Part #5

280 83 2
                                    

Keberadaan manusia, ingin menjadi. Tidak mengetahui pilihan. Tidak ada pilihan tapi ada caranya. Lalu? Harus kemana?

Dahyun kesulitan untuk tidur, dia takut untuk tidur namun badannya lelah.

"Aku menyukaimu."

"Jangan mendekat!" Dahyun merasakan kepala dan dadanya sangat sakit seperti tercubit oleh sesuatu. Ingatan yang tertimbun emosi panas dan dingin, ingin dihilangkan namun terus terlihat didalam mimpi.

Ketakutan akan mimpi yang diigaukan.

Air mata yang tak lagi bisa dibendung dalam kantung matanya, sejak Taehyung datang rasanya keinginan tidur semakin menakutkan. Padahal dia tahu kamarnya kedap suara.

Mungkin bukan hanya Taehyung, dia takut jika angin dan ranting serta burung-burung yang sering berkicau terhalang oleh jendela kaca itu mendengar suara tangisnya dan dosa-dosanya.

Perutnya terasa mual hingga tenggorokannya sakit, dia berlari ke kamar mandi dan mengeluarkan makanan ringan dan minuman yang sempat ia makan tadi.

Setelah memuntahkan isi perutnya yang kekosongan nutrisi, Dahyun menyiram muntahan tersebut dan meminum air yang mengalir di keran washtafel kamar mandinya.

"Tenanglah, tenanglah.." ucap Dahyun menghirup udara sekeras mungkin. Dadanya dipukul sedikit keras untuk memberikan rasa lega pada frustasi yang menghampirinya.

Setelahnya Dahyun terduduk dilantai berkeramik berwana putih abu-abu itu.

Ditempat lain diwaktu yang sama, ketiga orang menatap layar monitor dengan khawatir. Taehyung menggigit jarinya dengan pelan, "Bagaimana menurutmu kak?" Tanya Jungkook memperhatikan air wajah kakaknya yang menekuk dahinya ketara.

"Menurutku, Taehyung harus membawanya ke kantorku." Kata kakak Jungkook memberikan kesimpulan yang diasumsikan Taehyung merupakan kode jika kejiwaan Dahyun harus benar-benar dibantu sebelum lebih gawat lagi.

"Aku rasa dia bukan tidak bisa tidur dengan baik, tetapi dia tidak ingin tidur dan takut untuk tertidur. Meskipun dia tahu badannya sangat lelah dan butuh istirahat dia menolak kebutuhan tersebut." Laptop besar yang menjadi layar monitor sejak tadi itu, dibiarkan untuk terbuka dan Taehyung mulai mendapatkan analisis dari data selama 3 hari dan 23 jam itu.

"Hmm setidaknya dia tidak menyakiti dirinya sendiri..." Ucap Taehyung bergumam yang masih dapat ditangkap oleh Indra pendengaran kakak Jungkook.

"Kau salah, dia sudah menyakiti dirinya sendiri." Taehyung menaikkan alisnya sebentar, masalahnya pria berumur 21 tahun itu tidak melihat luka apapun pada perempuan itu.

"Dia kau tadi lupa jika dia memukul dadanya berkali-kali? Mungkin akan terlihat normal dikehidupan biasa, namun disituasi ini dia mencoba untuk melepaskan rasa stress dan depresinya. Hampir sama seperti saat pasien Self-injury menyayat tangannya sendiri." Penjelasan masuk akal itu semakin memperburuk suasana.

"Hah, sepertinya perempuan memang terlalu berperasa." Kata Jungkook membuat gerakan melingkar dengan matanya memberikan pesan jika dia merasa pasien yang kali ini terlalu menyusahkan.

"Hei. Dia juga tidak mau seperti ini." Ucap datar sang dokter psikologi yang sudah menjabat berumur 43 tahun itu sembari menakuti adiknya yang kurang ajar dan minta dijahit saja mulutnya.

"Ba-baiklah."

Taehyung ikut menghela nafas.
"Lalu.. bagaimana? Dia tidak mau ku ajak ke rumah sakit atau menemui psikolog." Tanya Taehyung.

"Pertama..."

***

"Temanmu?" Tanya Dahyun yang diangguki oleh Taehyung setelah Taehyung pulang dari jam kuliahnya, sementara Dahyun beranjak pergi dari apartemennya untuk masuk ke kelas siangnya.

"Hm, tolong bantu aku ya? Aku butuh asisten." Kata Taehyung yang diangguki pelan oleh Dahyun. "Kalau begitu sampai nanti!" Kata Taehyung tersenyum kepada Dahyun dan mempersilahkan Dahyun untuk keluar dari tempat yang cukup lebar itu.

