Kenapa harus rumit jika ternyata bahagia itu sesederhana ini
***
Kini kondisi Aira berangsur membaik, dia sudah bisa duduk dan infus pun sudah tidak terpasang lagi. Sebentar lagi ia sudah boleh pulang. Ibas dengan setia menemani sang istri selama dirawat dirumah sakit.
"Tunggu obat trus bisa pulang.. horee..", ucap Ibas dengan senyum lebarnya. Ia mengupas kan apel untuk Aira seraya sesekali menatap ke arah Aira.
"Aira.."
"Hmm.."
"Abang boleh bicara sesuatu?" Ucap Ibas seraya memberikan potongan apel pada Aira.
"Boleh.. bicara apa bang?", Tanya Aira
"Abang... Ingin Aira jadi ibu dari anak-anak Abang.. Aira bersedia ?" Tanya Ibas sembari menatap lekat ke mata Aira. Aira terperanjat menatap dalam ke manik mata cokelat milik Ibas.
"Abang ni tentara banget.. gitu aja pakai tanya.. memangnya sudah benar benar mantab menerima Aira?" Tanya Aira. Ibas tersenyum. Ia memindahkan posisinya di bibir ranjang tepat disebelah Aira duduk.
"Abang awalnya bingung dengan perasaan Abang tapi sekarang Abang tau perasaan apa ini. Abang rasa bahagia kalau lihat Aira tersenyum, Abang rasa sedih kalau Aira menangis, Abang rasa dunia Abang berhenti berputar kalau tahu Aira sakit. Abang sayang Aira.. Aira masih mau trima cinta Abang kan?", Tanya Ibas. Ia melihat air mata Aira telah mengalir di pipinya.
"Aira marah sama Abang yaa.. maaf kalau Abang buat Aira menunggu terlalu lama.." ucap Ibas seraya menghapus air mata Aira dengan ujung ibujarinya.
"Aira nggak marah bang.. Aira bahagia akhirnya Abang mau nrima Aira.." ucap Aira sembari tersenyum. Ibas memandang mata hitam istrinya lekat dan mengecup lembut bibir merah Aira, membuat Aira sedikit berjengit tapi membalas ciuman itu pada akhirnya.
"Gimana hubungan Lo sama istri Lo, suh?" Tanya Hengky saat Ibas kebagian berjaga malam di kantornya. Ibas menghela nafasnya dan menggedikkan bahunya.
"Ya gitu lah.." jawab Ibas singkat. Hengky mengernyitkan dahinya bingung dengan jawaban sahabatnya itu.
"Ya gitu gimana maksud Lo? Jangan bilang Lo belum nyentuh dia??" Tanya Hengky dengan nada tinggi. Ibas hanya mengangguk tanpa berani menatap ke arah Hengky.
"Lo gimana sih? Tega banget sama istri Lo.. apa Lo nggak kasihan sama Aira?Dia nggak pernah cerita cerita tentang perlakuan senior senior nya disini sama dia?" Tanya hengky. Mendengar itu, Ibas menatap Hengky dengan tatapan heran.
"Apa maksud Lo?" Tanya Ibas dengan menyatukan alisnya.
"Gue denger cerita dari Mbak Retno istri Serda Arif tu.. katanya kalau senam Aira sering ditanya sudah hamil atau belum sampai dibilang mandul sama Mbak Ria istrinya Wadan dan mbak nindi istri Danki. Dua orang itu mulutnya kayak monster.Belum lagi kemarin waktu kunjungan Panglima ke batalyon, dua orang itu nyerang Aira. Mentang mentang Mbak Heni ada rapat di pusat jadi mereka berdua menghasut ibu-ibu lain buat ninggalin Aira sendiri nyiapin acara kedatangan Panglima karena mereka bilang itu kedatangan ayah dia. Tapi ya Lo tau sendiri Aira nggak ngeluh, dia tetap aja ngerjain semuanya dibantu sama ibu-ibu lain yang merasa perlakuan dua istri senior itu nggak adil ke Aira. Kasihan, suh istri Lo. Dia bilang yang jendral ayah saya, kalau suami saya masih letnan dan saya sekarang kan pendamping letnan jadi ya ditrima aja. Baik banget istri Lo, Bas.. gue cuma pesen jangan Lo sia-siakan lagi istri Lo.. dia kelihatan banget sayang dan cintanya sama Lo..Disaat ibu-ibu lain nggak ngurusi rumah dan lebih mentingin kegiatan mereka diluar tapi istri Lo.. dia masih meluangkan waktu buat paling nggak nyiapin makan buat Lo walau cuma sederhana. Lo sendiri yang cerita kan waktu itu. Sekarang Lo refleksikan semuanya bro.. perasaan Lo yang sebenarnya ke Aira. Saat ia senyum saat ia sedih dan kemarin saat ia sakit gimana perasaan Lo.." ucap Hengky.
Saat ini Aira telah kembali ke rumah dinas Ibas, yang kali ini dipenuhi dengan ibu-ibu yang menjenguk Aira. Mengucapkan rasa bahagianya atas pulihnya keseharsn Aira.
"Bu Ibas jangan sedih, kalau keguguran itu bisa diusahakan lagi.", Ucap salah satu ibu waktu menjenguk Aira. Sontak Aira dan Ibas saling menatap.
"Maaf, Bu tapi Aira tidak keguguran ibu-ibu sekalian. Kemarin hanya kelelahan dan dehidrasj." Jawab Ibas tegas.
"Loh.. tapi kata Mbak Ria dan mbak nindi Bu Ibas keguguran.." gumam ibu yang lain.
"Kamu kok nggak cerita kalau selalu diperlakukan nggak adil sama istri Wadan dan Danki?" Tanya Ibas saat ibu-ibu yang lain telah pulang. Aira hanya diam sembari merebahkan tubuhnya ke atas ranjang.
" Buat apa, bang.. biarin aja " ucap Aira santai.
"Ya tapi mereka udah keterlaluan Aira. Waktu kunjungan Panglima kemarin katanya kamu yang siapin semua sama beberapa ibu-ibu aja. Istri Wadan dan Danki nggak bantu.. mereka baru datang setelah istrinya komandan pulang dari rapat dipusat? Kok kamu nggak cerita sama aku sih sayang?" Tanya Ibas heran sembari duduk di sebelah Aira. Mendengar kata 'sayang' di akhir kalimat Ibas, Aira justru tersenyum geli.
"Kok kamu malah senyum?" Tanya Ibas heran. Aira merentangkan tangan Ibas dan bersandar di dada bidang Ibas.
"Memang penting kalau Aira cerita? Sekarang Aira sudah jadi isteri Abang, kalau Aira aneh-aneh sama senior Aira takut Abang juga kena padahal memang seniornya yang usil. Sebenarnya sih rasanya pengen banget Aira laporin sama papa dan mama tapi Aira pikir lagi buat apa. Kalau mereka bosan nanti juga jengah sendiri.." ucap Aira santai. Mendengar itu Ibas tersenyum.
"Hebat euy isteri Abang.. jadi tambah cinta deh.." ucap Ibas sembari mengecup cepat bibir Aira. Masa-masa bahagia kini hadir di keluarga Aira. Walau baru sekejap tapi Aira bisa merasakan bahwa Ibas benar-benar tulus dan ikhlas mencintainya.
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
KAMU DAN KENANGAN (CERPEN ) END
Short Story"Aku tak ubahnya seperti sebuah perintah dan kamu adalah bawahan yang menerima perintah dari atasan yang membuatmu tidak bisa menolak semuanya dan menganggap pernikahan ini bagian dari tugas". *** Hanya sebuah cerita...