16. Kantin

1K 73 2
                                    

__________

Jangan lupa vote, komen, follow dan share. Hal itu membuat aku semangat dan cepat update cerita.

__________

Zevanya yang sedang menulis catatan pelajaran sejarah, urung karena Bu Afifah, guru Fisika dan sekaligus wali kelasnya masuk ke dalam kelas.

"Zevanya, kamu di panggil ke ruang BK," kata Bu Afifah.

Zevanya menganggukkan kepalanya sambil berdiri dari duduknya. Vera yang sudah kembali duduk di sebelah Zevanya memberi ruang agar Zevanya bisa lewat.

Zevanya melangkahkan kakinya ke arah ruang BK dengan Bu Afifah yang ada di depannya. Ketika ada di ruang BK, ada Axel disana. Perasaan Zevanya jadi tidak enak.

"Duduk, Zevanya!" Perintah Bu Yanti.

"Iya bu," kata Zevanya seraya duduk di samping Axel yang tampak tenang itu. "Ada apa, Bu?"

"Nilai Axel semakin turun, apa kamu tidak terlalu niat untuk mengajari dia?" Tanya Bu Yanti sambil menuding Axel.

Axel yang di tuding oleh Bu Yanti memdesah kasar. "Tangannya." Protes Axel singkat.

"AXEL!" Bentak Bu Yanti.

Zevanya menundukkan kepalanya. "Sa--Saya sudah mengajari Kak Axel, Bu, tapi masih sekali pertemuan."

"Bohong," sahut Axel. "Dia bohong, Bu."

Refleks, Zevanya melotot ke arah Axel. "Kak?"

"Hm?" Axel menaikkan kedua alisnya.

Bu Yanti memegang kepalanya yang terasa pusing menghadapi murid-muridnya ini. "Haduh Axel, saya nggak tahu harus apa sama kamu. Masih untung kamu nggak saya drop out seperti Vira."

Axel mengangkat sudut bibirnya. "Yang sabar, Bu, kalau mau jadi guru BK!"

"Axel!" Tegur Bu Afifah. "Zevanya, kamu harus bimbing Axel."

"Baik, Bu." Jawab Zevanya.

"Kalian berdua keluar!"

Baik Zevanya maupun Axel pun akhirnya keluar dari ruang BK. Zevanya menatap Axel yang berjalan di depannya.

Sebenarnya, dia ingin bertanya kepada cowok itu kenapa dia berkata jika dirinya tidak pernah mengajarinya.

"Lo mau ngomong apa?"

"Hah?"

"Lo mau protes kan?" Tanya Axel, seperti tahu apa yang di pikirkan oleh Zevanya.

Zevanya menundukkan kepalanya, gugup karena lontaran Axel. "Ke--Kenapa Kak Axel bilang kalau aku bohong tadi."

"Sengaja sih," kata Axel tanpa beban.

Zevanya mendongakkan kepalanya. "Maksudnya sengaja?"

"Ya sengaja, kurang jelas?" Tanya Axel kemudian berlalu dari hadapan Zevanya.

Zevanya melongo sambil menatap ke arah Axel yang berjalan meninggalkannya. Sebentar, kenapa detak jantung Zevanya beritme cepat? Zevanya merasa deg-degan ketika berdekatan dengan cowok dingin itu.

Apa itu artinya..

Zevanya menyukai Axel?

🌙

Marvel menatap sengit Vero yang ada di hadapannya. Mereka berdua sedang bertengkar karena merebutkan pulpen temuan keduanya.

"Ini punya gue, Vel!" Kata Vero sengit.

"Tapi, gue yang liat duluan, Verooo!" Ujar Marvel tajam.

Axel, David dan Rey menatap mereka dengan datar. Mereka sudah tidak heran dengan sikap Vero dan Marvel itu.

Axel memilih untuk membaca buku catatan yang di buatkan oleh Zevanya. Dia selalu membawanya setiap hari.

"Mending ke kantin," kata David. "Dari pada lihat mereka."

"Setuju gue, Vid." Rey mengacungkan satu jempolnya.

Axel menatap keduanya kemudian menggelengkan kepalanya, tanda jika dia tidak mau ke kantin. David dan Rey saling pandang.

"Xel?"

"Hm?"

"Ke kantin aja ayo, bawa aja tuh buku," kata Rey setangah memaksa.

Axel memutar bola matanya malas kemudian kembali menaruh kembali bukunya di dalam tasnya, dia tidak mau buku itu lecet ataupun rusak.

Setelah itu, Axel berjalan mengikuti Rey dan David. Membiarkan Vero dan Marvel bertikai tidak jelas hanya karena sebuah pulpen temuan mereka.

Axel berjalan di apit Rey dan David yang ada di pinggirnya. Koridor lumayan ramai. Namun, ketika Axel lewat, mereka langsung diam. Mereka takut dengan kekejaman Axel.

"Lo mesen apa, Xel? Jus leci? Kalau nggak ada darah gue gantinya?" Cerocos Rey ketika sudah berada di kantin.

"Yoi," jawab Axel seraya mengangguk.

Axel menatap ke sekeliling kantin yang lumayan ramai. Hingga..pandangannya jatuh kepada seorang cewek yang tengah di kerumuni oleh musuh bebuyutannya.

Axel langsung berdiri, membuat David reflek ikut berdiri dan mengikuti Axel yang berjalan ke sudut kantin.

"Brengsek! Lo kalau lawan jangan sama cewek!" Axel meninju wajah Ditra.

Ditra terkejut dengan datangnya Axel. Cowok itu punya dendam dengan Axel, dendamnya semakin besar saat Axel mematahkan tangan kanannya dulu.

"Lo yang brengsek! Lo suka hamilin cewek-cewek di luaran sana!" Balas Ditra.

Axel dan Ditra menjadi tontonan murid-murid di kantin. Permusuhan Axel dan Ditra sudah bukan hal baru bagi mereka. Sejarah Axel dan Ditra terlalu kelam untuk di ketahui.

"Lalu, apa bedanya kita? Berarti kita sama-sama brengsek kan?" Axel tersenyum meremehkan ke arah Ditra.

Rahang Ditra mengeras, cowok itu emosi dengan ucapan Axel. Ditra tidak terima di katai brengsek oleh Axel. Setelah itu, komplotan Ditra kemudian pergi.

Axel menatap cewek yang sedang menunduk sambil meremas-remas jarinya sendiri. Axel menarik tangan kanan cewek itu.

"Lo nggak pa-pa, Zev?" Tanya Axel, lembut.

Zevanya mendongakkan kepalanya. "A--A--Aku nggak pa-pa kok, Kak." Jawabnya sedikit terbata-bata.

Axel mengangguk kemudian kembali berjalan kearah mejanya. David menatap sejenak ke arah Zevanya. "Hebat," katanya kemudian berjalan memgikuti Axel.

Axel [My Love Badboy]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang