3 || Brain Wash

1.9K 185 3
                                    

Selama sebulan lebih appanya menjalani perawatan hingga benar-benar sembuh total, Jihoon selalu berusaha ada disisi appanya, walau ia juga harus bekerja di pagi hari hingga sore, masih ada Soonyoung yang menjaga appanya saat ia tak ada. Tidak, Jihoon tidak memintanya, tapi ia sendiri yang menawarkan diri.

Selama itu juga, mereka jadi lumayan dekat. Atau, Soonyoung saja yang berusaha mendekati Jihoon. Ditambah lagi saat appanya bilang, tentang rencana pertunangan mereka, yang membuat Jihoon tak percaya bahwa omongan pria itu akan benar-benar menjadi kenyataan. Tentu saja, Jihoon semakin tidak menunjukkan ketertarikannya pada pria bermarga Kwon itu. Walau dulu, ia sangat menyukainya. Tapi itu dulu, berbeda dengan sekarang. Appanya lebih penting baginya.

Jihoon baru saja kembali dari apotek rumah sakit, untuk menebus obat appanya. Berita baik, hari ini appanya boleh pulang kerumah, karena ia sudah sembuh dan hanya sisa luka-luka kecil saja dan tangannya yang masih dalam tahap penyembuhan. Sama seperti kemarin-kemarin, Soonyoung selalu datang ke rumah sakit dan bahkan, hari ini pun ia ikut mengantar appanya untuk pulang. Jihoon malas menolak tawaran pria itu, toh akhirnya pria itu juga bakal jadi sangat keras kepala dan bersikeras padanya.

"Jadi kita pulang sekarang?" Tanya appanya, Jihoon mengangguk sambil memasukkan obat-obatan appanya ke dalam tas.

"Huh, akhirnya appa bisa menghirup udara segar di pekarangan rumah lagi..." Ujar appanya.

"Mari ahjusshi, biar ku bantu duduk di kursi roda" Tawar Soonyoung yang baru saja datang, sembari mendorong kursi roda untuk appa Jihoon.

"Aigoo, gomawo Soonyoung-ah..." Setelah itu, Soonyoung membopong tubuh appa Jihoon hingga duduk di kursi roda.

"Sudah, kajja--"

"Sini, biar aku saja yang bawa tasnya" Jihoon menoleh saat Soonyoung menahannya untuk membawa tas berisi baju appanya, lalu pria itu menawarkan diri untuk membawanya.

"Ani, gwenchana. Ini tidak berat" Ujar Jihoon.

"Berikan saja padaku, aku calon suami mu. Jadi, kau harus menuruti perkataan ku..." Ujar Soonyoung. Hening setelahnya...

Setelah itu, Jihoon berdecih "Dasar menyebalkan!" Ujar Jihoon kesal, sambil menyerahkan tas itu kepada Soonyoung.

Appanya menghela nafasnya melihat kelakuan mereka, setelah itu Jihoon mengambil tas miliknya di atas meja nakas dengan tatapan kesalnya.

"Kapan kita akan pulang?" Celetuk appa Jihoon, lalu segera Soonyoung mendorong kursi roda appa Jihoon keluar dari ruangan itu, disusul Jihoon setelahnya.

•••

Selama perjalanan pulang, Jihoon hanya menatap ke arah luar jendela, sedangkan appanya asik berbicara dengan Soonyoung.

"Jadi, itu perusahaan appamu?" Tanya appa Jihoon ke Soonyoung.

"Bukan, itu milik ku. Perusahaan appa di pegang oleh adik ku" Sahut Soonyoung.

"Wah, jadi kau punya perusahaan sendiri? Kau benar-benar mapan ternyata, ahjusshi ikut bangga mendengarnya" Ujar appa Jihoon.

Jihoon menghela nafasnya, appanya bangga dengan Soonyoung yang bukan siapa-siapa, sedangkan dirinya? Terakhir kali Jihoon mendengar kata bangga dari mulut appanya padanya itu, saat ia lulus kuliah. Setelah itu, tidak ada sama sekali, rasanya Jihoon iri.

"Jihoonie..." Panggil appanya, Jihoon menoleh dan berdehem.

"Kau tidak mau mengurus restoran appa?" Jihoon menghela nafasnya, soal ini lagi. Sampai kapan, appanya terus bertanya soal ini, tentu saja jawabannya akan sama.

"Appa, aku ingin bekerja dengan usaha dan keinginan ku sendiri--"

"Kau tidak mau menolong appamu?" Jihoon menghela nafasnya lagi.

"Jihoonie, appa sudah tua. Sudah waktunya kau yang meneruskan usaha appa, kau anak tunggal appa, nak. Lagipula, itu tidak sulit nak" Ujar appanya. Kenapa juga harus membahas ini saat ada orang asing sih? Jihoon bukannya malu, hanya saja merasa tidak nyaman. Ini masalah keluarganya, orang lain tak sepatutnya mengetahuinya.

"Iya, nanti aku pikirkan lagi..." Jawab Jihoon pasrah.

"Oh ya, soal pertemuan itu. Kau yakin Soonyoung?" Jihoon menyernyitkan keningnya saat mendengar omongan appanya yang terdengar ambigu itu.

"Ne, Lusa orangtuaku akan datang dari Namyangju, nanti aku kabari lagi..." Sahut Soonyoung.

Sial, jangan bilang pria ini benar-benar akan datang untuk mengajaknya bertunangan? Cih, jangan sampai. Jihoon belum siap menikah, apalagi harus mengurusi anak orang dengan statusnya sebagai seorang istri, tidak.

Sesampainya di rumah, Appanya benar-benar lengket sekali dengan pria itu. Seakan, anaknya itu adalah Soonyoung bukan lagi Jihoon. Wanita itu menghela nafasnya, lalu memilih pergi ke bagian dapur untuk membuatkan minuman dan sedikit membereskan dapurnya.

Dari arah dapur, samar-samar Jihoon bisa mendengarkan percakapan antara appa dan Soonyoung.

"Aigoo...kau benar-benar sangat baik, nak. Maaf, kalau Jihoon bersikap begitu padamu, ia mungkin masih malu karena baru bertemu denganmu setelah sekian lama" Ujar appanya, yang membuat Jihoon berdecih saat ia mendengarnya. Menggelikan, malu? tidak sama sekali, malahan ia malas bertemu dengan pria itu.

"Ah, ne ahjusshi. Tapi, bagaimana jika dia--"

"Sudah, jangan dipikirkan. Biar ahjusshi saja yang tangani, dia pasti mengerti kok" Ujar appanya.

Seketika kegiatan Jihoon terhenti. Jadi, appanya benar-benar menyetujui omongan pria itu?

"Jihoonie?! Minumannya sudah jadi? Kasihan Soonyoung menunggu daritadi...!" Pekik appanya dari ruang tengah, segera Jihoon keluar dari dapur sambil membawa nampan berisi dua gelas teh hangat.

Jihoon meletakan nampannya di meja ruang tengah, setelah itu ia berdiri dan bermaksud kembali ke dapur untuk beberes. Tapi, appanya menahannya dan menyuruhnya duduk sebentar. Jihoon menuruti appanya, lalu duduk di sofa tepat di depan Soonyoung.

"Jihoonie, appa ingin memberitahumu...ini terkesan mendadak mungkin bagimu, kau dan Soonyoung akan segera bertunangan..." Seperti yang diduga Jihoon, ini semua memang sudah tertebak.

Jihoon menghela nafasnya, ia menatap datar pria di depannya, setelah itu menatap appanya. Ia mengulas senyum tipisnya, meraih tangan appanya dan mengelusnya pelan.

"Appa, jangan khawatir dengan masa depan ku. Aku bisa menemukan orang tepat untukku. Aku dan Soonyoung belum saling mengenal, walau kami dulu teman, tapi itu rasanya tak cukup" Ujar Jihoon sehalus mungkin, walau rasanya ia ingin meluapkan kekesalannya, apalagi dengan pria itu.

"Jadi kau ingin kita lebih dari teman, sebelum kita bertunangan? Oke, kajja...kau ingin kita menjadi kekasih terlebih dahulu?" Celetuk Soonyoung dengan gayanya yang kelewat percaya diri.

Jihoon mendesis, "Pria gila..." Jihoon menatap Soonyoung tajam, "...aku tidak mau mengikat diriku dalam hubungan apapun sekarang, jadi ku mohon padamu, urungkan niatmu untuk bertunangan denganku ataupun menikahi ku--"

"Aish, Jihoonie...jangan begitu. Soonyoung itu baik, kenapa kau--"

"Appa...Jebal~! Aku bukan anak kecil lagi, aku tau appa menyayangi ku, tapi tak perlu mengaturku begini..." Ujar Jihoon dengan tatapan memohon pada appanya.

"Ani. Kau akan tetap bertunangan dengan Soonyoung, tidak ada penolakan Lee Jihoon!" Kata appanya penuh penekanan pada Jihoon.

Jihoon mengigit bibir bawahnya, kenapa appanya jadi begini. Sial, ini membuatnya bingung. Sebenarnya apa yang pria itu lakukan kepada appanya? Ia mencuci otak appanya sampai begini? Sialan.

Jihoon melirik pria itu, dan sialnya pria itu malah tersenyum padanya. Sedangkan, Jihoon melemparkan tatapan tajam penuh dendamnya sembari menyumpahi pria itu dalam hati.

"Pria sialan, lihat saja aku akan mencekik mu nanti...dasar brengsek!" -batin Jihoon.


























Asli ini tijel parah🙂😭
Maap ye kalo kurang srek, bingung atur bahasa nih anjir. Gegara mabok Wonwoo sama Joshua, maapkeun aku😭✊
Jangan lupa streaming 24H woi!!!
Papai~❤️✨

GRENZE || Soonhoon GS✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang