11. Gagal

982 76 3
                                    

Zevanya membereskan buku-bukunya ketika bel sekolah berbunyi. Entah kenapa dia merasa deg-degan karena akan bertemu dengan Axel, apalagi ketika mengingat kejadian tadi, dia jadi malu.

Saat dia berada di depan gerbang, William datang dan menarik tangannya.

"Will?" Zevanya tersentak kaget.

William menaik-turunkan alisnya ketika melihat Zevanya yang terkejut. "Hai."

"Untuk apa kamu kesini, Will?" Tanya Zevanya gugup. Cewek itu menatap ke sekelilingnya, banyak pasang mata yang menatapnya.

Zevanya dan William menjadi pusat perhatian murid-murid di sana. Dan itu pasti membuat Zevanya memiliki nilai minus di mata mereka.

"Gue mau ajak lo ke tempat kemarin," kata William.

Zevanya menggelengkan kepalanya, dia tidak mau lagi berkunjung ke tempat itu. Bisa-bisa dia nama baiknya kembali tercemar jika sampai ada yang tahu.

Zevanya mencoba menarik tangannya dari cekalan William, tapi tidak bisa. Terlalu erat cekalan tangannya.

"Lepasin dia!"

Zevanya menoleh ke asal suara. Axel berdiri di belakangnya dengan raut wajah datar, rambutnya yang acak-acakkan serta seragamnya yang keluar.

"Oh? Lo? Gue nggak akan lepasin dia!" Balas William tajam.

"Kalau gue bilang lepas ya lepas!" Jawab Axel tak kalah tajam.

"Emangnya lo siapa? Gue nggak ada urusan sama lo. Jadi, jangan ikut campur urusan gue," kata William.

Tak banyak bicara lagi, Axel langsung memukul perut William hingga cowok itu meringis kesakitan. Axel langsung menarik Zevanya pergi ke parkiran.

Zevanya melirik ke belakang, William masih meringis kesakitan, mungkin itu nasib baik karena bisa terhindar dari William. Tapi, tidak tahu lagi jika dengan Axel.

"Naik!" Perintah Axel.

"Naik?" Zevanya kebingungan. Apa benar Axel menyuruhnya untuk naik ke jok belakang.

"Ya," respon Axel.

Dengan ragu, Zevanya naik ke jok belakang sepeda Axel. Cowok itu memacu motor besarnya dengan kecepatan tinggi ketika tahu jika William mengejarnya di belakang.

Zevanya memejamkan matanya karena ketakutan. Axel mengendarai motornya seperti orang kesetanan.

Axel memberhentikkan motornya ketika William menyalip kemudian menghadangnya. Menyadari motor yang di kendarai oleh Axel berhenti, Zevanya membuka matanya.

"Turun!" Perintah Axel dingin.

Zevanya menganggukkan kepalanya seraya turun dari motor Axel. Tak lama kemudian, Axel pun turun dari motornya, melepas helmnya kemudian menghampiri William.

William menunjukkan senyum smirk-nya sambil berjalan menghampiri Axel. Berhadapan dengan Axel, saling menatap dengan tatapan tajam.

"Axel, ketua geng besar Vetunus," kata William sambil berkacak pinggang. "Bocah mainnya udah ke club."

"Kenapa? Lo nggak terima?" Tantang Axel.

"Biasa aja," kata William sambil berjalan ke arah Zevanya, menarik cewek itu dengan kasar.

"Argh.." Rintih Zevanya ketika dirinya di tarik oleh William dengan kasar.

Axel menatap keduanya dengan dahinya yang mengkerut. Bagaimana Zevanya bisa kenal dengan William yang ber-bahaya untuk para perempuan.

Axel menarik paksa tangan Zevanya yang di cekal oleh William. Mendadak, dia merasa kasihan melihat Zevanya. Entah kenapa bisa seperti itu.

William menarik kerah seragam Axel, memberikan pukulan tepat di pipi kanan Axel. Membekaskan luka darah di sudut bibir Axel.

"Sialan!" Maki Axel, membalas pukulan William dengan bertubi-tubi.

Zevanya menganga karena terkejut melihat aksi bengis Axel yang memberikan pukulan bertubi-tubi kepada William. Dia jadi teringat ucapan Vera.

"Kak Axel! Udah-udah!" Zevanya meneriaki Axel.

Axel memberhentikan aksi pukulannya kemudian menatap Zevanya dengan dingin. "Lo mau kayak dia?" Tanyanya dingin menusuk.

Zevanya menciut dan menutup malutnya rapat-rapat. Tentu saja dia tidak ingin bernasib sama seperti William.

Axel menatap William yang mulai lemah karena pukulan bertubi-tubinya. Nafasnya terengah-engah karena kelelahan memukuli William. Rambutnya di biarkan acak-acakkan.

"Itu akibat tangan lo yang kotor itu!"

🌙

Axel berhenti tepat di depan rumah Zevanya. Bimbingan belajar yang akan mereka mulai kembali gagal. Zevanya turun dari motor Axel.

"Maaf ya, Kak, jadi nggak bi--"

"Ya," sela Axel.

Zevanya diam kemudian dia membuka tasnya. "Aku ada sesuatu untuk Kak Axel."

"Hm?" Satu alis Axel naik.

Zevanya mengeluarkan sebuah buku kemudian menyerahkannya kepada Axel. Axel kebingungan karena Zevanya memberikan buku.

"Ini materi Biologi dan Kimia yang udah aku catat secara ringkas. Semoga kakak paham sama tulisan aku," kata Zevanya sambil menyodorkan bukunya ke arah Axel.

"Ini buat gue?" Axel cengo.

Zevanya mengangguk. "Iya, Kak. Kan tanggung jawab aku buat ajarin kakak agar bisa siap buat Ujian Nasional nanti."

"Bukannya lo terpaksa ya?" Desis Axel seraya menerima buku tersebut.

Zevanya menundukkan kepalanya, takut dengan Axel. Tak lama kemudian, Axel melajukan motornya dengan kecepatan tinggi, meninggalkan Zevanya di depan rumahnya itu.

Axel [My Love Badboy]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang