12. "Cewek Malam"

1.1K 77 9
                                    

Axel menggerakkan kakinya mengikuti irama musik DJ di club. Dia masih memakai seragam sekolahnya dengan dua kancing seragam yang terbuka.

"Gue denger, DJ nya cewek. Lo nggak ada niatan buat kenalan?" Tanya Marvel yang sedari tadi duduk di sebelahnya.

"Nggak," jawab Axel singkat.

Marvel menaruh gelas berisi wine di meja bar kemudian memutar tubuhnya hingga menatap Axel. "Sebenarnya lo mau tipe cewek kayak gimana? Reyna yang jago di bawah lo atau Vira yang pandai menyeimbangi?"

Axel meneguk gelas berisi wine hingga tandas kemudian menggelengkan kepalannya. Dia sudah terlanjur nyaman dengan kehidupannya ini. Mempunyai uang yang terus mengalir dan cewek-cewek yang begitu menggoda. Dia tidak mau menyia-nyiakannya.

"Perlu gue cariin di aplikasi cari jodoh?" Tanya Marvel, kemudian cowok itu terkekeh.

"Nggak perlu," jawab Axel datar. "Gue udah nyaman kayak gini!"

Marvel mengangkat bahunya kemudian berdiri, menepuk pelan bahu Axel. "Terserah lo deh. Ganti seragam lo!"

"Hm."

Marvel kemudian pergi dan membiarkan Axel dalam diam. Sebenarnya, Axel sedang mempertimbangkan sesuatu yang akan di lakukannya nanti. Dan itu menyangkut Zevanya.

Axel merupakan tipikal cowok dingin dan cuek dengan keadaan sekitar. Namun, kali ini dia pernasaran dengan cewek yang bernama Zevanya itu.

Drrt! Drrt! Drrt!

Reybgst is calling..

Axel menaikkan satu alisnya. Untuk apa Rey telfon? Mungkin ada sesuatu yang penting. Axel tak menjawab telefon dari Rey dan memilih untuk ke atas, ke tempat-nya.

Axel membuka pintu dan terlihat seorang lelaki sedang duduk di depan kursi kebanggaannya. Axel menghela nafas kemudian menghampiri lelaki itu dengan duduk di kursinya itu.

Teman-temannya kemudian membentuk barisan berjajar dengan senapan yang sudah siap.

"Ada apa anda menemui saya, Bapak James terhormat?" Tanya Axel sambil menyalakan putung rokoknya.

Lelaki yang bernama James itu mengeluarkan selembar foto kemudian menyerahkannya ke Axel. "Ini."

Axel menatap foto itu sembari menyesap rokoknya dengan dalam. "Masalah?"

"Perlu tahu?"

Axel menatap tajam James. "Apa anda butuh bantuan?"

"Masalahnya, karena dia istri saya minta cerai ke saya. Buat dia menderita. Begitu menderita!" Kata James penuh penekanan di setiap katanya.

Axel mengangguk. "Ada uang, tugas langsung di kerjakan."

James kemudian mengeluarkan amplop besar dan memberikannya ke arah Rey. Axel menyimpan foto itu kemudian pergi.

🌙

Zevanya mencium bau seragamnya. Parfum Axel ternyata menempel di seragamnya. Wangi parfum itu membuat Zevanya betah berlama-lama memeluk seragamnya.

Degum jantung berpacu dengan kencang. Perasaan apa ini? Kenapa setelah di bonceng oleh Axel, rasa takut Zevanya hilang?

"Zevanya! Buatkan saya makan malam!"

Zevanya terlonjak kaget, itu suara Sarah. Cewek itu menaruh seragamnya di atas kasur kemudian dia keluar dari kamarnya menuju ruang makan.

"Mau di buatkan makanan apa, Mi?"

Sarah berkacak pinggang. "Hari ini, saya ingin kamu memasak makanan kesukaan saya!"

"Tapi, perlengkapan di dapur udah habis, Mi. Apa mau Zevanya belikan dulu baru Zevanya masak buat mami," ujar Zevanya lembut.

PLAK!

"Apa kamu pantas berbicara seperti itu kepada saya? Tidak! Kamu jangan mentang-mentang disini!" Kata Sarah sambil menarik rambut Zevanya.

Zevanya meringis kesakitan karena merasakan kepalanya yang sakit. Bi Jumi berlari tunggang langgang mendekati mereka.

"Nyonya, sudah! Kasihan Non Zeva. Di luar Tuan baru saja datang," kata Bi Jumi sambil menarik Zevanya masuk ke dalam pelukannya.

Sarah berdiri, menuding Zevanya dengan telunjuk jarinya. "Awas jika kamu mengadu ke Papa kamu!"

Zevanya mengangguk dalam isak tangisnya di pelukan Bi Jumi. Bi Jumi sendiri kasihan karena melihat Zevanya yang setiap harinya terus di siksa oleh Sarah.

Tidak ada rasa kasih sayang yang di tunjukkan oleh Sarah kepada Zevanya. Sungguh malang masib Zevanya. Ibu kandungnya sendiri tidak mau mengakuinya sebagai anak dan dia juga harus menerima sikap kasar ibu tirinya itu.

"Non Zeva sekarang masuk ke kamar ya? Besok kan sekolah," kata Bi Jumi seraya mengelus pipi Zevanya dengan lembut. "Ayo, bibi antar."

Hanya dengan Bi Jumi Zevanya bisa merasakan kasih sayang seorang ibu.

🌙

Zevanya masuk ke dalam kelas, duduk di pojokan. Cewek itu di kucilkan oleh teman-teman sekelasnya.

Rosa, Vera, Kesya dan Rasya datang ke bangkunya. Zevanya menghela nafas, sejak berteman dengan Rosa dan kawan-kawan, Vera berubah drastis. Suka membully.

"Kenapa?" Tanya Zevanya dingin.

Rosa menyilangkan tangannya di dada. "Lama-lama gue muak lihat sikap lo itu. Coba lo lihat sekarang di mading besar sekolah ada apa!"

Zevanya mendongakkan kepalanya. Mading sekolah? Ada apa sebenarnya?. Cewek itu berdiri kemudian berlari ke arah mading besar sekolah yang ramai itu.

Ketika Zevanya datang, kerumunan itu memberi jalan untuk Zevanya. Tentu saja Zevanya bingung.

Sebuah foto ketika tangannya di cekal oleh William. Zevanya menggelengkan kepalanya, kenapa hal itu bisa tersebar begitu cepat. Berarti kemarin pasti ada yang membidiknya dengan kamera. Sial!

"Jadi itu cowok yang di club itu ya? Dasar cewek malam!"

Tangan Zevanya terkepal kuat. Dia harus melawan mereka, jika di diamkan, pasti akan melonjak. Dan, Zevanya tidak mau harga dirinya di injak-injak.

"KENAPA SIH, KALIAN CUMA LIHAT DARI SEGI FOTO YANG KALIAN NGGAK TAHU APA YANG SEBENARNYA TERJADI?" Teriak Zevanya lantang.

"Loh, kan emang itu kebenarannya kan? Lo itu cewek malam!"

"Dasar cewek malam!"

"Cewek malam!"

"Woy! Minggir lo semua!"

Kerumunan itu mendadak berlari tunggang langgang pergi. Zevanya mendongakkan kepalanya, Axel dan kawan-kawan berdiri disana.

"Lo nggak pa-pa?" Tanya Rey, memegang bahu Zevanya.

Zevanya menggelengkan kepalanya singkat, melirik Axel sekilas kemudian pergi dari sana.

Axel [My Love Badboy]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang