Bab 9

458 44 0
                                    

Sakit hati adalah luka yang tak berdarah tapi paling lama untuk disembuhkan.

***

"Kamu bener mau ke Semarang setir sendiri?? Pake ajudan papa aja.." ucap Erlangga saat menerima pamit Aira yang akan pergi mengunjungi keluarga suaminya di Semarang.

"Enggak usah pah. Jakarta Semarang dekat.. pakai tol cuma 6 jam doang. Lagian kan Aira nginep jadi nggak capek." Ucap Aira sembari menata barang bawaannya.

"Ibas sudah masuk hutan.. jadi mungkin akan jarang telpon kamu" ucap Erlangga. Aira mengangguk.

"Kemarin sempet telpon kok pah.. sebelum masuk hutan. Ya udah Aira Pamit."ucap Aira segera setelah itu masuk kedalam mobilnya dan melaju dengan kecepatan sedang.

"Abang apa kabar? Bisa telpon ?" Tanya Aira sumringah saat menerima telpon dari Ibas malam itu.

"Kabar Abang nggak baik.. jauh jauh dari kamu kangennya makin akut ni.. pengen peluk." Ucap Ibas. Mendengar itu Aira tertawa.

"Iihh Abang nggak malu apa kalau kedengaran anggota dan ketauan ternyata komandannya kayak hello Kitty.. " ledek Aira.  Ibas tertawa.

"Enggak ada yang denger.. Abang telponnya sembunyi kok.." ucap Ibas.

"Abang boleh Aira bilang sesuatu?" Tanya Aira.

"Apa sayang?"

"Aira sayang Abang.. Aira bahagia menikah dengan Abang. Nggak ada sehari aja Aira merasa sedih dan kecewa. Abang selalu bisa buat Aira bahagia dan nyaman. Terimakasih ya bang sudah mau menerima Aira.. maafin Aira kalau selama ini Aira bikin Abang kecewa atau marah tanpa Aira sengaja.." ucap Aira drngan mata berkaca kaca. Di seberang sana wajah Ibas nampak tersenyum kecil tapi juga sedikit merasa heran.

"Aira.. Abang bahagia juga jadi suami Aira. Mungkin orang paling beruntung didunia karena Abang punya wanita hebat yang ada disisi Abang. Tunggu Abang ya Aira. Doain Abang.. Abang sayang Aira."

"Jaga diri Aira baik-baik ya.. ini sinyal sudah nggak bisa kompromi. Abang kemungkinan setelah ini nggak bisa hubungin kamu karena sudah masuk parimerer hutan. Kamu hati-hati ya . Tunggu abang.. Abang kangen.."ucap Ibas sebelum akhirnya menutup telponnya

****

"Ya Ampun Aira.. repot repot sekali sampai datang ke Semarang begini? Setir sendiri??" Tanya Bunda Ita saat menyambut kedatangan Aira.

"Iya Bunda.. Bang Ibas baru dinas ke Kalimantan jadi Aira mumpung bisa keluar ini hehehe.. ini ada sedikit oleh oleh titipan mama buat Bunda." Ucap Aira seraya memberikan bungkusan besar pada Bunda Ita. Mereka berjalan beriringan dan masuk ke dalam rumah.

"Oya kenalkan Aira ini Nadia.." ucap Bunda Ita seraya memperkenalkan Nadia dengan Aira. Sejak awal menatap Aira, wajah Nadia sudah sangat tidak ramah dan memasang pandangan yang dingin.

"Kamu istri Bang Ibas?" Tanya Nadia dingin. Aira mengangguk sembari tersenyum.

"Bisa kita bicara sebentar?" Tanya Nadia. Senyum Aira kemudian padam. Teringat seketika sosok kekasih Ibas yang dulu ditinggalkannya saat akan menikahi Aira. Walaupun belum pernah bertemu tapi sebut saja ini adalah naluri seorang wanita, Aira bisa menangkap dengan jelas bahwa Nadia inilah gadis itu.

"Bunda, Aira antar Nadia pulang dulu.. nanti Aira menginap disini." Ucap Aira sembari mencium punggung tangan bunda Ita. Begitu pula Nadia melakukan hal yang sama pada Bunda Ita.

"Lho.. mbak Aira disini?? Lho kok bisa sama Mbak Nadia..??"Tanya Sefi Adek Ibas.

"Mbak antar mbak Nadia dulu yaa.." ucap Aira setelah bersalaman dan memeluk Sefi.

"Bu.. nggak bakal perang to itu??", Tanya Sefi khawatir. Bunda ita memandang mobil Aira yang telah menjauh.

"Mungkin Tuhan memang dengan sengaja mempertemukan mereka untuk menyelesaikan masalah.." jawab Bunda Ita.

***

"Sudah lama sekali sebenarnya saya ingin bertemu dengan kamu Nadia..", ucap Aira saat mereka sampai disebuah cafe di Kota Semarang. Nadia memandang tajam ke arah Aira.

"Untuk apa? Untuk membanggakan diri karena kamu berhasil menghancurkan hubungan yang saya dan Ibas sudah bangun selama 5 tahun?? Kamu menghancurkan semua impian indah kami berdua hanya dengan sebuah perintah konyol dari ayah kamu itu??" Ucap Nadia dengan air mata mengalir di pipinya.

"Nadia.. " ucap Aira dengan air mata yang telah menggenang di pelupuk matanya. Rasa bersalah Aira begitu besar walau ia merasa Ibas telah mencintai dan menerima Aira, tapi tetap saja rasa bersalah itu terus berputar dalam hati dan pikiran Aira.

"Aira, mungkin kamu bisa merebut Ibas dari saya, tapi saya yakin kamu tidak akan bisa merebut tempat saya dalam hati Ibas! Kamu tak ubahnya hanya seseorang yang sedang numpang lewat dalam hidup Ibas! 5 tahun Aira.. 5 tahun! Kami berjuang dari Ibas masih di akademi, merelakan waktu dan ruang yang terpisah jauh, belum lagi penempatan tugas ia di Aceh. Semakin jauh.. perjuangan kami begitu berarti untuk kami berdua!! Saya yakin kamu tidak punya perjuangan sepanjang itu dengan Ibas!! Saya mencintai dia sampai saat ini.. apa kamu yakin Ibas akan mencintaimu seperti dia mencintai saya?? Apa pernah kamu menanyakan nalurimu dengan teganya kamu memanfaatkan jabatan ayah kamu hanya untuk mendapatkan cinta yang seharusnya tidak untuk kamu!" Ucap Nadia dengan terisak.

"Nadia.. please dengarkan saya.. jujur saya merasa sangat bersalah atas apa yang saya lakukan pada bang Ibas dan juga kamu. Saya sadar saya sudah mematahkan dua hati yang masih saling mencintai, saya sudah membuat harapan kamu dan juga Bang Ibas hancur dalam sekejap. Saya minta maaf atas semua yang saya lakukan, Nadia.. sudah berulang kali saya mencoba untuk membatalkan pernikahan ini, tapi saya tidak berdaya Nadia.. lebih lagi Bang Ibas.. Maafkan saya, Nadia.. maafkan saya telah mengambil orang yang paling berarti dalam hidup kamu. Saya menyesal.. sungguh.. entah bagaimana saya harus memohon maaf padamu, Nadia.." ucap Aira sembari terisak. Nadia menatap Aira tajam.

"Kembalikan Ibas pada saya!! Ceraikan Ibas!!" Ucap Nadia.

Deg!

Seolah seperti petir yang langsung menyambar tubuh Aira saat ini. Matanya membulat dengan sempurna menatap ke arah gadis yang sedang tampak terluka itu.

"Kembalikan pada saya Aira! Kembalikan Ibas pada saya!! Ceraikan dia, Aira!!! Jika memang kamu bukan orang yang egois.. kembalikan Ibas pada saya.. kembalikan!!" Ucap Nadia penuh penekanan. Aira hanya bisa menunduk dan terisak.

"Kamu tidak bisa kan?? Pernahkah kamu berpikir apakah dengan menikah Ibas akan mencintai kamu seperti dia mencintai saya, apa kau pernah bertanya bagaiman perasaan dia pada saya, apa benar dia telah melupakan saya begitu saja.. saya yakin dia tidak akan melupakan saya secepat itu!!" Ucap Nadia.

"Nadia.. saya tidak bisa .. jika harus melepaskan Ibas.. saya tidak bisa menceraikan dia.. tidak ada alasan saya untuk-----"

"Kalau gitu lenyaplah dari dunia ini!!" Ucap Nadia dengan tatapan tajam ke arah Aira.

"A--apa??" Gumam Aira seakan tak percaya dengan yang diucapkan Nadia barusan.

"Kamu tidak bisa menceraikan dia bukan? Maka lenyaplah!!Pergi!! Pergi dari dunia ini!! Jika kau benar-benar merasa bersalah pada ku.." ucap Nadia. Aira beranjak dari tempat duduknya dan melangkah pergi meninggalkan Nadia. Aira mengendarai mobilnya dengan pikiran dan hati yang kalut.

"Aku menyesal bertemu dengan wanita itu.. dia gila!! Kenapa Ibas bisa mencintai orang seperti itu.. Ya tuhan.. dia menyuruhku lenyap dari dunia ini.. Astaga.." ucap Aira sembari mengendarai mobilnya. Dia memutuskan untuk kembali ke Jakarta dengan tidak menghiraukan kondisi tubuhnya yang lelah dan pikiran yang kacau. Tanpa sadar Aira mengendarai mobilnya hingga batas maksimal kecepatan hingga pada akhirnya dia tidak dapat mengendalikan laju mobilnya sendiri.

Ciiiiiiittttt duuuaaaarrrrr!!!

Bersambung

KAMU DAN KENANGAN (CERPEN ) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang