17 || An impartial destiny

1.1K 122 21
                                    

Seminggu kemudian,

Hari pertama bekerja, setelah cuti panjang seusai menikah. Senyuman Jihoon sedaritadi terlukis cantik di wajahnya, sapaan dari karyawan lain dan ucapan selamat, ia balas dengan ramah dan penuh terima kasih.

Ia menekan lift yang berada di hadapannya, begitu pintu besi itu terbuka, ia masuk kedalam tanpa melunturkan senyumannya. Saat pintu besi itu hendak tersebut, sebuah tangan masuk dengan guna mencegah pintu lift itu tertutup dan kembali terbuka. Jihoon mengerjapkan matanya terkejut, karena ia takut jika tangan orang itu terjepit lift. Kemudian, pintu lift terbuka dan masuklah Seungkwan, Sejeong dan Sana kedalam lift tersebut.

"Jihoon-ah!!" Pekik kedua temannya tersebut, kecuali Sana yang hanya tersenyum dibelakang mereka sambil melambaikan tangan ke arahnya.

"Eoh! Yah, cepat masuk!" Sahut Jihoon, sambil menyuruh mereka untuk segera masuk.

Lalu, pintu lift tersebut tertutup. Seungkwan dan Sejeong memeluk Jihoon tanpa permisi, hingga ia terlonjak kaget dengan kelakuan kedua temannya.

"Eung...neomu bogoshipoyo~" Ujar keduanya, bak anak kembar.

"Ck, Nado" Ujar Jihoon sambil melepaskan pelukan kedua temannya itu.

"Sana-ah, kau dari daritadi ditempeli mereka seperti ini?" Tanya Jihoon pada Sana yang sedaritadi mengamati mereka.

"Heum, bukan hanya daritadi. Tapi, dari aku keluar dari pintu apartemen..." Ujar Sana diiringi dengan tawanya, begitu juga dengan Jihoon yang ikut tertawa.

Ya, ketiganya memang tinggal di satu apartemen yang sama, satu lantai hanya berbeda unit saja. Mereka itu seperti perangko, selalu melekat dan selalu bersama kemana saja. Ah, tidak. Bukan perangko, lebih tepatnya magnet. Karena mereka itu sulit dipisahkan, mereka bertiga sudah berteman sejak kecil. Dan, saat SMP mereka bertiga baru menjadi teman Jihoon.

"Ck, ani! Apartemen ku kan bersebrangan denganmu, sedangkan Seungkwan bersebelahan denganmu. Jadi, jangan terlalu percaya diri kami menempeli mu, Sana-sshi~" Ucap Sejeong panjang lebar, lalu melemparkan ekspresi wajah menyebalkannya pada Sana.

"Ya terserah apa katamu, tapi ku anggap kau tetap menempeli ku" Ujar Sana menjulurkan lidahnya mengolok, lalu pergi melenggang keluar lebih dulu, ketika pintu liftnya terbuka.

"Yah, Neo!!" Pekik Sejeong kesal, lalu menyusul Sana segera keluar dari lift. Sedangkan Seungkwan dan Jihoon asik mengobrol dibelakang mereka, sambil berjalan santai keluar dari lift.

•••

Hari ini bahkan baru hari pertama masuk kerja kembali, ia kira pekerjaannya tak akan sebanyak ini. Ternyata, selama ia cuti pekerjaannya menumpuk, jika tau begini mending ia hanya cuti sehari dan bekerja keesokan harinya agar pekerjaannya tak akan sebanyak ini.

Jihoon meregangkan otot-otot tubuhnya terasa pegal, begitu ia selesai mengecek semua laporan di atas mejanya. Kemudian, ia mengambil ponselnya dan disana ada pesan dari grup chatnya, dan teman-temannya.

 Kemudian, ia mengambil ponselnya dan disana ada pesan dari grup chatnya, dan teman-temannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
GRENZE || Soonhoon GS✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang