16

6 3 0
                                    

•14.25 pm•

So Joo masih berjalan menuju rumahnya. Ia sengaja tidak naik kendaraan umum. Karena bagi nya berjalan itu merupakan hal yang sehat bagi kakinya, karena ia sudah lama berdiam diri dirumah hampir sebulan dan tidak pernah berjalan sejauh ini. Tapi yang lebih pentingnya lagi bisa irit pengeluaran kan;)
~greget juga ya jalan kaki ampe 3 jam :v~

Sejujurnya So Joo itu anak yang baik,ramah,perhatian pada banyak orang. Tapi, seiring berjalannya waktu, semua itu mulai hilang tanpa sebab yang jelas. Ya, itu semua karena kurangnya perhatian dari orang tuanya. Banyak yang mengira hidupnya bak Dewi kerajaan yang tidak pernah terlihat murung sama sekali. Itu salah besar. Sebenarnya ia lebih menderita dari apa yang orang lain pikirkan tentang dia.

*10 menit kemudian*

"Finally my home sweet home *menghela nafas* Akhh... *memegang kaki* mengapa kakiku terasa seperti mau copot, keram pula. Ibu, help me huhuhu..." teriak So Joo

"Ehh bentar-bentar kenapa aku teriak ibu? aishh... Menyebalkan" batin So Joo.

Saat So Joo hendak membuka pintu rumah, ada seorang nenek yang teriak dari luar pagar.

"Heyy anak muda!" panggil nenek itu.

"Hmm, ehh. Aku? *berlari kecil menghampiri nya *" tanya So Joo.

"Kau anak tidak tahu diri, mengapa kau tidak menjenguk nenek, hah?! Kau ingin nenek mu mati? *menarik tangan So Joo*" teriak nenek itu.

"Ehh.. Ehhh, lepaskan aku nek. Aku tidak kenal denganmu. Lepaskannnn..!" ucap So Joo sembari melepaskan genggaman sang nenek.

"Hehh.. Hehh.. Berani kau bicara seperti itu pada nenek?" teriak nenek itu.

So Joo yang ketakutan pun berlari masuk ke rumah dan meninggalkan nenek tersebut yang masih mengomel didepan rumahnya.

"Apa-apaan itu? Siapa dia sebenarnya?? Mengapa dia menyebutku 'Anak'?? Arghh... /mengacak-ngacak rambut/" ucap So Joo.

*Cuittt.. Cuitt...* suara burung berkicauan disambut halus pula dengan angin yang berhembus nan lembut bagaikan kain sutera yang menyentuh bulu-bulu halus ditubuh. Matahari mulai pergi tenggelam dan tidak menyinari bumi lagi sama seperti dia yang tidak ada kabar sama sekali.

"Tae... bisa tolong bantu ibu sebentar?" teriak ibunya.

Taeyong yang sedang termenung dijendela kamarnya langsung bergegas menuju suara ibunya.

"Baik bu, aku datang" ucap Taeyong.

"Bisakah kau menaruh kue beras ini ke dalam box yang ada disana? Tangan ibu sedang kotor" tanya ibunya.

"Oh, baik bu" ucap Taeyong yang langsung bergegas mengambil kue beras untuk dimasukkan kedalam box.

Namun, saat ia hendak memasukkan kue berasnya dia langsung teringat dengan wanita yang ia selalu tunggu kabarnya. Ya, siapa lagi kalau bukan So Joo.

Taeyong yang ingin berusaha melupakan So Joo, justru sebaliknya So Joo yang terus terekam di pikirannya.

"Akhh.. *memegang kepala* ke-pa-lakuu .." ucap Taeyong terbata-bata.

Ibunya yang tersadar melihat Taeyong memegang kepala pun langsung terbangun dari duduknya dan memegang bahunya.

"Tae... Ada apa? Kepalamu kenapa? Ayo, ibu antarkam ke kamar" ucap ibunya.

"Bu, sebentar. Apakah aku boleh pergi ke kota?" tanya Taeyong.

"Hah? Kenapa tiba-tiba? Kau ingin bertemu siapa? Kau sedang seperti ini, bagaimana bisa ibu mengizinkanmu pergi kesana" ucap ibunya.

"Bu aku mohon, izinkan aku pergi, tidak apa-apa. Kurasa aku hanya pusing biasa, kurang tidur. Jadi aku hanya butuh istirahat sebentar kok. Aku masuk dulu ya bu. Oh ya, ibu juga jangan sampai kecapekan ya bu" ucap Taeyong sembari berjalan menuju kamar.

Ibunya sampai tidak bisa berkata apa-apa, sebenarnya siapa seseorang yang sangat ia temui itu.

"Pak.. Bapak.. Bapak kemana sih? Ibu mau bicara sebentar" teriak ibunya.

Ibunya pun bergegas mencari suaminya untuk membicarakan hal yang terjadi pada Taeyong anak satu-satunya mereka.

"Iyaa bu, bapak dibelakang lagi nyiram tanaman" teriak bapaknya.

"Haduhh, bapakk ihh. Dipanggilin juga daritadi ga nyaut-nyaut. Itu telinga ketutup sarang laba-laba apa? Ini loh, ibu mau bilang. Taeyong kan mau pergi ke kota, nah..."

Belum juga selesai ngomong, bapaknya pun memotong pembicaraan.

"Apaa??! Taeyong??? ke kota ngapain??? Haduhh, itu anak *memukul kening*" tanya bapaknya.

"Ihh bapak, ibu belum selesai ngomong, udah di potong aja ishh.. *menyilang tangan didadanya* Nah, itu pak.. Kayanya Taeyong mau ketemu cewe deh" ucap ibunya.

"Hmm, dia mau pergi kapan?" tanya bapaknya.

"Katanya sih lusa. Besok bapak coba tanya ke Taeyong deh. Ya udah ibu mau bersihin dapur dulu" ucap ibunya.

"Iya iya.. *mengernyitkan dahi* ternyata anak itu sudah dewasa tidak biasanya dia berurusan dengan cewe" ucap bapaknya.

•Keesokan hari pukul 09.00 am•

"So Joo.. So Joo... Aku ingin bertemu denganmu, akhh.. /bangun dari tempat tidur/ astaga aku benar-benar bermimpi bertemu dengan So Joo. Tapi, ke-kenapa aku tidak bisa menyentuhnya? Apaa.. Aku su-sudah, akhhh.. tidak mungkin *memukul pipinya*" ucap Taeyong.

Ibunya yang mendengar Taeyong berteriak pun, langsung bergegas menuju kamarnya.

"Taeyong.. Taeyong ada apa? Ibu ada disini. Apa kau mimpi buruk? Ceritakan sama ibu" tanya ibunya.

"Ibu, apa aku bisa seperti ayah dan ibu?" tanya Taeyong.

Ibunya yang mendengar pertanyaan Taeyong terdiam sejenak. Ibunya tidak mengerti apa maksud dari pertanyaan Taeyong yang sangat tiba-tiba itu.

"Sayang, ibu tidak mengerti apa maksudmu? Coba ceritakan pada ibu" ucap ibunya.

"Umm, tidak.. tidak jadi bu, aku pikir tidak terlalu penting untuk diceritakan. Aku hanya mimpi hantu saja kok, tidak perlu khawatir dengan pertanyaan ku tadi bu. Oh ya, besok aku akan tetap pergi, jadi apa ibu mau membantuku membuat kue beras terenak ibu?" tanya Taeyong.

"Ahh *menghela nafas* Tae.. Kenapa tiba-tiba kau ingin membuat kue beras? Apa ada seseorang yang ingin kau beri? *menyentuh kepala Taeyong*" Goda ibunya.

"*tertawa kecil* ahh, ibu sedang menggodaku ya? Umm, aku hanya ingin belajar membuatnya. Siapa tau aku bisa membuat kue beras seenak yang ibu buat kan?" tanya Taeyong.

"Ahahah *tertawa lepas* kau inii.. Yasudah ayo kita belanja bahan-bahannya" ucap ibunya.

"Siapp bos.. *tersenyum lebar*" ucap Taeyong dengan semangat.

TBC

He Changed My LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang