19

7 3 0
                                    

Taeyong langsung merebahkan tubuhnya dikasur, bahkan ia sama sekali tidak mengganti pakaiannya dan masih memegang pakaian beliau(ayahnya). 

Ibu Taeyong masih sibuk membereskan barang suaminya untuk dimasukkan ke box. Bukan untuk dibuang melainkan disimpan di gudang. Ia sengaja menyimpan digudang karena menurutnya jika ia tidak melakukan hal ini. Maka akan selalu terlihat dan membuatnya sedih begitupun dengan Taeyong. 

Jam sudah menunjukan pukul 21.35 pm, tidak terasa sudah begitu larut, mulai terdengar suara burung hantu dan jangkrik. Ibu Taeyong masih merapihkan sedikit barang-barang suaminya. 

*Tikk.. Tokk.. Tikk* /Suara jam/ 

"Hoamzhh... *mengucek mata* jam berapa ini? Kenapa aku ngantuk sekali *melihat jam* Ahh, pantas saja sudah jam 10 malam. Badanku mulai terasa pegal. Sebaiknya aku tidur dan lanjut besok" ucap ibu Taeyong. 

Ibu Taeyong pun menuju kamar, tapi sebelum itu ia menuju kamar Taeyong untuk melihatnya. Karena ia tidak mau kehilangan orang ia sayang untuk kedua kalinya. 

"Tidurlah dengan nyenyak Tae. Ibu menyayangimu *mengelus rambut Tae*" ucap ibu Taeyong. 

Ibunya keluar secara perlahan dari kamar Taeyong. Dan, berusaha untuk tidak mengganggunya. 

Namun saat ia hendak menuju kamar, ia merasa seperti ada seseorang yang memperhatikannya. Tapi, disatu sisi ia berusaha tetap berani untuk melindungi Taeyong. Karena hanya Taeyong yang ia miliki satu-satunya. Lagipula mungkin itu hanya perasaannya saja.

•Keesokan harinya pukul 10.30 am•

*kukuruyukk....* /ayam berkokok/

Matahari menyorot kedalam kamar So Joo. Burung pun mulai bersautan. So Joo masih tetap tidak bergerak dibalik selimutnya. 

*Ting Tong..* /suara bel pintu/ 

"So Joo..? Ini aku Jaehyun. Apa kau didalam? Kalau iya, buka pintunya" teriak Jaehyun. 

"Aishh... Siapa sih itu? Pagi-pagi bertamu ke rumah orang *menggaruk-garuk kepala yang tidak gatal*" ucap So Joo. 

So Joo terpaksa bangun dengan nyawa yang masih setengah badan dan malas-malasan. 

*gubrakk!* *Ctakk* Akhh.. *memegang kening* sakittt .....  Siapa sih yang naro pintu disini? *memukul pintu*" ucap So Joo. 

*Ting.. Tong* 

"Iyaaaaa... Berisikkkk" teriak So Joo. 

*Cklikkk* /suara pintu terbuka/

"Siapa sihh yang datang jam segini??" tanya So Joo. 

"Ahh.. Jaehyun. Ada apa? Ada hal penting? Kalau tidak ada. Pulanglah *mengibaskan tangan layaknya kipas sate*" ucap So Joo. 

"Tunggu. Kau tidak apa-apa? Dahi mu terluka" ucap Jaehyun. 

"Hah? Aishh, omong kosong. Pulanglah *menutup pintu*" ucap So Joo. 

Namun, saat ia hendak menutup pintu. Jaehyun menahan dengan tangannya. 

"Ada apa? Ini bukan urusanmu, mengerti?! *brakk* /suara pintu dibanting/" ucap So Joo. 

Jaehyun pun merasa khawatir dengannya. Walaupun ia tahu apa yang pernah dialami So Joo saat kecil. Ia tetap harus memperhatikannya. Entah kenapa, baginya So Joo penting dihidupnya. 

Jaehyun pun pergi dengan perasaan yang tidak karuan. Masalah perusahaan, ibunya, kakaknya kemudian So Joo. Kenapa semua masalah jatuh pada Jaehyun. 

"Ibu, aku ingin kau disini bu, memelukku dengan erat *Hikss.. Hikss* aku butuh ibu" ucap Jaehyun sembari menitikkan airmata. 

Jaehyun mengendarai mobil dengan perasaan sedih, karena disaat ia butuh dukungan, tidak ada satupun orang yang mengerti keadaannya. Ia butuh sandaran dan juga kasih sayang yang tulus dari ibunya. 

So Joo masih melanjutkan tidurnya. Bahkan, matahari yang tadinya terik, akhirnya mulai turun sedikit demi sedikit. 

*Tikk..Tokk..Tikk* Jam terus berjalan menunjukan pukul 13.07 pm. So Joo mulai sedikit mengubah posisi tidurnya. 

"Euhh... Hoamzhhh *menguap dengan lebar* jam berapa ini? *berjalan menuju kamar mandi* mandi ah" ucap So Joo. 

Sudah setengah jam So Joo di kamar mandi, yang terdengar bukan hanya suara percikan air melainkan suaranya yang sedang bernyanyi. 
~maklum ya gaes namanya juga ceue :v~

"Apaa?! Shampoo ku habis? Astaga, kepalaku gatal sekali. Bagaimana ini? Isi air aja deh, yang penting kan masih bau shampoo" ucap So Joo. 

Sudah 1 jam ia di kamar mandi akhirnya keluar juga. Dengan rambut tergulung handuk dan wajah yang cantik dan mungilnya itu. 

So Joo pun mengeringkan rambutnya yang terurai sepinggang itu dengan hairdryer. Tak lama ia mengeringkan rambutnya ia mendengar suara bel pintu berbunyi. 

"Hm.. *mematikan hairdryer* apa bel pintuku bunyi?? *mengernyitkan dahi* Ah, mungkin hanya perasaanmu saja *menyalakan kembali hairdryer" ucap So Joo. 

So Joo mengeringkan rambut dibarengi dengan suara nyanyiannya. 15 menit telah usai, rambut So Joo kembali ia cepol lalu ia menuruni tangga menuju dapur untuk mencuci beberapa pakaian kotor miliknya. 

Waktu menunjukan pukul 14.30 pm. So Joo yang telah mencuci pakaian pun segera menjemurnya di halaman depan rumahnya. Namun, saat ia membuka pintu. 

"Ehhh, kotak apa ini? Kurasa aku tidak memesan paket. Atau salah kirim *menaruh ember cucian dibangku lalu mengambil paketnya* Ehh, ada surat? *membuka lalu membacanya*" ucap So Joo. 

To : So Joo tersayang

Ini ada beberapa album dan file ibumu dengan kau. Bibi sengaja menyimpannya dan tidak membuangnya. Bibi ingin memberimu ini dari dulu. Tapi, belum tepat waktunya. Mungkin ini waktu yang tepat untuk memberinya padamu. Karena ini milikmu. Jaga ini baik-baik So Joo. Bibi akan selalu menyayangimu selamanya. 

Salam Cinta
       Bibi

So Joo tidak tahu harus berkata apa. Sampai-sampai ia menitikkan airmata. Ia bingung apa harus menerima ini semua atau justru membuangnya. Karena ia masih merasa sakit atas perlakuan ibunya terhadapnya. Ia tidak tahu apa bisa ia maafkan atau tidak. 

TBC

He Changed My LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang