Sebuah desa yang terletak jauh di seberang pulau Jawa.
Tidak banyak orang yang mengetahui tentang desa ini, kebanyakan penduduknya berkerja sebagai nelayan.
Tanah di pulau tempat desa itu berwarna putih kapur, penduduknya pun tidak lebih dari 150 kepala keluarga. Saat malam kabut berwarna hitam tipis akan mengelilingi desa tersebut, membuatnya tidak terlihat dari kejauhan.
Perekonomian mereka di tunjang dengan hasil perikanan, di balik indahnya pemandangan pulau tersimpan satu misteri besar di dalamnya.
Satu hal yang kuketahui tentang desa tersebut. Setiap harinya para nelayan selalu menemukan mayat dari orang-orang yang tenggelam di laut, aku sendiri tidak tahu kenapa banyak mayat manusia atau bahkan bangkai binatang terdampar di sana dalam keadaan tidak utuh.
Suatu fenomena alam yang kebetulan ataukah semua sudah di rencanakan? Penduduk desa tersebut dahulunya adalah pelarian rakyat kecil dari kerajaan Mataram Kuno! Stop di sini, karena yang akan aku ceritakan bukan tentang sejarahnya.
Rumah-rumah di desa itu masih mengunakan kayu-kayu kecil dengan atap jerami. Bukan karena tertinggal oleh jaman yang mulai maju, tetapi mereka masih menghormati adat dari para leluhur.
Semakin tertarik dengan cerita desa di pulau seberang itu, bahkan nama desanya pun tidak asing jika di dengar oleh telinga orang Jawa. "GARWO MAYIT!" Atau istilahnya Istri Mayat, aku sendiri agak bingung untuk menjelaskannya.
Mitos yang beredar di sana adalah, terdapat suatu pohon beringin yang tumbuh di tengah alun-alun. Konon, katanya, di dalam pohon beringin besar yang ukurannya sepuluh kali lipat dari pohon kelapa itu terdapat mayat seorang wanita yang di bunuh setelah menikah.
Banyak penduduk yang mempercayai mitos tersebut, pasalnya, mereka sering melihat dengan kedua mata mereka seorang wanita yang mengenakan baju adat manten Jawa di seputaran pohon beringin itu.
Semakin ingin menyelidiki desa tersebut maka aku bertanya, "apa di desa tersebut tidak ada peraturan?"
Peraturan di sana adalah tidak tidak adanya acara pernikahan! Dahulu banyak penduduk menggelar acara pernikahan, namun belum sampai semalam kedua insan yang telah menjadi sepasang suami-istri itu di temukan meninggal di bawah pohon beringin tua itu.
Bukan sekali atau dua kali saja kejadian itu terjadi. Tetapi ratusan bahkan hingga tidak terhitung lagi jumlahnya. Maka sesepuh di desa itu membuat peraturan yang mengharuskan siapa saja yang akan melangsungkan pernikahan harus menyebrang laut, dan melaksanakan pernikahan di sebrang pulau. Baru setelah itu mereka di perbolehkan kembali.
Sedikit aneh sih, tapi kejadian itu memang benar-benar terjadi. Pernah suatu malam cerita yang banyak di perbincangkan oleh penduduk sekitar tentang, seorang pemuda yang hilang kemudian di temukan sudah tidak bernyawa sedang memeluk sebongkah batu nisan di bawah pohon beringin tua itu.
Terlalu sulit untuk di nalar oleh logika memang. Jasad seorang wanita yang masih mengunakan baju manten berada di dalam pohon beringin itu.
Dahulu saat celah lebar di bagian tengah pohon beringin masih terbuka, penduduk bisa melihat jasad seorang wanita di dalam sana. Sekarang celah tersebut sudah tertutup, hanya bau wewangian yang harum semerbak dari batang pohon beringin dengan banyak sulur-sulurnya itu.
Saat kabut hitam tipis menyelimuti desa. Penduduk akan menutup pintu, jendela rapat-rapat dari dalam rumah. Setelah membuat sesajen yang di letakkan di atas tempeh yang di taruh depan pintu rumah di peruntukan untuk si Nyai Garwo.
Mereka menyebutnya seperti itu, karena tidak mengetahui namanya. Pada tengah malam semua penduduk akan mendengar suara langkah kaki dari seorang perempuan yang mereka yakini adalah Nyai Garwo.
