Ketika kau merasa pekerjaanmu terlalu melelahkan, terlalu banyak tekanan, waktu terasa singkat untuk tugas yang menumpuk. Yuk tertawa dulu, dunia memang lucu.
Jungkook merasakan dadanya berdegup kencang, dia sangat terkejut saat mendengar adanya ambulan datang dari arah gerbang sembari dan pergi sembari membawa Dahyun yang bergelimpangan darah di tangannya.
Apa dia melakukan kriminalitas?
Apa dia baru saja membunuh orang?
Atau dia baru saja membuat sesuatu yang jahat?
Bagaimana jika sesuatu menjadi sangat salah dia dia menjadi tersangka?
Pertanyaan-pertanyaan menimbun di kepalanya itu, membuat sang pemilik tidak sadar jika ada seseorang yang menuju ke arahnya dengan tatapan kesal. Hingga dengan tiba-tiba bahunya ditarik dan dipukulkan pipinya hingga Jungkook terjatuh dan menabrak dinding.
"Argh!" Desis Jungkook merasakan sakit di daerah wajahnya. Kemudian dia melihat ke arah Taehyung yang terengah-engah dengan wajah yang memandang tajam penampakannya.
"A-apa yang kau lakukan?!" Ucap Jungkook mencoba mempertahankan diri, dia tidak tahu saja jika sebenarnya Taehyung tahu apa yang terjadi kepadanya.
"Apa? Apa katamu?! Kau pikir aku tidak tahu jika kau mengunci Dahyun di ruangan lama dan mengambil handphonenya?!" Ucap Taehyung mengeluarkan amarahnya yang tertahan.
"Hah! Siapa yang mengatakannya? Dahyun? Kau yakin itu bukan tipu muslihatnya semata? Dia itu munafik! Manipulator! Kau tidak bisa percaya dengan kata-katanya begitu saja!" Kali ini Jungkook yang mengungkapkan kemarahannya kepada Taehyung.
Taehyung tertawa kecil dengan aura ketidak percayaan ya kepada Jungkook. "Manipulator ya?" Tanya Taehyung yang tidak menginginkan jawaban apapun dari Jungkook. Sementara Jungkook yang merasakan aura Taehyung semakin merasakan jantungnya seperti ingin keluar dari tempatnya.
"Tidak, aku tidak mendengarnya dari siapapun..." Ucap Taehyung memberikan jeda pada kalimatnya.
"...aku tahu. Melihat dengan mata kepalaku sendiri, bahwa temanku adalah seorang manipulator yang sering dia bicarakan." Bisik Taehyung dengan meninggikan alisnya sementara.
Jungkook terdiam. Dia tidak dapat mengatakan apapun bahkan tak dapat memikirkan kata per kata yang seharusnya sudah ia pelajari hingga saat ini.
Skak.
Mat.
"Aku tidak tahu siapa kau sekarang. Jika kau temanku... Tidak seharusnya kau seperti ini. Ada apa denganmu?" Kalimat terakhir Taehyung diucapkan dengan sangat halus di lorong kampus yang sepi di sore hari itu.
"Karena aku menyukaimu!" Teriak Jungkook menghentikan pergerakan Taehyung yang hampir berbelok untuk perjalanan pulang kembali ke rumah sakit.
"Karena aku menyukaimu! Puas?! Aku menyukai laki-laki sepertimu!" Taehyung masih tidak mengatakan apapun meskipun dia tahu jika laki-laji dibelakangnya itu menangis histeris seolah akan kehilangan seseorang. Dan memang benar.
"Saat tidak ada yang percaya kepadaku lagi! Saat itu! Kau datang dan mempercayaiku! Bagaimana bisa aku tidak jatuh hati?!
Tidak! Jika saja aku jatuh hati kepadamu yang membantuku, bagaimana dengan Dahyun?!
Dia pasti juga akan melakukan hal yang sama denganku saat ini!" Ungkap Jungkook lagi semakin menjelaskan apa yang sebenarnya ia rasakan sejak dulu tanpa memberitahu Taehyung.
Sementara Taehyung masih terus terdiam, tidak menggubris apa yang dikatakan oleh Jungkook.
Dia terlanjur kecewa.
Taehyung teringat saat dia menyelamatkan Jungkook dikamar mandi asrama pada malam saat itu. Laki-laki itu mencoba untuk menyakiti dirinya sendiri dengan cutter kecil sebagai bentuk kepuasan.
Jungkook mengalami stress karena pernah menjadi seseorang pembohong, biasanya saat ini orang-orang menyebutnya sebagai pathological liar.
Diketahui saat itu Jungkook berbohong kepada teman-temannya di kampung, ayah dan ibunya bahkan Taehyung dan Yoongi ikut serta dalam hal tersebut.
Dia berbohong tentang nilainya, penghargaan, kekayaannya, dan juga tentang bagaimana dia hidup sebagai anak yang kaya saat di Busan. Sayangnya, semua orang di tempat tinggalnya mengetahui jika dia seorang pembohong bahkan ayah dan ibunya sendiri kecewa.
"Aku tidak yakin aku bisa hidup jujur. Lebih baik mati dari pada hidup sebagai pembohong."
Setidaknya itu yang diucapkan Jungkook kepada Yoongi dan Taehyung saat itu. Namun Taehyung yang mempercayai Jungkook jika Jungkook bisa berubah ternyata membuat Jungkook menaruh hati kepadanya.
Tapi saat ini..
"Benar. Lebih baik kau mati dari pada menjadi pembohong."
Seperti dihujam paku berkali-kali, Jungkook merasa harga dirinya jatuh saat itu. Air matanya seperti membeku bersamaan dengan detak jantungnya.
Saat itu juga Taehyung menghela nafas dan pergi dari sana.
Tak lama kemudian ada sebuah tawa dari seseorang. Mark.
"I know your secret." Ucap Mark sedikit tertawa dan tersenyum.
"Your dirty little secret. Hihihi." Bagaikan seorang badut yang berada di Film 'IT' Mark menyenandungkan kalimat itu.
"So, you're gay? Right? Hihihi. This is gonna be.. a bomb." Jungkook yang melihat itu semakin merasa kecil dan hina.
"Tidak apa-apa tidak ada masalah dengan menjadi seorang gay....
Untukku.
Tapi entah untuk sebagian orang.. bukankah begitu?" Ingin rasanya author menyobek dan menjahit kembali mulut Mark hingga tidak bisa mengatakan apapun.
"Hm, apa ya yang akan dikatakan orang-orang busanmu saat tahu anak dari seorang fanatik agama malah kelainan gay?" Padahal Mark sedikit terseok karena kakinya masih cukup sakit, tapi sepertinya kalimatnya bisa meluncur begitu saja dengan lancarnya seperti seluncuran.
Seperti sudah terlatih.
"Hei. Jangan menangis, aku tidak akan memukulmu seperti Taehyung. Kalau begitu aku pergi dulu ya?" Ucap Mark meninggalkan tempat itu sementara Jungkook masih tidak tahu harus melakukan apa.
"Lebih baik mati dari pada menjadi pembohong."
Ucapan Taehyung semakin membuatnya sakit hati. Haruskah dia mati?
TBC
3ple apdet. Lagi males ngerjain tugas matematika. Nanti aja.

KAMU SEDANG MEMBACA
TRASH
FanfictionDahyun adalah seorang perempuan yang tanpa diketahui oleh Taehyung jika dia sangat kotor dan rumahnya penuh dengan sampah. Awalnya Taehyung berpikir jika perempuan itu sangat malas dan selalu berpikiran sempit. Namun siapa sangka, ada cerita dibalik...