19. Berbeda

1K 77 3
                                    

Axel menatap album foto mini miliknya. Banyak foto yang di taruh di album foto tersebut. Salah satunya adalah foto saat dirinya memegang piala. Saat itu, Axel baru saja memenangkan pertandingan basket antar SMP. Senyumnya tercetak lebar.

"Kak Axel bisa senyum?"

Axel menoleh ke belakang, Zevanya sedang tersenyum menatapnya. "Lo udah selesai koreksi hasil pekerjaan gue?"

"Sudah, Kak," jawab Zevanya.

Axel dapat melihat mata cewek itu fokus kepada fotonya yang ada di album. Cowok itu segera menutup album foto itu kemudian menaruhnya di tempat semula.

"Lo kira gue apaan nggak bisa senyum?" Tanya Axel ketus.

"Ya..Maaf ya, Kak, sebelumnya. Kak Axel kan nggak pernah...senyum. Wajah Kak Axel selalu datar dan dingin," jawab Zevanya pelan.

Axel berjalan mendekati Zevanya. "Masa?"

"Iya," Zevanya mengangguk mantap. "Kalau Kak Axel senyum, pasti makin gan--" Zevanya langsung menutup mulutnya rapat.

Axel menaikkan satu alisnya. "Ganteng? Dari dulu gue emang ganteng."

Zevanya menaikkan satu alisnya. Baru kali ini dia melihat Axel seperti itu. Ternyata cowok itu juga mempunyai tingkat kepedean yang tinggi.

Axel berdiri dan mendekati Zevanya. "Lo nggak pulang? Ini udah jam lima, ntar lo di marahi sama nyokap lo."

Zevanya membulatkan matanya. Petaka, jika sampai dia pulang telat bisa di marahi habis-habisan dia.

"Ah, iya, Kak. Aku harus pulang. Terima kasih sudah di ingatkan," kata Zevanya sambil membereskan buku-bukunya yang berserakan di meja ruang tamu Axel.

Axel menyilangkan tangannya di dada. Sudut bibirnya terangkat ketika melihat Zevanya yang panik. Terlihat lucu dan Axel jadi gemas dengan itu.

"Eh, lo mau kemana?" Tanya Axel ketika Zevanya berlari ke arah pintu utama rumahnya.

"Pulang, Kak."

"Biar gue anter."

🌙

Zevanya menutup pintu rumah dengan perlahan. Namun, sepelan apapun dia menutup pintu tapi jika sudah ada Nyonya Sarah yang terhormat buat apa? Mana sempat keburu di cegat.

"Dari mana kamu? Ini sudah petang, Zevanya!" Kata Sarah dingin. "Mau alasan apa kamu? Belajar kelompok."

"Ma, Zevanya kan baru aja pulang. Jangan di marahi dulu. Mending di suruh melipat baju aku yang baru aja Bi Jumi angkat dari jemuran," kata Citra sambil memakan snack.

"Iya, sayang." Sarah berucap manis kepada anak kandungnya itu kemudian beralih menatap Zevanya dengan tatapan garang. "Cepat lipati baju anak saya!"

"Tapi, Mi, Zevanya capek. Zevanya mau istirahat dulu," lirih Zevanya.

"He! Lo mau gue aduin ke Papa?" Tanya Citra.

Zevanya menarik nafas sambil berjalan ke arah kamar adik tirinya yang usianya tak jauh dari dirinya itu.

Sejak kedatangan Citra, rumah terasa seperti neraka. Sekarang, hanya sekolah surganya, karena Axel sudah tidak pernah menganggunya sejak bimbingan belajar ini. Dan Zevanya merasa..dekat dengan Axel.

🌙

"Polisi masih menulusuri kematian Vero."

Axel [My Love Badboy]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang