Bab 1.1

788 58 0
                                    

Hei manusia kaku, senyum 😊

***

"sudah sampai mbak.." ucap Ibas dengan wajah datar sembari membukakan pintu mobi untuk Aira.

"Ibas, saya sudah bilang panggil saya A.I.R.A.. AIRA... nggak mau pake mbak mbak ... melihat dari umur kayaknya saya sama kamu masih jauh lebih tua kamu.." ucap Aira tepat dihadapan Ibas.Ibas yang memiliki tinggi badan diataa rata-rata itu melirikkan manik matanya ke arah Aira yang nampak kesal.

"Tapi Mb--- Saya nggak biasa memanggil atasan langsung namanya mb----" ucap Ibas tegas. Aira melirik tajam ke arah Ibas.

"Yang atasan kamu kan papa saya bukan saya. jadi kamu panggil saya Aira. Jangan  berani nolak! ini --Perintah!!" ucap Aira sedikit mengancam. Ibas membulatkan kedua matanya setelah mendengar kata paling sensitif 'perintah' . Ibas menghembuskan nafasnya kasar dan menatap punggung Aira yang telah berjalan menjauhinya. Tak lama Aira membalikkan badannya, kembali menghadap Ibas dengan wajah juteknya.

"hanphone kamu mana?" tanya Aira seraya mengulurkan tangannya. Ibas melongo bengong.

"untuk??" tanya Ibas bingung sembari mengernyitkan dahinya. Aira bersedekap sembari menaikturunkan dagunya, mengisyaratkan pada Ibas agar segera memberikan gawainya. Ibas melenguh pasrah sembari mmberikan gawainya pada Aira. Dengan menahan senyum dan tetap memasang wajah jutek Aira menuliskan nomor ponselnya dan memanggil nomor miliknya agar nomor Ibas tersimpan di ponselnya.

"ni udah. Nanti saya telpon kalau sudah selesai kuliah." ucap Aira. Kali ini Aira benar benar berjalan menjauh dari Ibas dan masuk ke dalam kampusnya.

"Jadi nganter nona cantik ke kampus suh?" Tanya Hengky saat Ibas barusaja kembali ke Baraknya. Ibas hanya mengangguk sembari duduk di kursi kerjanya.

"Gimana dia suh? Rumorsnya cantik.. tapi yaa anak Jendral.. cuma kalau kamu kayaknya bisa sih merebut hati Jendral.." goda Hengky. Ibas memandang tajam ke arah Hengky yabg terkekeh itu.

"jangan ngawur suh! Aira kayaknya manja banget orangnya.Bukan tipe gur. lagi pula kan --"

"Ada Nadia?? Aahh elo.. Nadia suka ngilang gitu lo arepin, Bas.." timpal Hengky. Ibas menghela nafas panjang .

"Gimanapun juga saya dan Nadia sudah lama pacaran. Dia cinta pertama saya. Cuma akhir akhir ini memang sering nggak cocok waktunya  Saya longgar dia sibuk, saya sibuk dia longgar yaah.. gitu lah.." ucap Ibas lemas. Mendengar keluh kesah sahabatnya itu Hengky terkekeh.

"kalau boleh milih gue mending milih jagain teroris dihutan daripada ngadepin anak gadisnya jenderal." lanjut Ibas seraya matanya terpejam saat gawainya berbunyi

Aira Cantik is calling....

Seketika kedua mata Ibas mendelik melihat nama yang tertera di ponselnya .

"Siapa suh?" tanya Hengky penasaran seraya melongok ke ponsel Ibas. Hengky terkejut melihat tulisan yang tertera di ponsel tersebut.

"Setan kamu Bas! Katanya mending jagain teroris Laaah ini di ponsel ditulis Aira cantik.. Lagakmu suh.. suh.." ucap Hengky seraya memukul lengan Ibas.

"Bukan gue yang tulis.." ucapnya yabg kemudian mengangkat satu tangannya mengisyaratkan Hengky agar berhenti tertawa.

"Halo.."

KAMU DAN KENANGAN (CERPEN ) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang