TRAGEDI PERKEBUNAN KOPI

1.2K 119 5
                                    

Satu kisah akan aku ceritakan tentang kejadian yang membuat rasa trauma akan kegelapan. Dari balik bayangan malam rumor tentang angkernya perkebunan kopi yang menjadi cerita turun-temurun di suatu desa, dan bagi kalian yang kebetulan tahu tentang letak perkebunan kopi ini tolong tetap rahasiakan! Biarkan cerita kecilku ini yang akan menguak sedikit tentang angkernya perkebunan kopi di salah satu kota di Jawa Timur.

***

14 November 2010 Jawa Timur.

Namaku Nisa, gadis asli Jawa yang saat ini sedang menempuh pendidikan di kota Jogjakarta.

Tragedi Perkebunan Kopi ini terjadi kala aku mendapatkan kabar dari Mas Deva bahwa Nenek kami meninggal dunia. Wanita tua yang dulunya selalu sabar dalam mengurus aku hingga dewasa, nenek tinggal bersama Mas Deva dan Istrinya Mbak Fitri.

"Dek, udah sampai mana? Mas tunggu di terminal yah?" Tanya Mas Deva melalui sambungan telepon.

"Ng-nggak usah Mas, ngerepotin nanti lagian aku di anter Fadel." Kataku menjawab mas Deva dari seberang telepon.

"Loh, Kamu bawa teman pulang?" Tanya Mas Deva kembali, dengan nada suara kurang senang.

"Nanti di sambung lagi mas, aku lagi di jalan, Assalamu'alaikum." Segera kuputus sambungan telepon saat itu, jika tidak mas Deva berbicara semakin panjang dan lebar.

Sebetulnya bukan tanpa alasan Mas Deva engan menerima tamu dari luar daerah. Dahulu ada mitos yang selalu di percaya sampai saat ini, jika seseorang datang berkunjung ke desa tempat asalku kebanyakan dari mereka akan menghilang, banyak kabar burung yang kudengar jika mereka yang hilang di bawa oleh Nyai Seruni.

Tentang siapa Nyai Seruni aku juga tidak tahu, namun dulu saat aku kecil nenekku pernah berkata jika Nyai Seruni adalah penguasa kegelapan di daerah kami. Dari jaman dahulu sampai sekarang orang-orang yang tetap percaya dengan mitos tersebut selalu hati-hati dalam bertindak.

Banyak yang bilang jika wujud Nyai Seruni seorang wanita berparas cantik jelita, dengan baju adat Jawa yang melekat di tubuhnya. Ada juga yang bilang bahwa sebenarnya nyai Seruni ingon sang pemilik tanah.

Tetapi jauh dari rumor tersebut desaku sangat asri dan tentram, tentunya jauh dari tindak kriminal. Sama sekali tidak pernah terjadi kasus pencurian ataupun bencana alam di desa.

Sementara Mas Deva sendiri, ia adalah sosok kakak laki-laki yang kupunya saat ini. Setelah ayah dan ibuku meninggal ia mengantikan tugas ayah sebagai tulang punggung keluarga.

Bahkan aku bisa sampai di bangku kuliah saat ini berkat keringatnya, mas Deva bekerja di kantor kebun kopi. Saat aku bertanya tentang siapa pemilik kebun kopi mas Deva hanya tersenyum lantas berkata "nanti juga kamu tahu."

Singkat cerita, aku dan Fadel sudah sampai di desa L. Setelah Fadel memarkir mobilnya di sebelah kiri rumah, nampak banyak para pelayat yang sedang berkerumun di depan rumah.

"Nisa!" Suara Mbak Fitri yang berlari ke arahku ketika wanita ayu dengan kerudung kuning itu mendekat ia langsung memelukku sambil menumpahkan tangisnya.

"Sudah mbak, ndak apa-apa." Kataku menenangkan Mbak Fitri.

Bukan Mbak Fitri saja yang merasa kehilangan saat itu, banyak para pelayat menundukkan kepala atas kepergian nenek saat itu.

Hanya menunggu kedatanganku saja maka jenazah nenek akan di berangkatkan ke pemakaman umum di desa. Pak kades nampak berbincang dengan Mas Deva raut wajah mereka nampak sedih, pak Mudin juga sudah hadir saat itu.

Berkali-kali aku menjabat tangan para ibu-ibu yang melayat sambil berkata padaku jika mereka turut berbelasungkawa.

Hujan rintik-rintik mulai turun membasahi tanah yang semula kering, seolah langit juga sedang bersedih atas meninggalnya nenek. Nenekku bukan orang besar dan terkenal seperti layaknya gubernur atau walikota. Tetepi kata Mas Deva nenek punya hubungan khusus dengan sang pemilik tanah kebun kopi.

A Thread By ShepiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang