20. Murid baru

1.5K 94 18
                                    

Setelah kematian Vero yang mendadak, SMA Darmandes kembali di gemparkan dengan kedatangan siswi cantik bermuka bule.

Siswi itu bernama Citra Anggun Rineksa. Para kaum adam langsung mengincar Citra karena kecantikan Citra yang begitu terlihat.

Axel, cowok itu menatap ketiga temannya yang heboh membicarakan murid baru itu. Sementara dirinya tidak ada minat untuk ikut membahas.

"Cantik banget ya ampun. Reyna aja kalah," kata Marvel sambil melirik Axel yang sibuk membaca buku cetak bahasa indonesia.

"Bisa nih di deketin, lumayan buat nambah daftar mantan," kata Rey.

David menonyor kepala Rey pelan. "Bodoh. Jangan mainin cewek woy. Ntar, lo kualat."

"Setuju gue, Vid," kata Axel tanpa memalingkan mukanya dari buku cetak.

Axel kemudian menutup buku cetaknya, menutup matanya, mulutnya sibuk berkomat-kamit menghafal pengertia yang di bacanya tadi.

Ketiga temannya menatapnya tanpa berketip. Mereka memastikan jika yang di hadapannya itu Axel dengan cara mengucek mata mereka sendiri. Pemimpin geng motor Vetunus itu tidak pernah seperti itu. Baru kali ini.

"Pangaruh positifnya Zevanya sudah melekat sama lo ya, Xel?"

Mendengar nama Zevanya di sebut, mata Axel langsung terbuka lebar. Dia teringat sesuatu. Cowok itu membuka tasnya, mengambil barang yang di titipkan oleh Mamanya tadi.

Setelah itu, Axel langsung pergi dari kelasnya, membuat ketiga temannya cengo untuk sekian kalinya.

🌙

Kelas Zevanya sepi karena sebagian murid ke kantin untuk menikmati jam istirahat. Sementara Zevanya, lebih memilih di kelas menemani Vera yang tidak mau ke kantin. Mengingat Vera sedang diet, takut tergoda dengan makanan di kantin.

"Udah gue bilang kan, kalau adik tiri lo yang kecentilan itu jadi sorotan," kata Vera dengan menggebu-nggebu.

"Ya biarin, Ver, dia kan emang cantik. Wajar kalau cowok-cowok disini itu mengincar Citra," jawab Zevanya diselingi dengan senyum menawannya.

"Gue seb--"

"Permisi," potong Axel yang masuk ke dalam kelas.

Zevanya terkejut ketik melihat Axel yang sedang berjalan masuk ke dalam kelasnya, lebih tepatnya berjalan ke arahnya. Jantungnya serasa ingin keluar ketika melihat Axel.

Axel menatap sorot mata Zevanya dengan dalam. Jantungnya juga ikut berdebar kencang. Apa mungkin itu tanda jika dia menyukai Zevanya.

"Ini buat lo dari nyokap gue," kata Axel sambil menyodorkan sebuah paperbag bewarna pink.

"Bu--Buat aku, Kak?" Tanya Zevanya gugup.

"Iya," balas Axel singkat. "Di tanya in juga, kapan ke rumah lagi."

Zevanya menerima paper bag bewarna pink itu. "Ke rumah Kak Axel kalau Kak Axel lagi pengen belajar kan?"

"Hm," dehem Axel.

"Ya berarti nunggu Kak Axel mau belajar. Kapan Kak Axel mau belajara?" Tanya Zevanya, rasa gugupnya sudah hilang.

"Mungkin besok. Besok ke rumah gue ya?" Zevanya mengangguk. Setelah itu, Axel keluar dari kelas Zevanya.

Zevanya dan Vera saling pandang. Terlebih Vera yang matanya sedari tadi melebar, mungkin dia masih syok karena cowok paling dingin, berbahaya di sekolah datang ke kelasnya.

"Gue nggak tahu lagi harus bilang apa. Satu yang gue mau tanya sama lo, Zev, lo pergi ke dukun mana sampai Kak Axel bisa luluh ke lo?" Cerocos Vera.

"Ngaco ah kamu, Ver. Biasa aja. Aku sama Kak Axel cuma sebatas adik dan kakak kelas. Lagian, aku juga di amanahi buat ajar Kak Axel sama Bu Yanti," kata Zevanya sambil menyimpan paper bag itu dengan rapi.

Vera kepo dengan isi paper bag itu. Dari segi luar saja sudah terlihat indah, apalagi isinya. Mengingat keluarga Axel yang kaya itu pasti isinya pun ikut mahal.

"Buka dong paper bag-nya. Kepo nih," kata Vera.

Zevanya menggeleng. "Tidak boleh! Ini kan punyaku. Aku mau buka di rumah."

"Lo mah gitu, Zev!" Rajuk Vera. "Buka elahh!"

"Nggak mau, Veraaaaa!"

Vera tersenyum menggoda. "Cie, udah dapat lampu hijau dari calon mertua."

"Apa an sih," sahut Zevanya.

"Salah tingkah ni ye. Tau kok tau yang awalnya takut kini jadi cinta."

🌙

Axel memakan baksonya dengan pelan. Baru kali ini dia mencoba bakso di kantin SMA Darmandes, rasanya begitu enak dan nagih.

"Permisi, boleh duduk disini nggak, Kak?"

Ketiga teman Axel berbinar-binar ketika kedatangan murid baru yang sedang ramai di bicarakan itu. Namun, rupanya Axel masih tidak menggubris ucapan murid baru itu.

"Permis, boleh nggak, Kak?"

Axel menghela nafas kasar kemudian menoleh ke asal suara. Seorang cewek bermata hazel dengan rambut panjang yang terkucir kuda serta seragam yang agak ketat sedikit menatapnya.

"Enggak!" Balas Axel dingin kemudian melanjutkan makannya yang sempat tertunda.

"Nggak pa-pa deh, Xel, sekali-kali aja. Kita--"

"Enggak!" Potong Axel cepat. Kemudian Axel menatap murid baru itu dengan tajam menusuk. "Pergi lo! Sebelum gue berubah pikiram buat usik hidup lo!"

Murid baru alias Citra itu kemudian pergi dari meja itu ketika mendengar bentakan Axel. Ketiga teman Axel merasa heran kenapa cewek secantik Citra itu di tolak oleh Axel.

"Bahkan cewek secantik dan semenggoda dia lo nggak suka, Xel?" Tanya Rey, kedua tangannya terangkat ke atas.

Axel melirik Rey yang ada di hadapannya. "Nggak menarik."

"Astaga, Xel. Bener-bener lo ya. Lo nggak suka cewek? Jangan-jangan lo suka sama gue selama ini," kata Marvel.

"Jijik gue sama lo, Vel." Cetus Axel. "Lo kalau suka sama dia suka aja. Kelihatan kalau cewek nggak bener. Seragamnya aja keliatan ketat," lanjut Axel.

Rey, David dan Marvel melongo melihat dan mendengar ucapan Axel barusan. Axel berbeda sekali. Perubahannya terlihat bertahap.

Sejak kenal dengan Zevanya, Axel lebih suka membaca buku hingga Axel juga jarang sekali ke markas. Biasanya kalau ke markas hanya untuk memastikan kondisi dan itupun langsung pulang. Axel juga sulit dekat dengan cewek selain Vira, Reyna dan Ibunya. Dan saat ini, Axel seperti mendekati cewek bernama Zevanya.

"Zevanya udah buat lo berubah ya, Xel?" Tanya David.

"Iya. Kan gue mau jadi yang lebih baik. Gue nggak mau kayak dulu. Dosa gue juga udah banyak."

"Xel..Lo nggak sakit kan? Lo oke kan?"

"Gue oke." Jawab Axel. "Oh ya, nanti malem jangan lupa ke markas kecil aja. Kita bahasa tentang kematian Vero."

Axel [My Love Badboy]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang