"Regantara Putra! Jam berapa sekarang?!" Teriak Aditya.
Laki-laki paruh baya dengan rambut yang sedikit demi sedikit mulai memutih. Aditya Bagaskara seorang pengusaha sukses di Bandung yang juga merupakan Ayah dari Regantara Putra Bagaskara dan juga Suami dari Evyani Safitri.
Regantara Putra Bagaskara namanya. Seorang mahasiswa di Universitas MERDEKA RAYA yang juga merupakan ketua geng motor. Seorang anak laki-laki yang tumbuh tanpa kasih sayang dari orang tua dengan trauma membekas yang tidak akan pernah dia lupakan. Rega hanya tinggal berdua dengan ayahnya bersama dengan satu pembantunya yang merawat Rega sedari kecil. Ibu nya Rega meninggalkan dia ketika masih bayi. Evy pergi keluar negeri bahkan belum pernah kembali lagi.
"Bacot, Berisik!" Umpat Rega kepada Aditya.
"Anak macam apa kamu ini berani melawan ayahmu sendiri?" Bentak Aditya.
"Anak? Jadi selama ini anda menganggap saya anak anda? Orang tua mana yang membiarkan anaknya hampir mati kelaparan sendirian. Sedangkan anda? Anda hanya memikirkan pekerjaan anda. Apa anda pantas disebut ayah oleh seorang anak? Bahkan sepertinya anda lupa kalau anda memiliki anak, bukan?"
Tanpa menghiraukan Aditya, Rega langsung pergi ke kamar mandi untuk bersih diri dan berangkat kuliah. Rega mengabaikan Aditya yang sedari tadi masih merasa tersentak dengan kata-kata anaknya sendiri. Bagaimana tidak? Ucapan Rega sudah tidak bisa dikondisikan.
"Kamu hanya belum tahu, nak. Ayah melakukan ini juga demi kamu, kamu selalu salah menilai ayah," Batin Aditya.
Sudah hampir satu setengah jam Rega belum keluar dari kamarnya. Hingga pada akhirnya dia keluar dan menuju ke meja makan. Saat sampai di meja makan Rega di sambut dengan seorang ayah yang dibencinya.
"Sudah selesai mandi kamu? Sini nak makan dulu." Melihat anaknya keluar, Aditya menyambut hangat anak nya tersebut seolah tidak ada perdebatan yang baru saja terjadi.
"Peduli apa anda dengan saya? Kok baru sekarang mengajakku makan? 18 tahun kemana aja?" Jawab Rega sembari pergi meninggalkan Aditya.
Selera makan Rega berkurang ketika dia menemui ayahnya dimeja makan. Tanpa pikir panjang Rega langsung berangkat ke kampusnya mengendarai motor besarnya. Rega mengendarai motornya dan keluar dari pagar rumahnya hingga dia tak lagi kelihatan setelah belokan.
*****
Luapan emosi Rega pun kini makin menjadi. Dia merasa bahwa dia sangat terkekang dan kurangnya kasih sayang dari keluarga. Ayahnya selalu menuntut Rega untuk tidak lagi mengikuti geng motor. Seringkali Aditya melarang Rega untuk tidak melakukannya, tapi seperti yang diketahui Rega sangat keras kepala.
Dia mengendarai motor dengan kecepatan tinggi melewati kendaraan-kendaraan besar yang melintas. Sesekali dia hampir terserempet bahkan menyerempet pengguna jalan yang lainnya. Hingga pada akhirnya dia hampir menabrak seorang gadis sekolah menengah yang hendak menyebrang jalan.
"Jalan pake mata dong! Punya mata nggak lo?" Bentak Rega.
"Sejak kapan jalan pake mata? Pake kaki kali" Gadis yang hampir saja tertabrak oleh Rega itu pun tak mau kalah. Dia sadar kalau dirinya tidak sedang bersalah.
"Udah tau, anjingg! Lo nyebrang pake kaki buat jalan, tapi mata lo nggak berfungsi buat melihat!" Rega justru meluapkan emosinya kepada seorang gadis yang belum pernah dia temui sebelumnya. Raut wajah gadis tersebut terlihat kesal dengan perlakuan Rega.
"Gue buru-buru! Nggak ada gunanya juga ngomong sama laki-laki yang nggak punya hati kayak lo. Kalau lo aja nggak bisa berbicara lembut dengan wanita lalu bagaimana kamu berbicara dengan ibumu!" Aurel lantas langsung pergi meninggalkan Rega dengan perasaan kesal.
Rega kini malah merasa bersalah karena emosinya yang tidak terkontrol. Sekejap Rega memikirkan ucapan gadis yang baru saja berdebat dengannya. Egonya yang terlalu besar dan tidak mau mengalah membuat dia semakin merasa bersalah.
"Bego lo, Ga. Sampai cewek nggak ada salah pun lo bentak. Bahkan gue aja nggak kenal siapa perempuan itu. Dia nggak sepantasnya gue bentak. Dia nggak ada sangkut pautnya dengan masalah gue." Batin Rega
Rega mengacak-acak kasar rambutnya dan menggerutuki dirinya sendiri. Perasaan bersalah itu selalu menghantui dirinya.
"Arghh! Oke, gue harus minta maaf. Oh iya gur tadi sempat baca logo sekolah dia. Kalau nggak salah, dia sekolah di SMA Nusantara. Pulang dari kampus gue harus temui dia. gue harus minta maaf. Gua yakin dia belum pulang."
Rega kemudian bertekad untuk minta maaf ke dia dan menghampiri perempuan itu ke sekolahnya setelah dia pulang kuliah.
Aurellia Cantika Putri. Seorang gadis cantik dengan wajahnya yang baby face. Cewe yang dikenal dingin dan pendiam namun punya segudang ilmu dan prestasi yang sangat melimpah.
Bukan Rega namanya kalau apa yang diinginkannya tidak terlaksana. Dia bertekad untuk meminta maaf dan menemui gadis yang hampir dia tabrak tadi pagi.
*Aurel POV
Pagi-pagi sekali gue berangkat sekolah dengan jalan kaki. Maksud gue, gue dari rumah jalan kaki menuju ke halte bus untuk menunggu bus berhenti. Asal lo tahu, gue pagi-pagi sudah dibikin ngamuk sama cowok yang sama sekali belum pernah gue kenal. Dia hampir saja membuat nadi gue berhenti berdetak. Parahnya lagi dia malah nyalahin gue? Yang bener saja.
Mood gue yang awalnya bagus langsung berubah cuma karena cowok brengsek yang tidak punya sopan santun dengan perempuan. Kalau sama perempuan saja seperti itu bagaimana kelakuannya kepada ibunya? Kalau sampai gue ketemu lagi sama dia haduh amit-amit deh, gue rasa sudah cukup pertemuannya hari ini. Ganteng sih, tapi kalau tidak bisa berbicara lembut sama perempuan untuk apa?
KAMU SEDANG MEMBACA
A U R E G A [HIATUS]
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM BACA] "Bertemu denganmu adalah takdir terindah dalam hidupku, aku harap selamanya ini bisa aku rasain bareng sama kamu." -Rega "Menjadi salah satu orang paling spesial dalam hidup kamu adalah suatu ketidakpercayaan bagiku, tapi menci...