Langkah kaki yang terdengar pelan saat melangkah. Sosok wanita misterius dengan baju manten Jawa tersebut mendatangi setiap rumah untuk mengambil apa yang sudah menjadi haknya.
Di hari-hari tertentu juga banyak penduduk yang tidak sengaja mendengar, atau kebetulan melihat sosok wanita mengenakan baju pengantin sedang menangis di bawah pohon beringin besar tersebut.
Suara tangisan yang menyayat hati seolah sedang menantikan kehadiran seseorang dengan kerinduan berat yang ia pendam.
Pernah salah seorang muda mudi melangsungkan pernikahan secara diam-diam, agar tidak di ketahui oleh tetua desa dan para sesepuh.
Hanya dengan ucapan kesepakatan mereka telah menjadi suami istri yang sah. Langsung menggegerkan seluruh desa, malam terasa amat panjang saat itu.
Seluruh penduduk yang awalnya tidak mengetahui bahwa telah terjadi pernikahan di desa mereka, mendadak merasakan kekhawatiran secara tiba-tiba.
Beberapa bapak-bapak yang sedang ronda di poskamling di kejutkan oleh suara tangisan seorang wanita malam itu.
Hening!
Kabut tebal mulai menyelimuti desa, dari ujung jalan mata mereka melihat sosok perempuan dengan baju pengantin yang berjalan ke arah mereka dengan samar.
Beberapa orang yang sedang melakukan ronda saat itu langsung mengigil secara bersamaan. "Nya ..., Nyai Garwooo ...!" Ucapnya lirih sambil memejamkan matanya.
Di saat tertentu sosok itu menampakkan wujud angun dengan baju mantennya, di saat tertentu juga sosok itu memperlihatkan wujud menyeramkan yang juga mengenakan baju yang sama.
Sosok wanita dengan wajah hancur, dengan bagian leher memperlihatkan tulangnya yang di kerumi banyak belatung. Bagian wajah yang menyisakan separuh daging busuk, dengan kedua mata yang sudah tidak pada tempatnya berganti di isi oleh beberapa belatung yang tengah menggeliat di dalam lubang matanya.
Kedatangannya di awali dengan bau bunga melati bercampur bau busuk bangkai. Jemari tangan yang sudah tidak utuh menampakkan kuku panjang miliknya.
Sosok itu berjalan pelan menuju tempat kedua orang yang sudah mengikat janji pernikahan.
Beberapa orang yang berada di pos ronda terpaksa menutupi wajah mereka dengan sarung saat itu. Karena jika mereka sampai melihat wajah hancur dari sosok tersebut, bisa di pastikan keesokan harinya mereka akan sakit keras setelah memuntahkan darah dengan beberapa belatung di dalamnya.
Mengetahui sedang tidak beres dengan desanya, para sesepuh dan tetua di desa tersebut lebih memilih mengunci pintu rumah mereka rapat-rapat. Mereka lebih memilih tidak berurusan dengan sosok tersebut, membiarkan orang yang telah melanggar aturan mendapatkan konsekuensi atas perbuatan mereka.
Sosok wanita dengan sebutan Nyai Garwo itu berdiri tepat di depan pintu rumah orang yang sudah melangsungkan pernikahan di desa tersebut.
Beberapa saat pintu rumah itu terbuka dengan sendirinya, kedua muda mudi yang sudah menjadi sepasang suami istri tersebut keluar dengan badan menggigil ketakutan, meminta ampunan.
Sosok Nyai Garwo memang menghilang setelah muda mudi tersebut meminta ampunan sambil berlutut secara bersamaan.
Tetapi, saat mereka kembali memasuki rumah nyai Garwo sudah berada di dalam rumah mereka malam itu.
Esoknya para penduduk sudah mendapati kedua muda mudi itu mati dalam keadaan telanjang bulat di bawah pohon beringin.
Masih mengenai mitos, sosok nyai Garwo akan memakai wadah si perempuan untuk berhubungan badan dengan kekasihnya yang masih menjadi misteri.
Hingga keduanya tubuh keduanya meninggal dengan posisi dempet alias gancet! Dengan seluruh bagian tubuh dan wajah banyak luka bekas sayatan kuku jari.

KAMU SEDANG MEMBACA
A Thread By Shepia
HorrorKarena ini True Story jadi Aku ceritain secara singkat.