Kebiasaan saya jika tidak bisa tidur adalah pergi ke angringan kecil sambil menikmati rokok dan secangkir kopi.
Malam itu hujan baru saja turun menyisakan gerimis kecil. Tidak berapa lama muncul truk berwarna hitam metalik dan berhenti bahu jalan, seorang pemuda berpawakan kecil tinggi keluar lalu sibuk memeriksa roda belakang truknya.
Dari banyaknya stiker dan lampu-lampu LED pada truk pemuda tersebut, corak Nusantara terlihat pada bak truk bercat hitamnya dengan tulisan besar INDONESIA. Sekarang truk bagus atau yang biasa di sebut truk cakep sudah identik dengan supir-supir muda berbeda dengan dahulu di jaman saya.
Masih saya perhatikan ketika pemuda tersebut mulai mendongkrak roda belakangnya, fokus saya teralihkan karena teman menelfon.
Setengah jam kemudian kira-kira pukul setengah satu malam, dan kopi saya juga tinggal sedikit lagi habis. Tapi tunggu dulu, sebelum saya berdiri dari tempat duduk saya saat itu.
Sopir muda tersebut berjalan ke arah saya dengan senyum ramah, "Permisi Pak, boleh pinjam korek?" Kata pemuda itu ramah.
Sambil menyalakan rokoknya pemuda yang sudah duduk satu meja dengan saya itu terlihat letih. Saya sempat bertanya padanya, "Mas asalnya dari mana?" Tanyaku, karena dari plat nomor berwarna hitam truknya dengan awalan Huruf N, berarti daerah Jatim.
"Saya dari malang Pak," jawabnya sopan sambil tersenyum.
Seperti caption tulisan di tutup belakang truk milik sopir muda itu.
"Aku lebih senang pemuda yang merokok dan minum kopi sambil diskusi tentang bangsa ini, daripada pemuda kutu buku yang memikirkan diri sendiri" Ir. Soekarno.
Saat kami berbincang santai ia sangat menghormati saya sebagai orang yang lebih tua darinya, dengan tidak menyentuh gawai yang ia letakkan di atas meja kecil.
Kami pun bercerita panjang lebar, apa lagi saat itu sopir muda ini hendak pulang ke Malang sehabis muat cabai ke Jakarta.
Saking nyamannya saya mengobrol sampai tidak sadar sudah pesan tiga gelas kopi malam itu. Hingga saya menceritakan sebuah pengalaman menaiki bus antar kota, si sopir muda yang kuketahui namanya D*** begitu antusias mendengarkan saya bercerita.
Hari itu tanggal 10 Agustus mengingatkan saya pada sebuah kejadian 12 Tahun lalu.
Istri saya orang Banyuwangi, dan saya berasal dari Sleman. Singkat cerita hari itu saya bersama istri dan kedua anak kami berkunjung ke rumah mertua di Banyuwangi.
Tapi baru sehari saya di rumah mertua atasan kantor menelfon, dan mengharuskan saya untuk pulang hari itu juga! Karena besok paginya ada pekerjaan yang tidak bisa saya tinggalkan.
Pukul setengah 9 malam, saya berkemas dan pamitan kepada kedua mertua saya untuk pulang terlebih dahulu.
Sampai di jalan raya, saya suruh adik ipar saya untuk kembali pulang karena hari sudah larut malam, takut terjadi apa-apa nantinya.
Saya masih ingat malam itu, jalan besar yang tidak pernah lengang. Karena jalan lintas Jawa Bali, hanya beberapa truk peti kemas yang lewat itu pun jarang, padahal biasanya meski malam jalur itu sangat ramai.
Di halte tua yang atapnya sudah bocor di mana-mana akibat terkikis oleh waktu itu saya menunggu lama bus jurusan Surabaya. Pukul sepuluh malam mata saya terasa berat, sambil bersandar di tiang halte mata terpejam sebentar.
Nampak dari belokan sebuah lampu kuning yang terletak di atas bus, yang menandakan bahwa itu bus.
Laju bus mulai pelan ketika akan melewati halte, si kondektur berteriak "Suroboyo Terakhir ...! Terakhir ...!"
KAMU SEDANG MEMBACA
A Thread By Shepia
HorrorKarena ini True Story jadi Aku ceritain secara singkat.