Namun senyumnya luntur saat perempuan itu keluar. "Maafkan aku." Ucap Taehyung menyesal.

Dia tahu pemaksaan tidak akan berbuah dengan baik, apalagi kebohongan. But it's a white lie.

Taehyung dan Dahyun menunggu dihalte yang sama pada pukul lima sore itu, dengan pakaian yang sama, Dahyun menutupi dirinya. Taehyung mulai bertanya-tanya bagaimana Dahyun saat berada di kelasnya, "Apa kau selalu seperti ini meskipun saat dikelasmu?" Dahyun mengangguk mendengarnya.

Setelah itu bus datang sedikit terlambat, dan kedua orang itu serta banyak orang yang menunggu bus tersebut mulai naik dan duduk dengan tenang.

Perjalanan menuju tempat dokter Jeon terasa cukup dekat, karena Dahyun memilih untuk tidur dibahu Taehyung sementara Taehyung memainkan handphonenya sembari memberikan pesan kepada dokter Jeon jika mereka sudah cukup dekat.

Bus berhenti dan tanpa ada pemaksaan, para penumpang melangkah turun untuk keluar dari alat transportasi negara itu.

"Selamat datang." Ucap sang dokter melihat ke dua orang itu datang dengan pemandangan yang berbeda. "Silahkan masuk!" Ucapnya mempersilahkan.

"Jadi, nona yang bernama nona Dahyun ya?" Tanya Jeon Junghwan memberikan minuman kepada Dahyun. Dahyun mengangguk dan menatap Taehyung, dia tahu ada yang terjadi disana. Terlebih lagi, ada penghargaan atas kelulusan dari jurusan psikologi, serta jas dokter yang menggantung.

"Aku- aku-". "Tenanglah terlebih dahulu, Taehyung membawamu ke sini karena dia khawatir kepadamu. Apa kau bisa percaya kepadaku?" Tanya Junghwan melihat kebingungan dan kepanikan Dahyun saat mengetahui siapa dia.

Namun Dahyun seperti masih tidak ingin mengatakan apapun. "Sebelumnya perkenalkan, namaku Jeon Junghwan. Aku akan membantumu dari siksaan ini, apa kau bisa kutanya beberapa pertanyaan?" Tanya Junghwan melihat ke arah Dahyun dan Taehyung secara bergantian.

Dahyun belum menjawabnya, dia mulai mendapatkan trust issue terhadap Taehyung. "Dari penelitianku selama lebih dari tiga hari, aku yakin dirimu mempunyai hoarding disorder. Bisa aku bertanya awal dari kebiasaanmu menumpuk sampah ini sejak kapan?"

Dahyun masih belum menjawabnya, ingatan buruk saat dia mendapatkan pertanyaan itu menjadi lebih jelas dari biasanya.

"Aku menyukaimu."

"Apakah dirimu sebelumnya pernah mendapatkan peristiwa buruk sebelumnya?" Pertanyaan kembali dilayangkan bak iklan yang terus ditampilkan.

"Dengar! Aku tidak pernah menyukaimu! Singkirkan bayi itu! Atau mati saja!"

Dahyun tidak ingin mengatakannya, dia takut jika dokter tersebut dan Taehyung tahu, kemudian mereka akan memberitahu orang-orang lainnya. Dan orang-orang itu akan menatapnya jijik. Orang tuanya akan kecewa padanya. Para tetangga akan mengecapnya sebagai pendosa.

"Sejak kapan dirimu mengalami kesulitan tidur saat malam?" Pertanyaan menggema kembali dan merangsang telinganya untuk mendengarkan lagi.

"Dia benar-benar pelacur! Aish, wajahnya sangat jelek hingga ingin muntah aku dibuatnya! Untung saja saat aku menidurinya wajahnya terlihat buram. Dan kau tahu? Dia hamil."

Air mata terjatuh saat kenangan lama kembali menggores pikiran dan perasaannya. Rasanya sakit hingga ke dalam paru-paru. Dia menangis membuat Junghwan menghentikan sesi pertanyaannya dan membiarkan Dahyun melepas frustasinya sejenak.

Taehyung sendiri kebingungan untuk melakukan apa, pasalnya dia tidak tahu apa yang terjadi kepada Dahyun. Dia tidak mungkin bertanya kepada orang tua Dahyun disaat Dahyun ingin menyembunyikannya.

TBC

Love love u!

TRASHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang