2 || From the past

2.1K 222 16
                                    

Pagi-pagi sekali, Jihoon terbangun. Ia pergi ke kamar mandi untuk mencuci wajahnya, lalu kembali menghampiri appanya.

"Appa...bangunlah, ini sudah pagi. Biasanya kau akan mengomeli ku jika aku telat bangun, sekarang gantian Jihoonie yang mengomeli appa. Ayolah appa bangun..." Jihoon tersenyum sambil mengelus tangan appanya, appanya masih belum memberikan respon sama sekali.

Pandangan Jihoon beralih pada sebuah parsel buah dan sebucket bunga yang ada di atas meja, ia menatap aneh kedua benda itu. Siapa yang menaruhnya disana? Apa semalam ada seseorang atau perawat yang masuk?

Ia menghampiri dimana kedua benda itu diletakkan, menatap curiga kepada kedua benda itu. Kemudian, ia meraih bucket bunga yang terlihat masih lumayan segar itu, ini wangi bunga kesukaannya. Bahkan, tidak ada yang tau bunga kesukaannya selain appa dan almarhumah ibunya.

Lalu, ia menemukan secarik surat dengan isi, demikian:

" Annyeong Jihoon-sshi. Aku tak yakin kau mengingatku, tapi sungguh akhir-akhir ini aku sering bertemu dengan ayahmu dan membahas tentangmu. Aku sangat terkejut dengan kabar ia kecelakaan, dan mengalami luka separah itu. Kau tidak perlu khawatir, aku sudah membayar tagihan admistrasi dan semoga appamu lekas membaik. -Your future husband "

Jihoon benar-benar tak habis pikir dengan tulisan dalam surat itu, aneh dan terkesan mengerikan untuknya. Bagaimana appanya bisa mengenal orang se-freak ini, mengaku-ngaku sebagai calon suami masa depannya? Cih, menggelikan.

Ceklek...

Jihoon menoleh, ketika pintu ruangan appanya dibuka oleh seseorang. Pintu itu terbuka, sedikit demi sedikit. Dan, muncul lah seorang pria yang sama sekali tak pernah Jihoon lihat, terlalu asing baginya. Tapi, tunggu...

"Annyeonghaseyo Jihoon-sshi..." Sapa pria itu.

Pria itu menatapnya dengan senyuman tipisnya, Jihoon hanya menganggukkan kepalanya canggung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pria itu menatapnya dengan senyuman tipisnya, Jihoon hanya menganggukkan kepalanya canggung.

"Mianhae...kau siapa ya?" Tanya Jihoon dengan hati-hati, takut ia menyinggung lawan bicaranya.

"Aku..." Pria itu menggantungkan kata-katanya, ia berjalan mendekat ke arah Jihoon berdiri, sedangkan Jihoon menatap pria itu penasaran.

"... Kwon Soonyoung, calon suami mu" Lanjutnya.

"Ne??" Jihoon menatap pria itu aneh. Bisa-bisanya ia mengaku sebagai calon suaminya, atau jangan-jangan ia orang yang sama yang membayar dan memberikan ini semua?

"Huh...appa mu belum sadar juga dan memberitahumu ya? Astaga." Lagi-lagi Jihoon menatap pria itu aneh, dan ingin rasanya mengusir pria halu ini keluar dari ruangan appanya.

"Mian, tapi seperti kau--" Ucapan Jihoon terjeda karena tiba-tiba pria itu memajukan tubuhnya, dan Jihoon dengan reflek memundurkan tubuhnya.

"Dengar nona Lee...aku tidak main-main dengan ucapan ku, cepat atau lambat itu akan benar-benar terjadi--"

"Hentikan, siapapun kau tuan aku tidak peduli. Dan kau tak berhak memaksa ku, aku tidak ingin menikah. Sekarang, ataupun nanti...aku tidak mau menikah, aku belum siap" Ujar Jihoon sembari memberikan bunga pemberian pria itu kembali ke tangan pemberinya.

"Jadi, berhentilah berkhayal...ini masih jam 7 pagi, daripada kau buang-buang waktu disini, lebih baik kau kembali pada aktivitas mu--" Belum sempat Jihoon berbalik untuk menjauh dari pria itu, pergelangan tangannya langsung ditahan oleh pria itu. Membuat tubuhnya tak sengaja bertubrukan dengan tubuh pria itu, bayangkan betapa terkejutnya Jihoon saat itu.

Jihoon sempat terdiam beberapa saat, sebelum akhirnya mendorong tubuh pria itu menjauh. Ia menatap pria itu dengan tatapan sengit.

"Apa yang kau lakukan?!" Ujarnya tak suka, pria itu hanya menatapnya dengan tatapan datar, sebelum akhirnya senyum miring terlukis di wajah tampannya.

"Yang ku lakukan? Tadinya, aku hanya ingin menahanmu. Namun, kau malah terhuyung dan berakhir aku memeluk mu." Ujar pria itu dengan santai.

"Kau--"

"Jihoonie..." Suara lemah appanya menghentikan dirinya yang ingin meneriaki pria dihadapannya. Jihoon maupun Soonyoung menoleh ke arah pria yang terbaring lemah di atas kasur tersebut, matanya tak lagi tertutup dan kini sudah terbuka, bahkan bisa menggerakkan tangannya sedikit.

"Appa!" Jihoon langsung menghampiri appanya, ia langsung memeluk appanya.

"Appa, appa gwenchana? Kenapa appa membuatku khawatir, kenapa appa bisa begini--"

"Yah, biarkan appamu istirahat. Bukannya malah melempar banyak pertanyaan seperti itu" Tegur Soonyoung yang ada tepat di sebelahnya, entah sejak kapan ia ada disana sampai Jihoon tak menyadarinya.

Sekali lagi, Jihoon menatap pria itu kesal. Pria ini benar-benar membuat darahnya naik pagi-pagi, sudah sok kenal, sok dekat, lalu menyebalkan pula. Ingin sekali Jihoon menyuntik mati pria satu ini sangking kesalnya.

"Soonyoung-ah..." Panggil appa Jihoon dengan suaranya yang lemah.

"Ah, ne Ahjusshi...waeyo? Apa kau perlu sesuatu?" Ujar pria itu. Jihoon mendengus, kenapa pria ini benar-benar sok dekat sekali sih?

"Ah, Gwenchana-yo...Jihoonie, kau masih kenal Soonyoung kan?" Jihoon menatap appanya bingung, Soonyoung? Pria ini? Tidak, sepertinya tidak. Ia tak pernah mengenal pria menyebalkan seperti ini, sekalipun dalam hidupnya.

Mengetahui namanya saja sudah membuatnya menyesal, apalagi jika ia benar-benar mengenal pria ini? Aish, bisa gila dia.

"Ani, aku tidak pernah mengenalnya appa..." Ujar Jihoon kesal.

"Jinjja?, padahal dia anak laki-laki yang sangat kau sukai dulu?" Ujar appanya. Jihoon menatap appanya tak percaya, anak laki-laki yang ia suka? Dulu? Bagaimana bisa? Jihoon tak ingat sama sekali, apa itu benar-benar terjadi?

"A-aku tak mengenalinya, anak laki-laki yang mana yang appa maksud, teman laki-laki ku waktu kecilkan banyak" Ujar Jihoon.

Appanya tersenyum lemah, lalu mengusap punggung tangan Jihoon lembut.

"Jihoonie benar-benar tak ingat tentang anak laki-laki yang menolong Jihoonie saat jatuh tercebur di sungai waktu itu?" Tanya appanya sekali lagi, Jihoon menyernyitkan keningnya.

Ia berusaha mengingat-ingat kejadian yang disebutkan appanya. Ya, dia memang pernah mengalami kejadian itu. Hanya saja, tentang anak laki-laki yang menolongnya? Jihoon tidak pernah merasa mengenalnya, atau dirinya saja yang tak ingat?

"Aku tidak tau, aku lupa. Yang aku ingat, wajah appa yang khawatir dan aku ada di kamar saat itu dan kedinginan, lalu eomma datang membawakan ku bubur dan menyuapiku. Soal anak laki-laki itu, aku sama sekali tak ingat" Jelas Jihoon panjang lebar. Ia yakin tak pernah mengenal pria ini, ataupun tak sengaja bertemu. Tapi kenapa appanya yakin mereka itu sebenarnya kenal.

"Hoshi? Kau ingat nama itu?" Celetuk Soonyoung yang ada disebelahnya.

Jihoon terdiam sejenak, berusaha mengingat apa ia pernah mendengar nama itu? Tapi, rasanya memang tidak asing. Tunggu, Hoshi? Itu nama-- Sial! Itu nama anak laki-laki yang Jihoon dekati waktu masih kecil. Darimana pria itu tau? Tunggu, apa dia Hoshi?!

Jihoon menutup mulutnya dengan kedua tangannya, menatap Soonyoung dengan tatapan terkejutnya.

"Yah...kau Hoshi??!" Pekiknya tak percaya. Pria itu hanya tersenyum, lalu kemudian ia mengangguk.

"Sudah mengingat ku sekarang?" Ujar pria itu. Jihoon lagi-lagi hanya menatapnya tak percaya masih dengan posisi menutup mulutnya dengan tangannya, dengan tatapan tak percayanya pula.



















Ayo gimana? Hng, sabar blm greget kan?
Kasih pemanasan dulu ya, ntar ada yg bikin greget--gak! Lbh tepatnya emosi sih. Tunggu aja😌 next ga?

GRENZE || Soonhoon GS✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang