28 ❀ bincang malam-malam

752 136 8
                                    


Chapter 28: Bincang malam-malam


     Shinobu melirik sinis ke luar rumahnya dari arah kasur. 

Sudah berjalan seperempat jam sejenak Giyuu mengambil motornya lalu mengarah ke jalan Arjuna. Katanya dimintai untuk membeli jus alpukat di sana. Yah, Shinobu tak peduli. Yang ia mau hanya martabaknya.

Tapi cowok itu nggak juga datang. Mengingatnya saja membuat Shinobu mengumpat dalam hati. Sialan, maunya apa sih?

"Teh,"

Shinobu tersentak, cewek itu langsung menoleh ke arah pintu dan segera mendapati Kanao yang masuk perlahan dengan bawah mata dan hidung yang memerah. Adiknya itu langsung duduk di kasur tak jauh dari Shinobu berbaring sekarang.

"Kamu kenapa?" tanya Shinobu duduk mendekat.

"Aku....." Kanao menggulum bibir, Shinobu jadi meneguk ludah menunggu jawaban. Gadis itu berdoa semoga ini bukan karena Bunda. Meski rasanya tak mungkin melihat Kanao menangis begini soal hal lain mengingat adiknya itu tidak begitu ekspresif.

"Aku gak paham persamaan kuadrat, Teh." sambung Kanao.

Shinobu sontak mengendurkan ekspresi khawatirnya. Rautnya ini benar-benar datar, ia tidak paham dengan adiknya. Menangis karena tak paham matematika? Yang benar saja. Kemudian baru lah ia menyadari Kanao datang bersama dengan buku tulis dan buku paket di tangannya.

"Sini coba, Teteh liat," kata Shinobu sambil menarik pelan buku tulis yang di bawa Kanao.

Shinobu meneguk ludah sambil memperhatikan latihan tugas yang jadi tugas Kanao malam ini, lalu menghela nafasnya. Walau Shinobu kadang merasa salah jurusan karena nilainya lebih tinggi di mata pelajaran lintas jalur dulu, kalau hanya persamaan kuadrat sepertinya Shinobu ingat.

Tapi dugaannya salah.

Yang ada di otaknya sekarang hanya suasana ricuh Pekan Olahraga Nasional, semua teknik menusukkan foil, epree, dan sabre ke lawan. Juga penilaian elektronik yang terasa menegangkan. Sialan.

"Teteh.... gak terlalu inget," kata Shinobu pelan. "Tapi bentar lagi Giyuu ke sini kok! Kamu bisa tanya apa pun sama dia, nanti dijelasin. Materi kelas 12 pun dia juga paham kok,"

"Boleh, Teh? Tapi aku gak enak, soalnya gak terlalu deket sama Kak Giyuu."

Shinobu tak menanggapi ucapan Kanao. Pandangannya sudah teralihkan ke salah satu sudut kamarnya yang gelap jauh sebelum Kanao menyelesaikan kalimatnya. Shinobu bisa melihat jelas mata memerah yang menyala itu.

"Teh?"

Ah, kalau dibilang tidak merespon mungkin sedikit kasar. Hanya saja Shinobu sudah tidak mendengar kalimat akhir Kanao. Ia sedang dalam kondisi waspada.

"A-aku balik ke kamar aj—"

Kanao tak melanjutkan kata-katanya begitu Shinobu tiba-tiba menariknya dalam dekapan. Entah apa yang dilakukan Shinobu, Kanao tak tahu. Hanya saja ia bisa melihat jelas bulu kuduk Shinobu merinding seketika.

"Ulah. Ulah ayeuna." ujar Shinobu lirih. "Ulah anjeunna."

Macan putih yang tadinya hendak menerjang Kanao itu jadi menatap tajam pada Shinobu. Ia sempat mengaum sebelum bayangannya perlahan hilang begitu saja.

"Teh, ada apa?"

Shinobu mengerjap, cewek itu langsung melepaskan adiknya dari dekapan lalu menggeleng cepat dengan senyuman tipis. Kemudian ia melirik tanggalan di kamarnya.

Ah, iya.

Sebentar lagi.




***

"Lama amat, muter kabah dulu?"

Giyuu melirik Shinobu sejenak, lalu kembali mengambil potongan martabak di meja yang memisahkan mereka. "Dijualin sama anak penjualnya, katanya dia ngefans sama aku. Pernah liat aku di spanduk sekolah, terus jadinya mau masuk SMANSAKAI."

Shinobu mengendus singkat. Sialan, coba saja kalau Giyuu lebih cepat. Shinobu bisa tak berdua saja dengan Kanao, dan macan putih itu tidak mengincar adik tirinya.

Ah, bicara soal Kanao. Tadi Giyuu sudah membantu Kanao mengerjakan tugasnya. Setelah selesai Kanao langsung masuk karena sadar tak ingin menganggu waktu berdua kakaknya dengan Giyuu.

"Modelan Kanao bisa ikut olim gak sih?" tanya Shinobu.

"Hn? Kenapa emang?"

"Kanao itu rajin, anaknya pekerja keras. She deserve more than just juara kelas atau masuk kelas unggulan. Kanao seharusnya bisa ikut olimpiade."

"Bisa aja kok, anaknya lumayan ambis juga. Tapi masalahnya," Giyuu menghela nafas lalu menoleh pada Shinobu. "Rata-rata rapotnya udah sampe 85 belum?"

Shinobu merapatkan bibir. "Gak tau, tapi guru SMP dia bilang 80 itu udah nilai paling tinggi."

"Hm. Berarti dia cenderung pinter, rajinnya cuma rata-rata." kata Giyuu lalu mengambil lagi martabak di tengah mereka. "Kalo kamu mau, aku bisa jadi mentornya biar dia ikut olimpiade."

Shinobu melebarkan mata seketika. Kemudian tersenyum tipis beberapa saat kemudian, sadar ia memang punya orang yang bisa diandalkan sekarang.

"Yuu,"

"Hmm?" cowok itu menoleh.

"Bentar lagi tanggal satu suro," kata Shinobu pelan. "Macan putih itu udah mulai minta tumbal."

Giyuu terdiam seketika. Tak tahu harus menjawab apa.

"Kalo sampe besok matahari terbangun tapi aku enggak, aku pengen kamu jagain Kanao. Walau dia bukan adek kandung aku, tapi aku gak pernah punya masalah sama dia. Aku cuma benci sama ibunya, tapi bukan berarti—"

"Shin! Ngomong apa sih?" potong Giyuu cepat, membuat Shinobu jadi merapatkan bibirnya diam. "Aku bakal cari cara. Kamu bakal selamat sampe semuanya selesai,"

Shinobu menggulum bibirnya erat, hingga tak sadar air mata mulai jatuh dari ujung mata dan membasahi pipi gadis itu. "Gak ada caranya, Yuu. Tahun ini yan harus aku tumbalin ayahku. Kalo enggak, aku yang bakal mati. Tapi dua tahun kemudian, aku sendiri. Jadi tetep akhirnya aku juga kena."




Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


sunda translate:

1. Jangan. Jangan sekarang.

2. Jangan dia.


bahasa hati translate:

PILIHLAH AKU YANG MAMPU MENCINTAMU

LEBIH DARI DIAAAAAAAAAAA

kalo tumbal jgn.

Hi, Shinobu!✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang