11 ❀ sepercik kesempatan

988 182 5
                                    


Chapter 11: Sepercik Kesempatan


     "Lo sejak kapan punya ajian gitu?"

Shinobu yang tadinya sedang mengunyah martabak telur mini di depannya seketika mengangkat alis. Cewek itu menghabiskan kunyahannya, lalu menelannya sebelum akhirnya buka mulut. "Sejak kapan ya? Waktu gue kenaikan tingkat kalo gak salah,"

"Kok bisa?" tanya Giyuu sambil meneguk susu coklatnya.

"Ya gitu. Lo tau kan dulu sebelum ikut anggar gue juga pernah ikut silat?" 

Giyuu mengangguk antusias.

"Jangan ketawa ya," Shinobu menipiskan bibir lalu terkekeh pelan. "Dulu kenaikan tingkat gue disuruh makan sate gagak."

Giyuu melotot seketika hingga tanpa sadar ia nyaris menyembur susu coklatnya ke arah Shinobu. Untungnya dengan reflek tajam cewek itu dapat dengan cepat menghindar. Saat cowok itu terbatuk, Shinobu pun langsung mempelototinya. 

"Jorok!"

"Ya maap, kaget Shin," jawab Giyuu pasrah sambil mencomot tisu di meja lalu mengelap sudut bibirnya. "Sate gagak kan setau gue buat—"

"Pesugihan. Juga hal-hal berbau ilmu hitam gitu." jawab Shinobu cepat membuat Giyuu merapatkan bibir. "Begonya dulu gue gak tau. Gue iya-iya aja. Padahal perguruan lain juga kenaikan tingkatnya gak kayak gitu. Cuma kebetulan gue sial aja."

"Tapi tetep lo juga kena efeknya dong, Shin. Fisik atau pun batin,"

"Iya. Gue jadi pemarah, pokoknya gampang banget kesulut emosi. Lo bisa tanya bokap gue atau Douma kalo lo gak percaya." tutur Shinobu santai. "Bahkan pas SD gue hampir di keluarin dari sekolah. Masalahnya gara-gara gue ngajakin berantem guru yang ngomelin catetan gue karena gak lengkap gitu."

Giyuu tertegun mendengar cerita Shinobu yang terdengar amat menegangkan. Jelas karena anak ambis seperti Giyuu menganggap pelanggaran adalah hal sakral, eh ini malah mau gelud sama guru. 

"Terus, sampe sekarang masih?"

"Kalo emosinya sih, engga. Gue udah lebih bisa ngontrol," jawab Shinobu sebelum kembali menggigit potongan martabak. "Tapi ya itu. Sampe hari ini ajian gue masih minta tumbal nyawa setiap dua tahun sekali, tiap tahun tingkatannya makin tinggi."

"Ha? Emang ada tingkatannya gitu?"

"Ya ada. Lebih ke dekatan secara batin, gitu sih,"

Giyuu hanya mengangguk dengan bibir yang terbuka kecil. Iya, ini hal baru baginya. Belum lagi pembicaraan mereka sangat lah sakral. Bayangkan jika ada orang lain yang sampai mendengar hal ini. Mungkin Shinobu benar-benar dikeluarkan dari sekolah.

"Bukannya ini termasuk tindakan kriminal, ya?"

Shinobu reflek menoleh dengan dua alis terangkat. Cewek itu menatap ekspresi polos Giyuu yang menyatakan kecanggungan, membuat Shinobu tertawa puas.

"Gue kira anak olimpiade juga paham beginian," sindir Shinobu di tengah kekehannya. "Kalo dibilang tindakan kriminal, iya. Gue menghilangkan nyawa manusia. Tapi tetep gak kena pidana karena gak ada buktinya."

"Wih, pembunuh kelas elite dong ya?"

"Ya enggak lah! Ini bukan film, dodol garut!" ledek Shinobu tajam pada cowok itu sebelum tawanya kembali pecah. "Ilmu yang kayak gitu itu gak keliatan, Giyuu. Mau dilakuin pemeriksaan polisi juga gak bakal ada jejaknya."

Giyuu kini benar-benar tertegun. Otak realistis cowok itu seolah dipertemukan dengan sisi lain dari dunia ini, magis. Sumpah, itu bukan hal yang pernah terlintas dipikiran Giyuu sebelumnya. Tapi di depannya kini, Shinobu sedang menceritakan hal itu bahkan disertai tawa. Seolah hal itu sudah jadi hal lumrah.

"Douma juga tau soal ini?" tanya Giyuu akhirnya.

"Hm? Mungkin?" Shinobu mengangkat bahu sambil merebut susu coklat Giyuu dan meminumnya tanpa dosa. "Tapi kok jadi nanyain Douma?"

"Ya tanya doang gitu, soalnya kalian deket kan." jawab Giyuu berusaha tenang. "Lo suka sama Douma?"

"Hah?" Shinobu mengeryit tak paham. "Apa sih anjir, kok tiba-tiba?"

"Ya siapa yang gak tau sih, Shin. Lo sama Douma kan lengket. Gue pernah baca kutipan di internet gitu gak ada persahabatan yang pure antara cowok sama cewek. Kalo gak yang satu nyimpan rasa, ya berarti dua-duanya."

Shinobu terdiam. Ibarat mendapat cerita dongeng panjang, Shinobu hanya menghela nafas panjang lalu kembali mengigit bagian lain dari martabak mininya. 

"Terus kalo kita temenan gini, ada kemungkinan gak?"




Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


ps: banyak bener yg sider euyy 25 vote lanjut kyta

Hi, Shinobu!✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang