Benar, terkadang manusia takut mencoba karena takut kalah dan tertinggal. Padaha belum ada usaha sebelum mencoba. Sungguh lucu saat mereka khawatir pada hal yang jalannya masih panjang.
Seorang perempuan dengan surau rambut yang hitam kecoklatan itu tengah berbincang bersama teman-teman dekatnya selama SMA di salah satu kedai minuman yang kecil dan berada di samping jalan itu. "Mahasiswa baru! Dan Masa depan!" Teriak manusia-manusia yang tengah merayakan masuknya mahasiswa baru tahun itu.
Yang menyebalkan acara minum minum itu tidak berhenti sejak tiga jam yang lalu dengan semboyan yang tak kreatif sama sekali. Ugh, bisa mati bosan jika kau adalah orang yang sangat benci pesta, seperti Dahyun yang sudah sejak tadi memakan camilan kecil didepannya.
Semua orang tengah minum-minum bersama dengan teman dan kakak tingkatnya. "Dahyun, bisa kau antar Eunwoo ke rumahnya? Aku rasa dia sudah sangat mabuk." Kata Mark yang sebenarnya juga mabuk di samping Eunwoo.
"Eh? Aku? Dia berat, bagaimana bisa aku mengangkatnya?" Tanya Dahyun yang memang tidak mengenal siapa-siapa sebelumnya disana, dan mulai mengenal mahasiswa lain yang sudah mengenal satu sama lain.
"Aku masih sibuk disini.. MINUM!" ucap Mark yang kemudian meminum segelas penuh minuman yang dicampur oleh bir dan minuman beralkohol ditangannya. Dahyun yang melihat hal itu mengeriyitkan dahinya dan sebenarnya mulai berfikir jika itu adalah salah satu cara untuk lari dari sana.
"Oh! Junior Dahyun! Mau kemana kau? Pesta belum berakhir!" Kata seorang Senior menunjuk ke arah Dahyun hingga Dahyun dilihat oleh banyak pemabuk lainnya.
"Euh..teman saya sudah terlalu mabuk, saya harus mengantarnya pulang. Sebelum dia sakit." Pembelaan Dahyun untungnya berujung gula, dia pun bisa lolos dari sana.
Sayangnya, Eunwoo benar-benar berat hingga beberapa kali ia harus ikut terseret ke tempat dimana Eunwoo akan terjatuh. "Dimana rumahmu?" Tanya Dahyun kepada Eunwoo yang mulai bergumam meskipun beberapa kali berteriak. "Luruuuuuuuussssssssss! Perempatan gang, kiriiiiiuuiuiuuiuiuiuuiwww, apartemen lantai 4 nomorrrr 31."
"Ah, bau akoholnya menyengat." Gumam Dahyun saat berjalan cukup jauh dari tempat terkutuk itu, dan sampai ke tempat yang cukup bagus untuk sebuah tempat tinggal siswa.
Dahyun memasuki rumah Eunwoo dengan bantuan password Eunwoo yang beberapa kali salah karena Eunwoo salah menyebutkannya.
"Haahhh!" Kata Dahyun memberikan tubuh Eunwoo ke sofa untuk mengistirahatkan punggung dan telinganya. Setelah terseret dan diteriaki oleh Eunwoo dengan nyanyian-nyanyian yang seharusnya membuat semangat.
"Ini minumlah." Kata Dahyun memberikan air putih kepada Sunwoo yang tergeletak begitu saja di sofa empuk rumahnya. Begitu juga Dahyun yang mulai duduk memijat kakinya yang lumayan lelah setelah berjalan dan membawa beban yang lebih berat dari badannya.
Setelah Eunwoo meminum air putihnya, Eunwoo berkata, "Aku mengantuk." Kata Eunwoo memberikan isyarat jika dia ingin tidur dengan matanya yang sulit untuk diajak terbuka. "Kamarmu hanya 1 meter dari sofa Tuan." Kata Dahyun menyerah untuk menggendong Eunwoo lagi.
"Tapi kakiku... Tidak kuat. Bantu aku..." Kata Eunwoo meminta bantuan dengan tangannya yang ditahan ke atas. "Hah, baiklah. Setelah ini aku akan memesan taxi saja." Kata Dahyun membantu Eunwoo yang menjabat sebagai temannya diawal kuliah, karena Eunwoo adalah sahabat dari Mark. Dan Mark adalah temannya satu jurusan.
Karena terasa berat dan Eunwoo bertumpu pada tangan Dahyun, tak terduga Dahyun ikut terbawa kedalam ranjang juga. "Oh.."
"Ah, maafkan aku." Kata Dahyun mencoba untuk bangkit, namun dengan cepat Eunwoo menghentikan pergerakannya dan mencoba untuk mencium Dahyun dengan menekan leher Dahyun, namun Dahyun menolak. Mengingat mereka baru kenal beberapa hari lalu, dan beberapa orang yang Dahyun kenal merupakan teman Eunwoo.
Pasti akan sulit jika mereka berpacaran nanti.
Tapi, "Aku menyukaimu." Kata Eunwoo memberikan tatapan hangat kepada Dahyun.
"Aku... Juga menyukaimu." Kata Dahyun mengikuti kata hatinya. Eunwoo merupakan lelaki jantan yang selalu menepati ucapannya, siapa yang tidak suka dengan laki-laki tampan itu?
***
"Gugurkan." Dahyun merasa jantungnya telah dihujam oleh banyaknya jarum kemudian dihancurkan begitu saja. Rasanya jantungnya begitu sakit seperti tercubit dan jiwanya terjatuh saat badannya masih duduk tegak melihat ke arah Eunwoo.
"Ta-tapi-.". "Aku tidak menginginkannya, dan tidak bisa menerimanya. Apa kau mengerti?" Tanya Eunwoo kepada Dahyun yang memang sudah berpacaran sejak 3 Minggu kemarin.
"Lagi pula, apa kau bisa yakin jika itu anakku?" Tanya Eunwoo lagi. Jujur hati Dahyun sudah sakit saat Eunwoo tidak mau bertanggungjawab dengan apa yang ia punya dalam perutnya sekarang.
"Apa maksudmu?! Kau seharusnya bertanggungjawab dengan apa yang kau lakukan kepadaku!" Ucap Dahyun tidak rela jika Eunwoo mengatakannya dengan santai, saat mereka makan berdua di apartemen Eunwoo.
Prak!!
Piring dan gelas yang tadi hancur bersamaan dengan hati Dahyun saat Eunwoo melmparnya ke dinding. "Berisik! Apa aku memaksamu melakukannya?! Yang ada sekarang kau malah memaksaku mempertanggungjawabkan apa yang sudah kau berikan kepadaku!" Lagi, Eunwoo membela dirinya dan merasa tidak bersalah tentang peristiwa itu.
"Tetap saja ini semua hasil dan darah dagingmu! Berhentilah mengelak! Dan bertanggungjawablah!" Suasana semakin panas saat Dahyun mengatakan hal itu, sementara Eunwoo semakin tidka menyukai permasalahan ini.
"Dengar! Aku akan mempertanggungjawabkannya. Tapi! Dengan membelikanmu obat penggugur benda bodoh diperutmu itu! Mengerti? Dan juga, aku sudah punya perempuan lain! Jangan sampai dia dan orang tuaku mendengar tentang hal ini! Mengerti?!"
Seperti jatuh dijurang dan tertimpa bebatuan besar. Jadi tidak hanya Eunwoo tidak mau bertanggungjawab, dia juga menduakan Dahyun?
"A-apa?" Tanya Dahyun gugup tidak dapat menerima perkataan tersebut.
"Akan ku kirim obatnya besok atau lusa." Kata Eunwoo kemudian meninggalkan Dahyun sendirian di ruang makan yang berpotongan dengan dapur itu.
Egois, bodoh, bajingan, entah apa yang Dahyun bisa deskripsikan kepada Eunwoo. Dia hanya bisa menangis dan menangis saat Eunwoo benar-benar memberikannya obat itu.
Obat yang akan menghilangkan nyawa suatu makhluk hidup yang belum sempurna bentuknya, belum mendengar kalimat kasih sayang apapun dari telinga induknya dalam hitungan detik.
"Akh.." Dahyun mulai merasakan effectnya, dikamar apartemennya yang berukuran cukup besar itu dia mencoba untuk menahan rasa sakit yang menggerogoti tubuhnya.
Sementara darah terus keluar tanpa henti Bermenit-menit lamanya. Darah yang tidak lagi terserap oleh kasur itu mulai menggenang diatas kain yang menyelimuti kasur itu.
Air mata terus mengalir seiringan dengan rasa sakit, kecewa, dan menyesal paada darah-darah itu.
Keringat Dahyun mulai terlihat, hal itu karena merupakan hasil dari dirinya yang bertahan dari rasa terkoyak dan tertusuk didalam sana. "Maafkan aku.." lirih Dahyun
"Maafkan aku..." Katanya lagi melihat genangan darah itu.
Sakit pada perutnya mungkin tidak sesakit apa yang dirasakan oleh jabang bayi didalam perutnya.
Bersalah.
Pendosa.
"Maafkan mama."
TBC
Gimana-gimana?

KAMU SEDANG MEMBACA
TRASH
FanfictionDahyun adalah seorang perempuan yang tanpa diketahui oleh Taehyung jika dia sangat kotor dan rumahnya penuh dengan sampah. Awalnya Taehyung berpikir jika perempuan itu sangat malas dan selalu berpikiran sempit. Namun siapa sangka, ada cerita dibalik...