengan misi ingin tahu apa yang akan dilakukan Dahyun setelahnya.

***

"Hmm, dari pemeriksaan dokter, Nona Kim mengalami kekurangan tidur dan banyak mengalami muntah-muntah." Taehyung hanya terdiam mendapatkan analisis dari dokter tersebut.

"Ada kemungkinan nona Kim mengalami depresi yang berlebih. Apakah anda tahu alasannya?" Tanya perawat yang membuat Taehyung menggeleng, dia tidak tahu tentang itu. Jujur saja dia tidak percaya, meskipun Jungkook sudah memberitahunya.

"Maaf, tapi dia terlihat biasa saja saat berbicara bersama saya. Mungkin sedikit pemalu, apa anda yakin nona Dahyun mengidap depresi?" Pertanyaan Taehyung membuat perawat terdiam sebentar.

"Tidak semua pasien pengidap depresi menunjukkan sikap kebingungan dan rasa sakitnya dihadapan semua orang. Kadang mereka memilih untuk menyembunyikannya, tapi itulah yang saya takutkan." Ucap perawat sepertinya ingin memberikan sedikit pengetahuan kepada Taehyung.

"Pasien yang sering menyembunyikan rasa depresinya akan semakin depresi jika tidak dibantu. Coba hubungi orang tuanya untuk memberitahu hal-hal ini." Kata Perawat kemudian meninggalkan Taehyung sendirian di depan kamar rawat Dahyun yang masih lemah.

Diketiknya nomor ibu Dahyun yang pernah diberitahu oleh ibunya sendiri.

Berdering...

Sreg..

"Halo Taehyung, ada apa hingga kau menelepon larut malam seperti ini?"

"Maafkan saya Nyonya Kim, saya ingin bertanya tentang Dahyun."

"Pasti karena anak itu belum merapihkan apartemennya lagi. Maafkan Dahyun ya, dia memang sedikit jorok saat mulai tinggal sendiri. Dia memang pemalas jadi tolong bantu dia saat waktunya bebersih rumah ya?"

"Ah.. sebenarnya Dahyun hari ini sedikit sakit, apa dia memang sering sakit seperti ini?"

"Sakit? Apakah Dahyun sangat sakit? Dia tidak pernah sakit sebelumnya, setiap aku kesana pun dia tidak pernah terlihat pucat."

Baik. Taehyung mengerti, namun kebingungan. Dia mengerti jika Dahyun sama sekali tidak mengatakan apapun kepada siapapun tentang kondisinya yang seperti ini, tapi mengapa?

Depresi yang seperti apa yang dia punya? Apa penyebabnya hingga dia sulit untuk mengatakan kata tolong pada setiap orang yang berjalan disampingnya?

Dia memang tidak mengenal Dahyun, tetapi perempuan itu entah kenapa memang membutuhkan bantuan darinya. "Ya Tuhan! Kenapa kau membawaku kesini!" Tanya Taehyung menghela nafas karena merasa dia tidak ingin ikut campur namun juga tidak ingin merasa acuh.

Tidak ingin bergelut dengan dirinya sendiri, Taehyung menghampiri Dahyun yang tertidur dengan wajah yang tidak tenang. Seperti seseorang yang ingin mengatakan sesuatu namun tidak mau dan tidak bisa.

"Tidak apa-apa. Aku bisa membantumu. Tenanglah." Kata Taehyung menepuk pundak Dahyun pelan, seperti mengatakan jika Dahyun tidak perlu khawatir dengan berbagai hal yang menghantuinya.

***

Setelah Dahyun sadar, Taehyung memberikan perempuan itu bubur. "Apa kau sudah baik-baik saja?" Tanya Taehyung yang diangguki oleh Dahyun. Dahyun merasa badannya diselimuti oleh keringat yang bercucuran dari badannya. "Setelah kau makan, mandi dan ganti bajumu. Lalu kita berbicara." Kata Taehyung yang membuat Dahyun sedikit merasa takut.

Apakah dia mengatakan sesuatu saat dia bermimpi?

Apakah Taehyung mengetahui historinya dari orang-orang yang lain?

Apakah Taehyung kemudian mengatakannya kepada ibunya?

Banyak pemikiran yang melanda Dahyun hingga terasa sangat sesak. "Hei, hanya pembicaraan biasa." Ucap Taehyung melihat betapa paniknya Dahyun jika dilihat dari sorotan mata perempuan itu. "Ba-baiklah."

TBC

Read~ like~ comment~ and fallaw

Gimana guys ceritanya apakah ngebosenin?

TRASHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang