Aku seolah menemukan cinta sejati saat pertama kali bertemu
***
Ibas membuka pintu rumah dinasnya malam itu. Hari ini Ibas pulang sedikit larut. jam 11 malam. Rumah sudah sepi tapi Ibas tidak menemukan istri tercintanya dikamarnya. Ibas berjalan perlahan setelah melepas sepatu lalu ia kembali mengulum senyumnya saat melihat Aira tertidur di atas sofa dengan televisi yang masih menyala.
Ibas mengganti pakaiannya dan membersihkan diri, lalu mendekati Aira yang telah terlelap itu. Ia terpaku sejenak melihat Aira yang tertidur begitu damai di atas sofa tersebut. Ibas menyibakkan anak rambut Aira yang menutupi wajahnya. Ibas kembali melengkungkan senyumnya.
Aku seperti menemukan cinta sejati saat pertama kali aku bertemu denganmu, Aira. Batin Ibas yang kemudian mengecup kening Aira lembut. Ibas lalu melingkarkan tangan kekarnya ke leher dan kaki Aira, menggendong wanita itu dengan sekali angkat sampai ke atas ranjangnya.
"Hei.. kamu nggak tidur ternyata?" Ucap Ibas saat menyadari Aira tersenyum usil dalam pelukannya ketika sampai di atas ranjang.
"Sengaja bang.. " jawab Aira dengan senyum usilnya. Ibas segera merebahkan diri disamping Aira dan membiarkan Aira tidur di atas dada bidang lelaki itu.
"Dasar.. bilang saja minta digendong.", Gerutu Ibas. Mendengar itu Aira terkekeh dan mencium pipi sang suami.
"Maaf Bang.. jangan ngambek gitu dong.." ucap Aira sambi tersenyum
"Aira baru sadar kalau ternyata Abang sayang banget sama Aira.. Aira jadi tambah cinta deh sama Abang..", ucap Aira sembari mengeratkan pelukannya ke tubuh Ibas.
"Kamu pikir Abang nggak sayang?" Ucap Ibas sembari mencium kening Aira.
"Sejak kapan sebenarnya Bang?" Tanya Aira. Ibas menaikkan satu alisnya dan melirik ke arah Aira.
"Apanya?" Tanya Ibas bingung.
"Jatuh cinta sama Aira?" Ucap Aira seraya terkekeh. Ibas mendengus tertawa.
"Buat apa pengen tahu? Nggak penting kan." Ucap Ibas sambil tersenyum.
"Pengen tahu Abang.. sejak kapan.. ayoo to bilang..." Ucap Aira sedikit memaksa dan merajuk.
"Sejak.. pertama kali Abang jemput Aira." Jawab Ibas pelan. Mendengar itu sontak Aira terbangun dan menghadapkan wajahnya ke arah Ibas tepat didepan wajah Ibas.
"Hah?? Kok sama..." Ucap Aira polos. Ibas mengernyitkan dahinya.
"Sama??"
"Aira juga jatuh cinta sama Abang waktu kita ketemu dirumah itu bang.. waktu pertama kali Abanh jemput Aira buat kuliah.. eeh bisa gitu?? Sama.." ucap Aira heran. Ibas tersenyum lebar melihat Aira yang kebingungan. Ekspresi yang begitu lucu dan manis menurut Ibas.
"Tapi Abang nggak asik ah.. waktu itu pakai nolak Aira segala..", ucap Aira kini mulai merajuk. Ibas kembali terkekeh.
"Yaa waktu itu Abang kan masih ada ----"
"bang.. boleh nggak besok kalau kita berkunjung ke rumah Bunda Ita, Aira ketemu sama ----" Aira menggigit kecil bibir bawahnya karena merasa ragu dengan yang akan ia ucapkan.
"Untuk apa?"
"Aira merasa bersalah sudah rebut Abang dari dia. "Ucap Aira pelan. Ibas kembali memeluk Aira dalam dekapannya.
"Untuk apa Aira? Mantan itu hanya untuk di kenang. Abang sudah memutuskan hubungan dengan Nadia, untuk apa kita kembali membuka luka lama kan? Abang nggak mau nanti kamu juga jadi terluka jika ketemu dengan dia.." ucap Ibas sembari mempererat dekapannya. Mendengar itu Aira tersenyum.
"Bang..."
"Hmm.."
"Entah kenapa Aira merasa kalau Abang itu cinta sejati Aira.. Awal dan akhir Aira.. Takdir yang sudah Tuhan kunci untuk Aira. Jadi kelak kalau Aira pergi menghadap Tuhan duluan Aira bakal tungguin Abang dan kita bisa kumpul lagi di surgaNya Bang..", ucap Aira sambil tersenyum
"Kamu ini ngomong apa sih sayang.. Abang pengen sama sama terus sama kamu.. sekarang besok.. besok.. besok.. Abang nggak bisa hidup kalau kamu nggak ada Aira.. membayangkan aja Abang nggak berani saking ngerinya.."
"Aira juga.. apalagi Abang kan----- " Aira terdiam. Ibas mengecup lembut bibir Aira yang berhenti bicara itu.
"Kita saling mendoakan yaa biar diberi umur panjang dan kesempatan menghabiskan hari tua bersama.. Abang sayang Aira.." ucap Ibas sambil tersenyum. Aira mengecup lembut bibir suaminya dan dibalas kecupan mesra Ibas.
"Mancing ni..", ucap Ibas dengan senyum nakalnya. Aira hanya tersenyum genit menanggapi ucapan Ibas itu.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
KAMU DAN KENANGAN (CERPEN ) END
Short Story"Aku tak ubahnya seperti sebuah perintah dan kamu adalah bawahan yang menerima perintah dari atasan yang membuatmu tidak bisa menolak semuanya dan menganggap pernikahan ini bagian dari tugas". *** Hanya sebuah cerita...