Bab 10

14 2 2
                                    

Tidak lupa saya ingatkan bahwa cerita ini adalah fiksi, bukan kenyataan.

__________

Akademi Milword dan Akademi Bronstend adalah sebuah akademi militer tempat pendidikan bagi para calon tentara berkekuatan elemen. Di Metis, ada sepuluh akademi militer yang dikhususkan bagi para pengguna kekuatan elemen. Akademi Milword menjadi akademi terbaik selama lebih dari sepuluh dekade. Sedangkan Akademi Bronstend adalah akademi paling tua di Metis, umurnya kurang lebih sekitar seribu tahun dan sudah digunakan sebagai tempat pendidikan sejak awal dibangun.

Akademi Milword saat ini bisa dibilang menjadi impian bagi jutaan pelajar Metis. Tidak heran, pendaftar setiap tahunnya di Akademi Milword akan masuk ke angka ratusan ribu pendaftar. Sayangnya, Akademi Milword hanya menerima 50 murid baru setiap tahunnya. Itulah kenapa aku sedikit terkejut dengan keputusan Eliza yang ingin masuk ke Akademi Milword.

Besar kemungkinan diterima di Akademi Milword tidak sampai satu persen. Hanya putra-putri terbaik bangsalah yang bisa menempuh pendidikan di sana. Eliza memang berbakat dalam kekuatan elemen, tapi di luar sana masih banyak orang-orang atau bisa kusebut monster berbakat lainnya. Jika Eliza berhasil menembus persaingan Akademi Milword maka sudah dipastikan dia akan menjadi orang besar dikemudian hari.

"Akan aku ulangi lagi Azad. Tempat pengasingan untukmu ini sangat terpencil hanya beberapa orang yang tahu dengannya. Dan kamu tidak diperbolehkan untuk memegang layar hologram. Ayah akan membuatkanmu akun baru, tapi untuk sekarang kamu jangan membuka layar hologram terlebih dahulu." Ayah berkata dari samping sopir, membangunkaku dari lamunan.

Sejak tadi aku tidak memerhatikan ayah yang sedang berbicara. Pikiranku masih tergantung di kantin akibat perkataan Eliza. Bahkan saat ayah mengajakku untuk langsung pergi ke tempat pengasingan, pikiranku masih belum sejalan.

Tadi setelah berpisah dengan Eliza, aku pergi menemui ayah di lantai 10. Disana ayah sudah menunggu dengan dua orang bersetelan jas hitam. Dia mengajakku turun ke basemant, masuk ke salah satu mobil sedan yang terparkir. Ayah menjelaskan bahwa hari ini aku akan langsung dibawa ke tempat pengasingan. Alasannya karena keamanan.

Aku tidak mau ambil pusing dengannya. Semakin cepat sampai di tempat pengasingan maka aku bisa lebih tenang. Sementara itu diluar, pemandangan kota baru saja terganti dengan hamparan ladang gandum yang sudah mulai mencokelat. Awan putih menggantung di langit , bergerak seirama dengan angin sejuk dari timur.

Mobil sedan bergerak semakin cepat di jalan tol antar daerah. Di depan, pegunungan berselimut salju di pucuk-pucuk gunungnya terbentang bak sebuah tembok dari alam. Pemandangan di kiri-kanan kini berubah. Hutan pinus yang berjejer rapi menjadi penyejuk mata disetiap kilometer.

Suara mesin listrik mobil yang halus bisa terdengar semakin jelas. Tidak ada kendaraan yang berpapasan atau mendahului kami. Sungguh, ini sangat menenangkan, membuat semua keresahanku menghilang.

Mobil terus berjalan, melewati berbagai medan. Hutan berganti dengan pegunungan. Pegunungan terlewat beralih dengan pedesaan. Pedesaan bergabung menjadi perkotaan. Pantai pasir putih dan hitam juga beberapa kali menghiasi mata kami. Terhitung sudah lebih dari delapan jam kami berada di mobil. Punggung semua orang mungkin sudah kram karena kelamaan duduk.

"Azad, ayah memiliki kabar bahagia. Mungkin kamu suka dengan ini." Ayah tiba-tiba berkata.

Aku sedikit melipat dahi, mencoba menebak apa yang akan ayah katakan.

"Temanmu Ramsid, dia mendapatkan beasiswa pendidikan dari walikota Kota Valen untuk masuk ke Akademi Milword." Ayah melanjutkan perkataannya.

The Liberator [Novel - On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang