Sepanjang peradaban umat manusia, senjata menjadi hal penting yang tidak bisa lepas dari berbagai lini kehidupan. Fungsinya yang bisa digunakan untuk melindungi dan mengancam menjadi seperti pisau bermata dua bagi umat manusia. Akan tetapi, setelah umat manusia berevolusi, setelah kekuatan elemen berhasil dikuasai, senjata berubah menjadi barang barang untuk memperkuat kekuatan elemen. Bahkan, senjata juga digunakan sebagai hiasan dinding rumah.
Manusia sudah tidak terlalu membutuhkan senjata untuk membunuh atau melindung. Kekuatan elemen telah menggantikan posisi senjata yang dulu terkenal akan keganasannya mencabut nyawa. Malahan, pada zaman sekarang senjata bisa dikatakan sebagai simbol kelemahan bagi pemiliknya. Siapa pun yang memiliki senjata maka dia adalah seseorang yang memiliki kekuatan elemen di bawah rata-rata. Namun, senjata tetaplah senjata, keganasan benda itu akan selalu dikenang oleh seluruh umat manusia.
Zaman sekarang senjata telah berkembang menjadi berbagai hal. Banyak di antaranya bisa membuat pengguna kekuatan elemen bersimbah darah tak berdaya. Mulai dari alutista berat seperti tank, helikopter, dan pesawat, sampai senjata yang dulu pernah aku lawan, senjata api berbentuk tabung panjang. Aku memang tidak terlalu suka dengan model senjata api terbaru. Selain karena penggunannya yang terlalu ribet, senjata itu juga tidak memberikan rasa memuaskan saat digunakan. Oleh karena itu, aku tetap mengidolakan satu senjata yang sudah terkenal keganasannya sejak Perang Dunia 2. Ya, tidak lain dan tidak bukan itu adalah AK-47.
"Hah! AK-47? Kau bercanda?" Latih menepuk dahinya, tidak percaya.
"Untuk urusan seperti ini aku tidak pernah bercanda. Dulu, aku sering berlatih menembak. Senjata yang kugunakan saat itu adalah AK-47. Aku lebih terbiasa menggunakannya."
Latih menggelengkan kepala, menatapku lamat-lamat. "Kau tahukan, AK-47 itu digunakan sewaktu Perang Dunia 2. Memang saat itu senjata ini terkenal karena bisa membunuh banyak pengguna kekuatan elemen yang terkenal akan kekuatannya. Tapi, penggunaan AK-47 sudah tidak terlalu populer lagi setelah perang. Banyak senjata sejenis bernasib seperti itu, dibuang dan menjadi barang rongsokan. Aku tidak tahu apakah AK-47 masih tersedia di gudang ini, karena seingatku senjata-senjata di sini semuanya adalah model terbaru."
Aku berjalan meninggalkan Latih, mengelilingi ruang bawah tanah. "Masa sih tidak ada sisa peninggalannya. Ayahku saja memiliki beberapa AK-47 di gudangnya."
Latih berjalan di belakangku. "Itu ayahmu. Dia mungkin seorang kolektor makanya punya banyak senjata. Di sini tidak ada yang seperti itu. Alasannya produksi amunisi AK-47 sudah dihentikan sejak lama. Oleh sebab itu, Desa Devos tidak memilikinya. Buat apa senjata tanpa amunisi?"
Aku mengangguk, paham. Masuk akal juga. Ayahku memang seorang yang tergila-gila dengan senjata kuno. Dia menyimpan senjata dan amunisinya dengan sangat baik. Aku sampai tidak berpikir kalau pabrik sudah tidak memproduksi amunisi AK-47.
"Coba cari saja dulu!" aku tetap kukuh kalau masih ada AK-47 di sini.
"Hahh. Kau memang bodoh. Walaupun memiliki AK-47, kau tidak akan menemukan amunisinya di sini. Apa yang akan kau lakukan kalau seperti itu, hah?"
Aku menoleh, menatap Latih dingin. "Aku punya ide gila untuk itu. Yang penting, cari saja dulu senjatanya!"
"Aku tak tahu apa yang kau pikirikan. Tapi, baiklah, untuk sekarang aku mengalah."
Latih berjalan ke salah satu sudut ruangan. Dia nampak serius mencari benda yang aku inginkan. Sungguh, walaupun dia menjengkelkan, nyatanya masih ada sisi positif dalam dirinya.
"Azad, sini!"
Latih berteriak memanggil. Aku segera menemui, penasaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Liberator [Novel - On Going]
AdventureAku hanya seorang anak ingusan yang berharap mendapatkan hidup menyenangkan. Namun, nahas, takdir membawaku ke pusaran permasalahan. Aku masuk ke dalam pertarungan dunia bawah, dunia yang tidak pernah dilihat oleh orang biasa. Aku pikir keluargaku a...