Lebih baik pulang nama daripada gagal dimedan tugas.
***
Surat tugas itu diterima Ibas siang ini yang diberikan langsung oleh Komandan di batalyon.
"Ini tugas berat, Bas.. kamu harus bangga karena terpilih menjadi salah satu wakil kesatuan kita. " Ucap Kolonel Ridwan di kantornya. Ibas tersenyum dengan dada terbusung. Setelah itu ia keluar dari ruangan dan kembali keruangan kerjanya. Menatap meja yang kini telah dipenuhi oleh foto Aira dan dirinya itu.
"Ini dipasang disini aja .trus.. yang itu dipindahkan ke ruang kerja aja.. " ucap Aira saat hari bersih bersih besar tiba alias merubah konsep rumah dinas Ibas. Memasang foto pernikahan dan foto masing-masing lalu mengganti beberapa perabotan agar nampak lebih homey dan nyaman.
"Kamu cantik banget deh.." ucap Ibas seraya memeluk Aira dari belakang sat mereka memandang foto pernikahan yang tercetak dengan pigura besar yang dipasang diruang tamu.
"Eh bang.. aku belum datang bulan lho.." ucap Aira tibatiba. Ibas menaikkan satu alisnya
"Memang kenapa?", Tanya Ibas bingung.
"Iihh.. kok kenapa? Kemungkinan bisa hamil bang.. tapi Aira takut kecewa kalau tes sekarang.." ucap Aira sembari menggigit bibir bawahnya. Mendengar itu Ibas tersenyum dan kembali memeluk erat tubuh istrinya.
"Kalau belum yaa buat lagi.. gampang.." ucap Ibas dengan tawa nakalnya yang segera dicubit oleh Aira kuat-kuat.
"Lho.. Abang udah datang?? Tumben ..kebetulan Aira baru selesai masak ni.. Ayo makan sekalian." Ucap Aira dengan senyum mengembang di bibirnya sore itu. Ibas melepas sepatu dan seragamnya, hanya menyisakan kaos dan celana lorengnya. Aira mengambilkan sayur SOP dan tempe goreng serta sambel.
"Abang kenapa kok kayaknya bingung gitu?" Tanya Aira saat melihat Ibas hanya terdiam dan tersenyum getir.
"Eh.. ada yang mau Aira sampaikan sama Abang.."
"Abang juga.. " ucap Ibas singkat dengan tatapan serius.
"Abang dulu deh.."
"Abang ada tugas ke Kalimantan. Operasi Senyap. Abang tergabung dalam tim Bravo untuk menumpas pemberontak bersenjata disana. " Ucap Ibas pelan. Mendengar itu Aira terduduk lemas di kursinya.
"Tapi Aira nggak siap Abang tinggal..", ucap Aira dengan air mata yang tengah jatuh.
"Aira.. sebagai prajurit Abang harus selalu siap, termasuk kamu juga sebagai istri prajurit harus siap jika Abang ditugaskan sewaktu-waktu. kamu berdoa aja biar Abang tugasnya cepet yaa." Ucap Ibas.
"Berapa lama bang?" Tanya Aira.
"Yang tertulis 6 bulan tapi semua bisa lebih cepat atau lebih lama.."ucap Ibas. Aira menunduk dan menghapus air matanya. Ibas lalu menggenggam tangan Aira kuat.
"Sekarang Aira ngalamin apa yang Mama alami dulu.. ditinggal suami tugas..sedih.." ucap Aira. Ibas menghapus air mata Aira lembut.
" Tungguin Abang ya Aira.. Abang tahu Aira kuat dan bisa melewati semuanya. Abang akan berjuang dan berusaha jaga nyawa Abang buat Aira." Ucap Ibas yang seketika memeluk erat istrinya.
"Aira sayang Abang.." ucap Aira saat mengantarkan kepergian Ibas di Lanud Halim Perdanakusuma
"Abang juga sayang sama Aira.. jaga hati Aira yaa.. tunggu Abang.." ucap Ibas. Aira mengangguk, sebisa mungkin menahan air matanya sekuat tenaga.
"Abang hati-hati.. Aira bakal tunggu Abang pulang." Ucap Aira.
Isak tangis perpisaan pun mengiringi keberangkatan pasukan ke daerah operasi. Termasuk Ibas.
"Jaga diri. Papa bangga sama kamu, Baskara!! Kamu prajurit terbaik dan mantu terbaik papa! Jaga nyawamu! " Ucap Erlangga saat melepas pasukannya pergi ke Medan tugas pagi itu.
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
KAMU DAN KENANGAN (CERPEN ) END
Short Story"Aku tak ubahnya seperti sebuah perintah dan kamu adalah bawahan yang menerima perintah dari atasan yang membuatmu tidak bisa menolak semuanya dan menganggap pernikahan ini bagian dari tugas". *** Hanya sebuah cerita...