23 ❀ "ya udah, kita pacaran aja."

941 150 68
                                    


Chapter 23: "Ya udah, kita pacaran aja."


     Cowok bersurai peach itu menatap miris pada sepupunya.

Giyuu yang duduk di balkon itu nampak begitu menyedihkan. Meski memang terkesan kurang ekspresif, tapi sebagai seseorang yang tumbuh bersama Giyuu, tentu Sabito lebih memahami cowok itu bahkan sebelum Giyuu buka mulut.

Tadinya Sabito sempat kaget saat Giyuu datang. Tentu saja karena ini hari Selasa pukul enam pagi, dan Giyuu datang dengan seragam lengkap. Cowok bersurai hitam itu beralasan ingin berangkat bersama dengan Sabito dan Makomo. Jadi tanpa babibu dua orang tua Sabito langsung menyuruh Giyuu untuk masuk ke kamar Sabito.

Dan ternyata cowok itu datang karena ia sedang galau.

"Jadi.... akhirnya lo udah nyatain perasaan lo?" tanya Sabito langsung ke inti. "Gue gak ngerti, Yuu. Gue yang gak ikut camp pun ngerasa timingnya udah tepat. Kenapa cuma ngode? Lo bisa nembak dia waktu itu juga."

"Lo gak paham, To," lirih Giyuu lemah. "Kan udah gue bilang. Douma, si sinting itu nyuruh gue buat numbalin Shinobu. Dia maksa banget sampe dia bilang rantai tumbal itu gak bakal berhenti kalo Shinobu gak mati."

Sabito tak langsung menjawab. Ia terdiam cukup lama, kasihan juga melihat cowok itu kini sangat depresi. Padahal Giyuu tidak pernah ambil pusing soal hidupnya begini. Apalagi soal teman atau pun cewek.

Tapi kali ini berbeda.

"ADUH!" Giyuu mendelik begitu Sabito menabok kepalanya keras dari belakang. "APA SIH LO?! NGEFANS SAMA PALA GUE!?"

"Gue mukul lo supaya lo pinteran dikit, siapa tau otak lo overheat kebayakan ngerjain soal olim." racau Sabito gemas sendiri. "Gyomei, tetangga lo itu kan bukan cuma anak haji, tapi juga anak ustad. Kenapa lo gak konsul ke dia?"

"Hah? Maksudnya?"

"Tomioka Giyuu, dengerin gue." Sabito menghela nafasnya lelah. "Tuhan itu menyayangi setiap mahluknya, Tomioka. Kalo Tuhan ngasih soal, pasti bakal ada jawabannya. Jadi cara ngelawan ilmu hitam, ya harus pake ilmu putih."

Giyuu terdiam cukup lama, otaknya memproses untuk memahami ucapan Sabito. Cowok itu benar-benar tertegun dengan kebodohannya sendiri.

"WOI MAU KE MANA?" pekik Sabito kaget begitu Giyuu tiba-tiba berdiri lalu berlari kecil keluar dari kamarnya.

"Berangkat sekolah!"

"Bentar, nyet! Gue belom mandi!" sahut Sabito langsung berdiri dan bergegas ke kamar mandi.

"Gak sempat! Gue belum ngerjain tugas akuntan!"

Sabito mengumpat dalam kamar mandi. Apa katanya tadi? Belum ngerjain tugas? Akuntan? Bohong banget, sialan. Giyuu kan jurusan MIPA, mana ada mapel akuntansi. Lagi pula Giyuu tidak mungkin lupa mengerjakan tugas. Detik pertama guru memberi PR pun, Giyuu sudah langsung mengerjakannya. Sabito hapal itu.

Memang sepupu kampret.




***

"Lo kenapa sih?"

Jam pelajaran pertama, saat guru belum masuk, Shinobu masih belum menyahut. Mitsuri pun jadi kesal karena cewek itu terus menggerutu tanpa memberi tahu Mitsuri tetek bengek masalah yang sedang dihadapinya.

"Kali ini apa? Giyuu?"

Shinobu langsung menoleh dengan tatapan sinis. "Ck, kok lo tau sih!?"

Mitsuri tersenyum paksa, tapi dalam batin cewek itu menahan keinginan kuat untuk menjewer telinga Shinobu sekarang juga. "Kita udah tetanggaan dari sperma, gimana gue gak hapal elo?"

Hi, Shinobu!✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang