19 || What is wrong?

997 119 22
                                    

"Untuk apa kau kesini?"

Pria itu melirik ke arah Jihoon yang duduk dibalik kursi kerjanya, menyunggingkan senyum miringnya dan menghela nafasnya.

"Apa ini perlakuan yang bagus untuk calon atasanmu, Nona Lee?" Ujar pria tersebut.

Jihoon menghela nafasnya berat, entah apalagi yang diingatnya pria itu setelah menghilang sekian lama dari hadapannya. Begitu kembali, entah kemauan random apa yang pria itu rencanakan, untuk mengganggu kehidupan barunya.

"Jika kau hanya ingin basa-basi, silahkan keluar dari ruanganku. Aku masih banyak pekerjaan, dengan penuh rasa hormat dan permintaan maaf, aku mau kau keluar dari ruanganku" Ujar Jihoon.

Hening.

"Ku dengar, kau sudah menikah ya? Kenapa tidak mengundang ku? Ku dengar tadi, suamimu seorang pengusaha juga? Siapa tadi, Kwon--"

"Ya, dan itu bukan urusan mu. Silahkan keluar dari ruangan ku..."

Pria itu berdecih, beranjak dari sofa yang ia duduki, lalu berjalan ke arah meja kerja Jihoon. Membalikkan posisi kursi kerja yang tadinya membelakanginya, dan menatap wanita itu dari arah dekat.

"Sopan sekali lagak mu di depanku? Kau pikir, apa ini sikap yang bagus untuk ditunjukkan ke calon atasanmu?" Jihoon terdiam, jarak mereka terlalu dekat hingga rasanya sesak.

Jihoon berusaha mendorong tubuh Seungcheol menjauh darinya, namun tenaganya tak begitu kuat dibandingkan dengan pria itu. Kemudian, pria itu mencengkram dagunya, Jihoon berusaha memberontak dan hal itu membuatnya harus merasakan nyeri, karena cengkraman Seungcheol yang semakin mengeras dirasanya.

"Kau sombong sekali ya sekarang?" Seungcheol tersenyum miring, ibu jarinya mengusap lembut permukaan bibir Jihoon, lagi-lagi hal itu membuat Jihoon kembali memberontak, berusaha melepaskan cengkraman tangannya Seungcheol dan kali ini, ia berhasil.

"Sebenarnya, apa mau mu?!" Bentak Jihoon, Seungcheol tertawa sinis.

"Kasar sekali wanitaku ini--"

"Aku bukan wanitamu!! Pergilah!!" Pekik Jihoon sambil mendorong dada Seungcheol untuk menjauh dan pergi dari ruangannya.

Tetapi, Seungcheol malah menahan kedua tangannya, lalu mencium bibirnya tanpa izin. Terlalu cepat, hingga rasanya Jihoon tak bisa berpikir lagi. Tidak ada kelembutan, hanya ciuman yang menuntut dan penuh paksaan, Jihoon mengerang dan akhirnya ciuman itu terlepas. Pria itu menatapnya dengan tatapan kelamnya.

"Kenapa kau tidak menikmatinya, dulu kau bahkan sangat mendambakannya, bukan?"

"Jangan mengarang! Lepas!!" Jihoon kembali memberontak.

"Kau tau, selama ini aku mencarimu. Dan hari ini, takdir memihak ku untuk bertemu denganmu, tak disangka selama ini kau bekerja di perusahaan milik ayahku. Setelah ini, kita akan sering bertemu manis. Oh ya, saat pesta pengangkatan ku nanti, aku akan menunggumu...aku sangat merindukanmu. Bukankah bagus jika, aku menindihmu?" Jihoon membelalakkan matanya, lancang sekali pria ini. Bisa-bisanya ia mengatakan hal vulgar itu, padahal mereka sudah sama-sama menikah dan tau posisi masing-masing.

"Cih! Tak sudi...lepas atau aku akan teriak--"

"Teriaklah, dan begitu aku akan memperkosa mu di atas meja kerjamu...hm, bukankah itu ide bagus?"

"Tidak--YAH!!"

Seungcheol mengangkat tubuh Jihoon, lalu menidurkannya dengan paksa di atas meja kerja milik mantan adik kelasnya itu. Wanita itu memberontak, tentu saja, karena ini namanya pelecehan. Entah apa yang dipikirkan Seungcheol hingga ia berani melakukan hal itu, dan bahkan Jihoon tak mengerti apa maksud pria ini sebenarnya.

GRENZE || Soonhoon GS✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang