Seperti Biasa(kembali)

247 31 2
                                    

Akhirnya ujian datang.

Lino tidak bisa tidak stress soal ujian ini. Padahal biasanya dia hanya akan mengganggu Felix belajar. Tapi kini dia tidak bisa. Dia harus belajar setekun Dana untuk mendapatkan nilai yang setidaknya bagus untuk kelulusannya nanti.

"Bunda tu mau kuliahin kamu di Semarang. Tinggalnya disana nanti sama om kamu."

Lino merengek.

"Bundaaaa... Lino maunya disini aja sih sama bunda. Ngapain jauh-jauh sampe sana?"

"Habis kamu disini main terus. Nggak pernah belajar. Bunda tahu kamu tu pinter, cuma males aja belajarnya."

Lino merengut.

"Iya deh, iya. Lino belajar. Asal kuliah dimana nanti itu keputusan Lino. Okay?"

Bunda memasang wajah menantang.

"Lihat dulu nilai kamu. Rajin belajar kalo nilainya jelek juga buat apa."

"BUNDA MAH!"

Lino menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Buku-buku didepannya ini rasanya ingin dia buang saja.

Lino memalingkan pandangannya kesamping, tempat dimana Felix duduk. Felix masih betah mengerjakan latihan soal diperpustakaan ini nyatanya. Entah sudah buku keberapa, tapi Lino sudah jelas bosan.

"Lix..."

Felix tidak menanggapi.

"Felix..."

"Kenapa."

"Laper."

"Makan."

"Makan apaan? Yang ada cuma buku. Lu mau gua makan kertas?"

"Ya makan aja kalo lu doyan."

Lino merengut. Dia langsung menyobek selembar kertas buku catatannya dan memasukkannya kedalam mulut.

"Heh! Lo gila, ya?! Muntahin nggak?!" Felix langsung menutup bukunya dengan mata melotot. Bukan Lino namanya jika tidak mempunyai cara  untuk mengalihkan perhatian Felix.

Lino menggeleng. Masih mengunyah-ngunyah kertas yang didalam mulutnya.

"Iya makan! Iya nih gua udah nggak pegang buku lagi! Muntahin sekarang, nggak?!"

Lino langsung memasang wajah sumringah. Dengan cepat dia memuntahkan kertas yang 'dimakan'nya tadi.

"Dasar gila."

"Gila-gila gini kan lu juga sayang, Lix."

"Nggak waras."

"Nggak waras gini kan udah lu temenin lama, Lix."

Felix menjitak kepala Lino dengan buku ditangannya. Lino meringis kesakitan, kemudian tertawa pelan karena Felix memukulnya.

Felix tersenyum melihat Lino tertawa. Mungkin setelah ini, tawa itu akan menjadi hal yang ia rindukan.

Mungkin setelah ini, tingkah random Lino akan ia rindukan.

Mungkin setelah ini, Felix akan benar-benar merindukan sahabatnya satu ini.














"Tolong tetap tertawa kayak gini, No. Mau dengan ada atau enggak adanya gua, gua harap lo nggak akan berubah sampai kita ketemu lagi."





















•••
Author Notes:

Good night everyone💫
Double update dalam seminggu alias cuma nge up draft yang udah ada😅

Buat yang nanyain kenapa updatenya lama banget, makasih udah nanyain. Gau kirain nggak ada yang nyariin book ini.

Mungkin book ini dua chapter lagi akan tamat. Dan sebelum kalian berekspektasi yang lebih-lebih, gua mau menyampaikan kalau gua bukan pembuat ending yang baik😂 tapi terlepas dari itu, meskipun book ini cuma buat media gua nyalurin hobi, gua tetep berusaha sebaik mungkin buat nulis🖒

Akhir-akhir ini mungkin terasa lebih berat dibanding hari-hari kemarin. Nggak ada hidup yang bener-bener enak guize.

Tapi gua mau bilang, you did well today.
Sekeras apapun kalian berusaha, hal itu cuma diri kalian sendiri yang tahu. Kasih diri kalian healing time. Me time.

Jadi tetep semangat. Meskipun sulit pastinya.

💕💕💕💕

JUST FRIENDS |•TAMAT•|✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang