9. Ditra

1.1K 74 4
                                    

Axel menatap tajam Ditra yang sudah tidak memakai seragam. Axel melepas seragamnya, terlihat lah kulit nya yang putih dan perutnya yang sixpack.

Ditra tersenyum sinis ketika melihat Axel melepas seragamnya. "Kita mau tawuran atau pamer tubuh? Ada-ada aja lo."

Suara tawa dari anak buah Ditra terdengar. Axel tidak berekspresi apapun, datar menatap Ditra dan anak buahnya itu.

Ditra menatap Axel dari atas hingga bawah seraya menganggukan kepalanya. "Lumayan juga buat cowok yang suka tebar benih sana-sini." Katanya.

Tidak ada reaksi apapun dari Axel, cowok itu hanya diam dan datar. Tapi, tatapan matanya menusuk seperti Elang.

"Dia nggak bakal marah kalau lo belum ngeremehin ceweknya." Bisik Erik, teman Ditra.

Ditra mengangguk kemudian berjalan memutari Axel. "Gue baru sadar kalau cewek murahan itu nggak ada disini. Biasanya, dia kan yang selalu buat lo ribet."

Axel menarik tangan Ditra, memelintir tangan cowok itu hingga membuatnya meringis kesakitan. "Lo bisa hina gue. Tapi, buat dia, lo nggak bisa. Rasain lo!" Axel memutar lengan Ditra hingga berbunyi krek.

"Bos udah terluka tuh! Serang mereka." Kata Erik.

Marvel, Rey, Vero dan David lamgsung menyerang anak buah Ditra. Berbeda dengan Ditra, cowok badung itu meringis kesakitan ketika tangannya di patahkan oleh Axel.

Axel menyeringai jahat. Dia puas melihat lawannya kalah. "Lo salah orang, Dit."

"CABUT!" Teriak Axel. Rey, Marvel, Vero dan David berhenti berkelahi dan mengikuti Axel pergi dari tempat itu.

🌙

Zevanya hanya bisa menangis ketika dirinya di ejek habis-habisan oleh teman satu kelasnya. Bahkan Vera, teman sekaligus sahabat satu-satunya pun ikut mengejek dirinya dan mulai menjauhinya.

"Sorry, Zev, gue pindah duduk sama Rosa. Gue nggak mau temenan sama jalan kayak lo," kata Vera tanpa menatap muka Zevanya.

Zevanya memegang tangan Vera, namun cewek itu menghempaskan tangan Zevanya dengan kasar. "Jangan sentuh-sentuh gue, Zev!"

"Vera, aku bisa jelasin kok. Aku nggak seperti yang kamu pikirkan. Kamu tahu aku itu kayak gimana," Zevanya mencoba memberi penjelasan.

Vera memutar bola matanya malas. "Lo itu polos-polos sialan."

"Udah, Ver, jangan di ladeni. Ayo ke bangku aja," ajak Rosa sambil menarik tangan Vera. "Jalang kayak dia pantesnya tuh sendiri. Nggak pantes dia punya teman."

Zevanya menundukkan kepalanya. Ucapan Rosa begitu menohok ke hatinya. Tak ada yang mau berteman dengannya. Dia sendiri.

🔅

Zevanya masuk ke dalam rumah. Keadaan rumah sepi. Entah kemana perginya semua orang. Ah, lebih tepatnya Sarah. Jika Papanya pasti masih di luar kota.

"Non? Udah pulang? Mau bibi buatin makan?" Tanya Bi Jumi kepada Zevanya.

Zevanya menggelengkan kepalanya. "Nggak perlu, Bi. Ada cucian yang kotor?"

"Ada tapi sudah Bibi cuci."

"Mami kemana?"

"Pergi arisan, Non."

Axel [My Love Badboy]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang